38

3K 376 34
                                    

Komen nya, masa harus disuruh terus 😢

Flashback

Jevano yang masih kelas tiga SMA datang diantar sang sopir dengan mobil mewah keluaran Eropa yang mengkilat.

"Pak, nanti jemput di halte aja ya"

"Kenapa, den? Tumben minta di halte"

"Pengen main bentar sama temen pak. Nanti saya telpon ya"

Sang sopir hanya mengiyakan dan meninggalkan tuannya itu.

"Kak, ruang kelas 10 IPA 1 mana ya?"

Jevan memperhatikan gadis cantik yang masih memakai seragam SMP itu.

"Di ujung, dek. Mau ditemenin?" Tanya Jevan

"Boleh emang kak?"

"Boleh kok. Ayo, kita searah kok"

Thalia, nama yang tertulis di seragam miliknya. Pipinya putih bersih, kulitnya juga sama. Jevan tak bisa berhenti memandangi wajahnya.

"Makasih ya kak—Jevan"

"Iya... Sama-sama"

Ujian semester sudah di depan mata, Thalia duduk di mejanya. Ia sudah tidak memakai seragam SMP lagi sekarang.

"Hai..."

"Kak Jevan ya? Yang waktu itu?" Thalia antusias

"Iya, gimana kabarnya?" Tanya Jevan

"Baik kak, gak nyangka aku duduk sama kakak akhirnya"

Jevan hanya tersenyum malu mendengar celotehan gadis di depannya. Ia rasa ia mulai menyukainya

Mamanya Jevan kaget saat Jevan pingsan sepulang sekolah. Anaknya pingsan di depan pintu rumahnya.

"Besok ujian di rumah aja ya, mama mintain soalnya ke bu guru"

"Nggak ah, masuk aja besok" tolak Jevan

"Nanti kalau kamu pingsan di sekolah gimana? Badan kamu masih lemes gitu loh"

Jevan memeluk mamanya.

"Mama sama papa dulu kenalnya dimana? Dulu pacaran lama?"tanya Jevan tiba-tiba

"Kamu lagi suka sama orang ya makanya kamu nanya begini ke mama?"

Mamanya mencubit pipi Jevan gemas lalu menceritakan kisah cintanya dengan sang suami.

"Orang yang aku suka itu cantik banget ma, anaknya lucu dan suka nyapa orang duluan. Pokoknya Jevan suka sama dia. Tapi, Jevan takut kalau dia tahu Jevan sakit terus malah ilfeel" jelas Jevan yang masih SMA kala itu

"Makanya Jevan harus semangat supaya sembuh. Jevan harus bisa dapetin yang Jevan mau" bisik mamanya

Hari ini hujan deras dan Jevan diantar mamanya naik mobil ke sekolah. Seperti biasa Jevan melewati halte tempat Thalia menunggu bus.

"Itu ajakin naik sini bareng kita" perintah mamanya

Baru saja Jevan mau membuka pintu mobil namun terhenti saat melihat seorang laki-laki berseragam SMA sekolah lain berhenti di depan Thalia dan memasangkan helm serta jaketnya untuk gadis itu.

"Mas Johan, lama banget ihh" Thalia mencubit tangan orang itu

"Tadi minjem jas hujan dulu ke tetangga. Sini aku bantu pake"

Thalia naik motor dengan lelaki itu sambil memeluknya erat dari belakang. Sepertinya mereka pacaran.

"Jevan—"

"Hehe aku gak apa-apa kok. Mereka cocok ya ma" puji Jevan

Mamanya hanya mengelus kepala anaknya dan lanjut mengantarkan ke sekolah.

Jevan tidak ikut pelajaran olahraga. Jadi dia hanya duduk di teras sekolah sambil menggambar atau membaca buku.

"Ibu... Saya mohon kasih keringan biaya. Ayah saya lagi gak kerja karna PHK, Bu"

"Thalia, spp kamu nunggak dari 6 bulan lalu loh. Kamu mau gak naik kelas?"

"Nanti pasti saya bayar, Bu. Saya mohon jangan di drop out"

Langkah Jevan terbawa sampai ke depan ruang TU. Ia menguping pembicaraan Thalia dengan staff di sana.

"Saya beri waktu sampai hari Senin ya. Kalau gak dibayar terpaksa kamu harus dikeluarkan dari sekolah ini"

Thalia mengangguk. Ia menangis terisak di sepanjang jalan ke kelasnya karna bingung harus mencari uang kemana. Ayahnya tidak sedang bekerja dan ibunya juga hanya ibu rumah tangga biasa.

Jevan masuk ke ruang TU dan bicara dengan staff disana.

"Bu, biaya spp Thalia berapa?" Tanya Jevan

"Sebulan 150 ribu. Udah nunggak 6 bulan. Ibu juga gak tega buat nagih sebenernya. Tapi, ini udah kewajiban dia buat sekolah"

Jevan mengangguk. Ia harus bicara pada papanya nanti.

Thalia terkejut saat melihat buku spp nya sudah berisi tulisan lunas sampai kelas 12 nanti.

"Kamu masuk siswa yang menerima bantuan dari komite sekolah. Jadi, SPP dan buku serta biaya lain digratiskan" jelas ibu yang kemarin

"Beneran, Bu? Alhamdulillah"

"Alhamdulillah Thalia, ayah ikut seneng"

Thalia memeluk ayahnya dan memberikannya amplop.

"Ini uang yang ayah kasih tadi pagi. Uangnya buat ayah modal usaha aja, sama buat sekolah Jean sama Marcel"

"Thalia, uangnya kamu simpen aja"

Thalia menggeleng dan meletakan kembali uangnya di tangan ayahnya.

"Thalia bakalan nyari kerja part time buat bantu-bantu ayah sama ibu. Pokoknya ayah sama ibu gak boleh kecapekan"

Ayahnya menangkup wajah anak gadisnya itu.

"Maaf ya ayah gak bisa penuhin semua kebutuhan anak-anak ayah"

"Aayaahhh... Ayah sama ibu sehat aja itu udah lebih dari cukup"

Jevan dan ayahnya ikut terharu melihat interaksi Thalia dan ayahnya. Mereka mengintip dari ruang kepala sekolah.

"Kamu kapan mau kemo? Papa nanti atur sama dokter Tirta"

"Terserah dokter Tirta aja maunya kapan. Makasih ya papa udah mau bantuin Thalia" ucap Jevan

"Makasih Jevan udah mau kemo. Semangat ya buat sembuh. Nanti papa tawarin ayah Thalia buat kerja jadi sopir papa, siapa tahu dia mau"

Jevan bersyukur Thalia tidak dikeluarkan dari sekolah dan papanya mau membiayai sekolah Thalia. Jevan membuat perjanjian dengan sang papa jika papanya mau membayar biaya Thalia maka Jevan juga mau untuk melakukan kemoterapi.

Bahkan jauh sebelum menikah. Thalia sudah berhutang budi kepada suaminya.

Next?

Satu chap lagi end

YOUNG MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang