"Kamu ngapain datang ke rumah Ryujin?" tanya Hyunsuk dengan terselip nada kesal di dalamnya.
Jiwon terkekeh. "Kenapa kamu bilang? Aku cuma ngingetin dia kalo kamu itu pacar aku dan kamu cuma cintanya sama aku."
Laki-laki itu mengusap wajahnya kasar, baru kali ini Hyunsuk melihat Jiwon seperti ini. Karena Jiwon kekasihnya yang ia kenal sangat lemah lembut dan sangat perhatian kepada setiap orang.
"Tapi, gak sekarang juga. Dia lagi ngandung anak aku, kalo dia stres dan terjadi sesuatu gimana?"
"Itu bagus dong, hubungan kita gak akan bakal ada yang ganggu lagi."
Apa? Bagaimana bisa Jiwon berkata seperti itu? Ini bukan Jiwon yang ia kenal.
"Maksud kamu apa? Bagus? Kamu bilang bagus? Jiwon aku kecewa sama kamu."
Gadis itu tersenyum miring, menatap laki-laki yang sudah menemaninya hampir tiga tahun itu. "Seharusnya aku yang kecewa sama kamu, karena kamu yang udah khianatin aku. Kita udah pacaran selama tiga tahun, bahkan kamu lupa kalo anniversay kita yang ketiga tahun. Kamu sibuk sama gadis itu, kalo kamu mau anak aku bisa berikan itu sama kamu."
"Cukup Jiwon!"
Gadis itu tersentak mendengar Hyunsuk yang membentaknya, baru kali ini Jiwon mendengar kekasihnya yang menaikkan nada bicaranya.
"Aku mohon kamu ngerti, mungkin aku bukan takdir yang Tuhan berikan untuk kamu."
"Maksud kamu?"
"Cukup sampe sini aja, jangan pernah berbicara denganku lagi."
Gadis itu menggeleng, menahan tangan Hyunsuk agar laki-laki itu tak pergi meninggalkannya. "Gak! Hyunsuk aku gak mau kayak gini, aku sayang sama kamu."
Hyunsuk menepis tangan gadis itu dengan kasar. "Cukup, Jiwon. Aku udah punya istri yang harus aku jaga dan calon anak aku yang harus aku lindungi, sekarang kamu bebas memilih jalan hidup kamu dan jangan datang lagi dikehidupan aku."
"Hyunsuk, kamu jahat!" teriaknya menatap punggung Hyunsuk yang mulai perlahan hilang dari pandangannya.
Malam sudah datang menggantikan matahari dengan sang rembulan yang bertugas menyinari malam yang kelam ini, laki-laki bermarga Choi itu berdiri didepan pintu kamar sang istri yang tengah merajuk ah tidak lebih tepatnya marah.
Hyunsuk hanya khawatir karena Ryujin belum makan, dia takut terjadi sesuatu kepada istrinya itu. "Sayang, aku mohon keluar dulu. Kamu harus makan."
Tidak ada jawaban, sedangkan di dalam sana. Ryujin masih mengeluarkan air matanya, terduduk di lantai dekat ranjang dengan tangan yang memeluk lututnya.
"Aku tau kamu marah sama aku tapi, kamu harus pikirin bayi kita. Dia pasti laper, kamu jangan sakiti diri kamu sendiri."
Perkataan Hyunsuk ia dengar dan ada benarnya juga, ia tidak boleh seperti ini.
Ryujin mengusap air matanya yang berhenti ditengah-tengah pipinya lalu, berjalan ke arah pintu kamar dan menemukan Hyunsuk yang berdiri disana menunggu kedatangannya.
Wanita itu hanya mengabaikan keberadaan Hyunsuk, berjalan ke arah dapur untuk memasak terlebih dahulu karena tidak ada makanan yang sudah matang.
Hyunsuk menahan tangan istrinya kemudian, memeluk wanita itu dari belakang. "Aku minta maaf, apapun yang Jiwon katakan kamu jangan percaya sama dia."
Ryujin melepaskan pelukan sang suami dan berbalik untuk menatapnya. "Gimana aku bisa percaya sama kamu? Sedangkan kita hanya terikat oleh pernikahan bodoh yang gak pernah kita inginkan, gak ada kata cinta diantara kita Hyunsuk."
"Kita harus berusaha demi anak kita," ucap Hyunsuk lembut menatap istrinya dengan sendu namun, Ryujin memalingkan wajahnya tak ingin bersitatap dengan suaminya.
"Kamu gak perlu berusaha karena aku akan pergi dari kehidupan kamu setelah anak ini lahir."
Hyunsuk menggeleng tak menyetujui ucapan istrinya. "Gak, setelah anak lahir bahkan jika dia sudah menikah, kita akan tetap bersama."
"Untuk apa? Untuk apa kamu mempertahankan pernikahan kita sedangkan hati kamu masih diisi gadis lain."
Hyunsuk akui, meskipun dia sudah memutuskan hubungan dengan Jiwon bukan berarti jika dia sudah melupakan perasaannya untuk gadis itu.
Ryujin menyeka air matanya yang sempat turun. "Aku gak mau anak ini jadi korban karena hubungan kita yang terikat namun, tak jelas. Dalam hubungan tidak hanya materi yang dibutuhkan tapi, cinta juga perlu untuk menumbuhkan rasa kepercayaan dan meskipun aku bilang kalo aku cinta sama kamu lalu, bagaimana dengan kamu?"
"Apakah kamu bisa mengeluarkan gadis itu dan memasukkan aku ke hati kamu? Engga, kan? Meskipun itu bisa tapi, sampai kapan aku harus menunggu? Bahkan dua tahun pun gak cukup jadi, untuk apa kita bersama kalo hati kamu sepenuhnya masih milik orang lain."
Ryujin pergi meninggalkan Hyunsuk yang masih membeku ditempat, setelah mengambil satu buah apel merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohin Wakil Ketos < Choi Hyunsuk & Shin Ryujin > ✓
Teen FictionGimana sih rasanya berumah tangga sama seseorang yang gak pernah akur sama kita? Lalu, bagaimana kisahnya saat benih-benih cinta itu muncul? Semuanya akan dijawab oleh Choi Hyunsuk dan Shin Ryujin. asahitreasure #1 parkjiwon #1 waiji #1 shinryujin #...