Malam ini Hyunsuk tak menemani Ryujin di rumah sakit karena wanita itu tak ingin berada dan melihat dirinya, dengan berat hati Hyunsuk pergi dari sana mencwudara segara disekitaran rumah sakit.
Hyunsuk menoleh kala ada suara laki-laki yang memanggil namanya.
Baru saja akan menyapa sang teman dengan gerakan tiba-tiba Jihoon mendaratkan pukulan ke pipi Hyunsuk.
Bugh'
"Brengsek," umpatnya, setelah melayangkan satu pukulan.
Hyunsuk jatuh tersungkur ke tanah, menatap Jihoon dengan penuh tanda tanya. "Apa yang lo lakuin?"
Jihoon menarik kerah baju Hyunsuk membuat laki-laki itu berdiri. "Maksud lo apa nyakitin adek gue, hah?!"
Adek? Tunggu, adek siapa? Ahh, sekarang Hyunsuk baru mengerti. Jadi, Jiwon adalah adiknya Jihoon. Kenapa ia baru tahu?
"Apa lo tau sekarang keadaan adek gue kayak gimana?! Tiap hari dia nangiis bedebah kek lo!"
Lagi, Jihoon mendaratkan pukulan di pipi kanan laki-laki bermarga Choi itu. Hyunsuk hanya bisa pasrah menerima semua ini, toh dia memang pantas mendapatkannya.
"Lo cowo pengecut yang bisanya nyakitin hati cewe! Setelah ini gue gak mau ada urusan apapun dengan lo."
Setelah itu Jihoon pergi meninggalkan Hyunsuk yang terduduk di tanah dengan luka lembap di area pipinya.

Satu bulan berlalu dan selama itu Ryujin terus mengabaikan Hyunsuk, jujur saja wanita itu tak tega melihat sang suami yang selalu mengucapkan maaf kepadanya.
Bahkan ia pun tak tahu harus menyalahkan siapa atas semua ini, Hyunsuk atau dirinya. Mungkin keduanya pun salah.
Saat ini Ryujin tengah ditemani oleh Yeji, temannya. Sedangkan Hyunsuk, laki-laki itu entah pergi kemana dan Ryujin pun bodo amat dengan laki-laki itu.
"Ryujin," panggil Yeji dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya ini. "Ini, aku sudah melaksanakan perintahmu."
Ryujin mengambil amplop berwarna kecoklatan itu. "Terima kasih, maaf sudah merepotkan."
Gadis bermata kucing itu mengulum senyumnya. "Sama-sama dan tidak merepotkan juga, aku senang membantumu. Tapi, apakah kamu yakin dengan hal ini?"
"Aku yakin, sangat yakin. Pilihanku ini sudah pasti sangat tepat."
Yeji menghela napasnya, merasa iba dengan kehidupan temannya satu ini. Meskipun belum mengenal jauh tentang Ryujin tapi, ia bisa merasakan pahitnya dipaksa menikah dengan orang tak kita cintai.
"Kalo aku jadi kamu, aku pasti kabur dari rumah dan gak akan balik lagi."
Mendengar itu Ryujin terkekeh, Yeji sangat menggemaskan. "Aku juga berpikir begitu tapi, tidak bisa."
"Ya sudah, aku pamit dulu. Sepertinya Hyunsuk akan segera datang," pamit Yeji dan Ryujin pun mengantar gadis itu sampai pintu.
"Hati-hati."
Baru saja satu langkah setelah menutup pintu, pintu apartement itu terbuka dan ternyata Hyunsuk lah yang membukanya.
Ryujin mengabaikan Hyunsuk yang tersenyum ke arahnya kemudian, mengambil amplop yang tadi Yeji berikan kepadanya.
Hyunsuk bertanya-tanya tentang amplop yang sang istri berikan kepadanya. "Apa ini?"
Ryujin tak menjawab dan menunggu bagaimana reaksi Hyunsuk setelah mengetahui apa amplop itu.
Netranya membulat sempurna saat melihat kata demi kata yang tersusun rapi di kertas putih itu. "Maksudnya ini apa? Kamu minta cerai?" tanya Hyunsuk, tak percaya dengan apa yang sang istri perbuat.
"Iya, aku ingin kita pisah."
"Sudah aku katakan, kita tidak akan berpisah apapun itu alasannya," ucap Hyunsuk yang sudah tersulut emosi dengan tangannya yang merobek kertas itu. "Persetan dengan yang namanya perceraian, kita tidak akan pernah melakukan itu."
Ryujin menatap Hyunsuk tajam. "Engga, untuk apa Hyunsuk? Untuk apa? Aku gak mau mempertahankan pernikahan kita, lagi pula tak ada yang perlu kita pertahankan lagi."
Hyunsuk menggeleng, memegang kedua pundak Ryujin dengan kuat. "Aku tau bayi kita udah gak ada tapi, aku tau masih ada harapan untuk kita."
"Engga, aku gak bisa," Ryujin menggeleng kuat, menghempaskan tangan Hyy dari bahunya. "Sekarang kamu pergi dari sini dan bisa sepuasnya bersama dengan pacar kamu itu."
Hyunsuk membalikkan badan Ryujin yang hendak pergi ke kamarnya kemudian, memeluk wanita itu meskipun menolaknya.
"Lepasin Hyunsuk! Kita udah gak ada hubungan apapun lagi, kamu gak ada hak untuk nyentuh aku."
Ryujin melepaskan pelukan itu dan menampar pipi Hyunsuk, ia pun kaget dan tangannya gemetar. "Ma-maaf, apa sakit?"
Laki-laki Choi itu memegang tangan Ryujin yang tengah mengusap pipinya yang baru saja Ryujin tampar. "Aku mohon, jangan berpisah," ujar Hyunsuk lembut.
"Engga, kita akan tetap berpisah. Sudah aku katakan, untuk ap--"
"Aku cinta sama kamu."
Ryujin membeku ditempat, mendengar pernyataan Hyunsuk membuatnya bungkam. Wanita itu menatap manik kecoklatan milik Hyunsuk, mencari tanda kebohongan disana. Namun, nihil.
"Aku sayang sama kamu dan hanya ada kamu dihati aku, Ryujin. Mari kita membangun rumah tangga kita dari awal," ucap Hyunsuk memohon sembari memegang kedua tangan sang istri.
Ryujin tidak tahu harus bagaimana, dia hanya bisa menangis sekarang. Jujur saja, dia pun tak ingin berpisah dengan Hyunsuk dan sudah terlanjur mencintai laki-laki itu.
Hyunsuk memeluk sang istri yang tengah menangis itu, menyembunyikan wajahnya diceruk Ryujin dan menghirup wangi tubuh wanita itu yang sangat ia rindukan.
"Sekarang kita akan bersama, saling menyayangi dan memiliki keluarga kecil yang bahagia."
Dalam diam Ryujin mengangguk, membalas pelukan sang suami dengan tak kalah relatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohin Wakil Ketos < Choi Hyunsuk & Shin Ryujin > ✓
Novela JuvenilGimana sih rasanya berumah tangga sama seseorang yang gak pernah akur sama kita? Lalu, bagaimana kisahnya saat benih-benih cinta itu muncul? Semuanya akan dijawab oleh Choi Hyunsuk dan Shin Ryujin. asahitreasure #1 parkjiwon #1 waiji #1 shinryujin #...