12

3.2K 411 56
                                    

Karna komennya rame, aku update cepet.

Kalo mau upate lagi komen yang banyak 😁

Seperti biasanya Thalia akan menyiapkan sarapan untuk suaminya dan dia akan pergi keluar bersama Jevan lalu pergi menemui Johan.

"Susu kamu dibawa aja, masukin ke tempat minum sekalian. Nanti tinggal seduh" saran Jevan

"Iya mas"

"Buahnya juga aku masukin mangkuk ya, kamu bawa aja terus nanti tinggal makan"

Thalia mengerti, ia memeluk Jevan dari belakang. Membiarkan perutnya yang berbentuk bersentuhan dengan perut tubuh suaminya.

"Dedeknya minta dipeluk" cicit Thalia pelan

Jevan langsung membalikkan tubuhnya dan mengangkat Thalia dan mendudukkan di pangkuannya.

"Jangan nakal ya... Jangan bikin mama muntah-muntah lagi" Jevan berbicara dengan perut buncit istrinya

"Dedeknya doang yang dielus-elus dan dicium? Mamanya enggak?" Thalia kesal

Jevan terkekeh pelan lalu melumat bibir ranum itu dengan lembut. Thalia pun membalasnya, ia meremas pundak Jevan dalam-dalam.

Ia merasa nyaman saat ada Jevan si dekatnya. Hatinya menghangat seolah ia tak takut akan hal apapun.


Tere membuka pintu apartemennya saat mendengar intercom di depan berbunyi.

"Johan? Ada apa?"

Lelaki itu membawa seplastik penuh makanan dan juga minuman soda.

"Ehm, aku tahu sih kalau ini gak sehat makannya. Tapi, gak ada salahnya kan kalau kita makan berdua" tanya Johan

Tere mempersilahkan Johan masuk, dia lalu mengambil piring dan mereka makan bersama.

"Kamu beneran jomblo? Nanti pacar kamu marah lagi kalau kamu selingkuh" cecar Tere

"Ya Tuhan... Pacar yang mana? Kalau ada pacar ya gak akan aku kesini nyamperin kamu"

Wanita itu menatap wajah Johan lekat.

"Suka sama aku?" Cecar Tere lagi

"Kalau aku jawab iya? Kamu bakalan nerima?"

Dalam hati Tere tertawa senang, ia bisa membuat Thalia patah hati dan terluka sedalam-dalamnya. Jujur, ia tak terima sahabatnya diperlakukan seperti itu.

"Kita perlu pendekatan dulu, gak usah buru-buru. Kalau kita jodoh juga pasti gak kemana kan ya?" Ujar Tere

Johan mengangguk, ia menggenggam erat tangan Tere.

Braakk

Pintu apartemen Tere terbuka, mereka berdua kaget saat Jevan hampir pingsan disana.

"Astaga, Jevan...."

Johan langsung membantu Tere mengangkat tubuh lelaki yang sudah sangat pucat itu.

"Denyut jantungnya gak beraturan" ujar Johan memeriksa nadi Jevan

"Tolong sadarin dia dulu dong, aku mau ke rumah sakit bentar ambil obat"

Beruntung apartemen Tere bersebelahan dengan rumah sakit. Jadi ia tak perlu lama.

"Mimisan parah, badan memar-memar, menggigil, sesak nafas" Johan merasa iba pada lelaki ini

Ia mendudukkan tubuh lelaki itu agar ia bisa bernafas dengan sedikit lebih tenang dan agar darahnya mengalir.

"Kuat bro, anak istri lo pasti khawatir kalau lo sakit"

Johan tahu lelaki ini sudah menikah karena cincin yang melingkar di jarinya. Ia nampak tak asing dengan cincin itu.

Tak lama Tere datang dan memasangkan infus kepada sahabatnya.

"Kanker ya?" Tanya Johan

"Iya, dia temen aku"

"Kok gak ke rumah sakit, malah kesini?" Heran Johan

Tere menghela nafas.

"Dia gak mau sampai opname, dia takut istri sama calon bayinya khawatir, lagi hamil soalnya. Istrinya gak tahu dia sakit"

"Baik banget pasti ini cowok. Lelaki yang bertanggung jawab" puji Johan

"Istrinya brengsek, dia udah mau punya anak tapi masih selingkuh sama orang lain. Padahal suaminya sebaik ini loh"

"WHAT?" Johan tak habis pikir

Wanita itu menatap Johan lagi.

"Kalau kamu ada di posisi selingkuhan istrinya Jevan, dan kamu tahu pacar kamu punya suami gimana reaksi kamu?" Tanya Tere

"Ya langsung putus lah! Secinta-cintanya gue sama orang, kalau dia udah berumah tangga apalagi mau punya anak. Ya otomatis aku mundur"

Tere tersenyum mendengar jawaban Johan.

"Semoga kamu bisa buktiin omongan kamu, Jo"

"Emang kenapa kamu hanya gitu?" Tanya Johan kepo

"Gapapa, nanti kamu juga tahu apa alasan aku" jawab Tere

Jevan pulang ke rumahnya diantar oleh Tere, ia dituntun sahabatnya itu ke depan pintu apartemennya.

"Mas Jev—" ucapan Thalia terpotong karna disana ada Tere

"Jagain tuh suami kamu, lagi sakit nih" ucap Tere sinis

Lelaki itu hanya diam, tubuhnya sudah tak bisa diajak kompromi. Rasanya sudah sakit sekali.

"Aku pamit pulang ya, Jev. Obatnya diminum tepat waktu, yang bulat kalo kerasa sakit banget"

Jevan masuk bersama Thalia, ia langsung berbaring di sofa. Sudah tak kuat berjalan ke kamar.

"Mas, makan dulu ya, aku bikinin teh hangat sama bubur kacang ya"

Lelaki itu menggeleng, ia menarik Thalia untuk duduk di kursi dan ia langsung membaringkan tubuhnya di pangkuan istrinya.

"Cepat sembuh ya, papa. Dedek sedih papa sakit" ujar Thalia sambil membelai wajah Jevan

Suaminya itu sudah lelap sambil memeluk dan menenggelamkan wajahnya di perut Thalia.



Next?

Bongkar-bongkar gak nih?



YOUNG MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang