1

7.4K 561 45
                                    

Papa Jevano membuka pembicaraan dan disambut hangat oleh orang tua Thalia. Mereka sepertinya sudah kenal akrab.

"Ini kak Jevano yang duduk sama aku waktu ujian kan?" Tanya Thalia

Jev mengangguk. "Inget aku?"

"Inget kok, kan kakak yang pernah mimisan pas ujian sampai satu kelas heboh"

Mereka berdua tertawa. Jevano ingat saat itu ia hampir pingsan karna keadaannya sedang drop.

"Udah akrab ya kalian?" Tanya papanya Jevano

Mereka mulai mengobrol satu sama lain, baik Jevano dan Thalia ataupun keluarga mereka masing-masing.

"Jadi gimana pak, Thalia mau?" Tanya mamanya Jevano

Orang tua Thalia mengangguk mantap.

"Setuju apa?" Tanya Thalia

"Setuju buat ngejodohin kalian" jawab ibu Thalia

Gadis itu memandang orang tuanya tidak percaya.

"Tapi ayah ibu, aku kan udah ada pacar. Aku masih pacaran sama kak Johan loh" marah Thalia

"Kalian beda agama! Mau sampai kapan pun hubungan kalian gak akan pernah nemu ujungnya!" Jawab ayahnya

Suasana mendadak hening. Thalia tak akan pernah menang melawan orang tuanya.

Sebelum Maghrib keluarga Jevano sudah pulang. Thalia tak bisa menolak perjodohan ini.

"Bapak kamu bener Thal, hubungan kalian gak akan ada ujungnya. Keluarga dia juga gak jelas" ujar ibunya sambil memainkan rambutnya

"Tapi bu... Aku cintanya sama mas Johan. Kita udah pacaran lama"

"Ibu sama bapak dulu juga gak cinta loh. Tapi bisa cinta dan sekarang punya anak tiga cantik dan ganteng"

Dua adiknya ikut bergabung dalam obrolan intim mereka.

"Mas Jevano juga ramah kok. Baik banget tadi aku dikasih duit" sahut Jean

"Iya... Aku juga dijanjiin mau dikasih sepeda, katanya dia sepedanya udah gak dipake kok" Marcel tak mau kalah

"Ibu sama bapak pilih Jevano karna kita kenal keluarganya, sifatnya dan Jevano sendiri. Ibu sama bapak punya banyak pertimbangan"

Hati Thalia berdesir, ia tak mungkin putus dengan Johan. Tapi ia juga tak mungkin menolak Jevano.

"Pernikahannya kapan bu? Tahun depan?" Tanya Thalia

Ibunya menggeleng.

"Bulan depan katanya"

"HAH? IBU JANGAN BERCANDA" protes Thalia

"Beneran nduk, semuanya udah diurus calon mertua kamu. Rumah kalian juga udah ada. Nanti kalian tinggal di apartemennya Jevano kok"

Rasanya mau menangis saja. Ini bukan jaman Siti Nurbaya lagi, tapi kenapa ia masih dijodohkan seperti ini.

Malam ini Thalia suntuk, ia pergi ke club dijemput oleh Diana sahabat baiknya.

"Jangan minum banyak-banyak. Nanti pusing ih" omelnya pada Thalia

"Biarin ah, aku lagi ruwet"

"Kenapa lagi sih? Ujian nasional udah kelar masih aja ruwet"

Thalia duduk dan menenggak habis satu botol Vodka kemudian menceritakan masalah hidupnya pada Diana.

"Aku nikah bulan depan"

"Oh... Sama Johan, kamu atau Johan yang ngalah ikut agama siapa?

Thalia menggeleng.

"Bukan, aku nikahnya sama kak Jevano. Kakak kelas kita waktu masih awal masuk SMA" jawab Thalia

"Hah? Plot twist banget sih!" Dinda heran

"Makanya, pusing aku tuh. Masih sayang sama Johan" curhat Thalia

"Gapapa sama Jevano, orang dia ganteng juga kok. Mana kayaknya dia kaya banget loh, dulu aja sekolah diantar jemput sopir pake Alphard kan?"

Thalia hanya diam, ia sudah mulai pusing karna pengaruh alkohol.

Jevano menyantap sarapannya dengan kedua orang tuanya.

"Jeva masih sering memar gak badannya? Gusinya masih suka berdarah" Tanya mamanya

"Gak kok ma, udah sembuh"

Mamanya meraih tangannya dan memeriksanya. Pasti ia belum percaya ucapan anaknya.

"Ini masih memar dikit... Katanya udah sembuh" omel mamanya

"Hehe kan dikit doang. Jangan overthinking ya ma, aku baik-baik aja kok"

"Mamamu emang gitu, ntar kamu udah nikah pasti tiap malam mikirin kamu terus" ejek papanya

"Jangan gitu dong ma, mama liburan berdua aja sama papa. Sekali-sekali gitu" usul Jevano

"Papamu kerja terus, gak bakalan mau gitu-gituan"

Mereka bertiga tertawa. Meja makan adalah tempat terbaik untuk bertukar pikiran.

"Oh ya nak, nanti kamu mau jalan sama Thalia?" Tanya mamanya

Jevano mengangguk.

"Nanti titip ini ya buat Thalia, jangan lupa makan dulu sebelum berangkat. Kamu nyetir sendiri?"

"Iya ma, aku nyetir sendiri. Nanti aku juga pulang agak malam"

Thalia menunggu di depan rumah, ia ada janji dengan Jevano. Mereka harus membicarakan masalah ini berdua.

"Masuk mobil yuk" panggil Jevano yang baru berhenti

Gadis itu hanya geleng-geleng kepala. Jevano sama sekali tidak romantis, padahal saat bersama Johan, lelaki itu akan turun dan membukakannya pintu

"Mau kemana?" Tanya Jevano

"Kemana aja, penting gak panas"

Mobil mereka melaju dan berhenti di mall mewah daerah Jakarta Selatan. Dan seperti biasa Jevano tak menggandeng tangannya.

"Kamu gak pernah pacaran ya?" Tanya Thalia

"Iya, your my first"

Thalia hanya memutar mata malas.

"By the way, kenapa kamu setuju dijodohin sama aku? Padahal aku kan udah ada pacar"

Jevano menggeleng.

"Karena emang aku yang minta buat dinikahkan sama kamu. Aku tahu kamu gak suka sama aku, but its okay aku gak masalah" jawab Jevano

"Aku belum putus sama Johan. Masih ada waktu buat batalin semuanya, Jev" cecar Thalia

"Aku udah bilang aku gak masalah. Maaf kalau ini terkesan buru-buru buat kamu"

Gadis itu hanya diam. Kenapa lelaki di hadapannya ini sangat naif.

Bagaimana dia bisa berkata baik-baik saja saat calon istrinya memiliki lekaki lain?


Next?

Komen dong 💙

YOUNG MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang