34

2.9K 381 64
                                    

Ini masih pukul sembilan malam, namun Thalia dan Jevan sudah hanyut dalam desahan mesra. Anaknya sudah lelap tertidur dari selepas adzan isya.

Thalia menggerakkan bokongnya naik turun di atas selangkangan Jevan dan si suami memegang pinggang Thalia sambil memanjakan payudara istrinya. Mereka berdua sampai disaat bersamaan.

"Capek?" Tanya Jevan

"Kata dokter harus sering-sering kalau udah masuk trisemester. Biar lahirnya gampang kaya Sky dulu"

"Ya udah, kamu bobok aja biar mas yang gerak. Kasihan kamunya capek" balas Jevan

Walaupun sedang sakit tapi Jevan masih punya hasrat untuk bercinta. Apalagi Thalia yang sedang hamil besar membuat libidonya semakin meningkat.


Hari ini digelar pengajian di rumah Jevan untuk mendoakan kelancaran persalinan anak kedua mereka. Semua keluarga Jevan dan Thalia sudah berkumpul termasuk para sahabat mereka.

"Kok bisa sih hamil badannya masih bagus? Gue dulu hamil Hazel naik 18 kilo!" Ujar Tere

"Tapi mbak Tere makin sexy loh, aku juga naik kok"

Dinda dan Wina hanya saling pandang.

"Jadi pengen buru-buru nikah sama pak Yuta deh"

"Iya iihh, pengen buru-buru punya anak biar bisa ngerasain juga"

Thalia dan Tere hanya tertawa. Thalia bersyukur di usia yang belum genap 20 tahun ia sudah memiliki keluarga kecil yang bahagia.

"Pantes aja ya si Thalia mau sama suaminya, udah penyakitan, nyusahin kan ya—"

"Iyaaa ... Suaminya kan kaya, anak tunggal lagi. Duitnya buat Thalia semua"

"Makanya suaminya penyakitan juga dia mau, kalau suaminya mati ntar kawin lagi"

"Padahal mantannya dokter loh, kenapa gak sama si dokter aja"

Thalia yang mendengar percakapan saudaranya langsung berdiri dan menghampiri mereka.

"Bibi, tanpa mengurangi rasa hormat saya. TOLONG KELUAR DARI RUMAH SUAMI SAYA!"

Semua orang langsung menatap kearah Thalia yang sudah berada di batas kesabarannya.

"EMANG SALAH KALAU SUAMI SAYA SAKIT? SIAPA SIH BI YANG MAU SAKIT? APA SAYA SALAH KALAU JADI ISTRI YANG BAIK MAU NEMENIN SUAMI SAYA APAPUN KEADAANNYA?!"

"MANTAN SAYA UDAH BAHAGIA DAN SAYA JUGA BAHAGIA! SAMA SUAMI SAYA!"

Johan langsung berlari membopong tubuh Thalia dan mengajaknya menjauh darisana. Tere yang menyaksikan pemandangan itu hanya menggigit bibirnya nyeri.

Sementara Jevan yang berada di kamarnya hanya menghapus air matanya. Ia merasa tidak berguna sekarang.

"Maaf Thal... Kamu harus nikah sama orang penyakitan kaya aku"


Johan mendekati Tere yang sejak tadi menghindarinya.

"Ter, kamu marah sama aku?" Tanya Johan sambil mengelus wajah Tere

Tere tak menjawab.

"Aku minta maaf, tapi coba kamu ada di posisi Thalia, lagi hamil besar terus ada yang ngejelekin orang yang dia sayang... Kalau kamu tanya aku masih sayang sama Thalia atau enggak, jawabannya iya. Tapi, porsinya bukan sebagai pasangan, tapi sebagai sahabat. Aku udah setahun lebih menikah sama kamu, dan rasa cintaku akan tetap sama"

Wanita itu langsung memeluk suaminya dan menangis di pundaknya.

"Maaf ya Jo, aku bocah banget"

"Iya, gapapa... Makasih udah cemburu"

"Nanti kita bikin dedek buat Hazel habis pulang dari sini, aku gak minum pil KB"

Johan menatap Tere tak percaya. Kemudian mengecup kening Tere.


Acara pengajian berjalan lancar ia menghampiri Jevan yang sudah dulu berbaring di ranjang.

"Mas kenapa? Kok nangis?" Tanya Thalia

"Maaf ya..."

Thalia ikut berbaring di ranjang memeluk Jevan dan menghapus air matanya.

"Gak perlu minta maaf mas, itu udah tugas aku. Mas gak perlu dengerin omongan orang, aku gak suka mas ngerasa bersalah gini" ujar Thalia sambil mengusap-usap wajah Jevan

"Kamu juga gak perlu dengerin omongan orang. Mas nikahin kamu karna mas yakin kamu wanita yang baik"

Thalia tersenyum dan mengangguk, ia memberikan satu map coklat yang dibungkus oleh pita.

"Apa? Anak kita kembar" Tanya Jevan

"Heh!"

Jevan membuka bungkusan yang diberikan Thalia dan terkejut saat melihat isinya.

"Aku kemarin daftar S1 dibantuin mbak Tere, dan keterima. Aku masuk habis lahiran" jelas Tere

"Gapapa, senyaman kamu aja. Semangat Thalia"

• • •

Sky semakin hari semakin mirip Jevan, ia tidak mau makan nasi dan hanya makan sayuran dan buah-buahan.

"Ini normal kan, Ter?" Tanya Jevan pada sahabatnya di telepon

"Normal, Hazel juga susah makan nasi. Maunya yang bermicin-micin. Lama-lama anak gue goblog kaya Johan"

Thalia dan Jevan tertawa.

"Mbak Tere masak gak? Aku masak banyak nih, mau dikirim gak?"

"Mau dong, lumayan hemat uang belanja"

Jevan mematikan sambungan telepon dan menatap Thalia yang berjalan kearah dapur sambil menggendong Sky.

"Ugghhh..."

"Uhhukk"

Cairan merah pekat itu mengotori baju dan celananya. Ia buru-buru berjalan kearah kamar dan membasuh wajahnya.

Dengan tertatih ia melepas baju dan celananya lalu membuangnya di tempat sampah. Thalia tak boleh tahu.

Next?

Komen 60 dulu baru up

YOUNG MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang