Gadis berambut sebahu itu lagi dan lagi mendengus mendengar ucapan Hyunsuk yang menyuruhnya untuk ganti, ganti, dan ganti. Ini sudah yang kelima kalinya Ryujin mencoba gaun untuk pernikahannya nanti.
"Ini juga bagus kok, kenapa harus ganti?"
Hyunsuk memejamkan kedua matanya sembari menggeleng. "Engga, sekarang coba yang itu tuh," suruh Hyunsuk dengan telunjuknya yang menunjukkan gaun berwarna putih tanpa lengan, melihatnya sudah membuat Ryujin tak suka apalagi jika dia memakainya.
"Gak mau ah, gaunnya terlalu terbuka," tolak Ryujin yang berhasil membuat Hyunsuk menatapnya tajam.
"Ganti!"
Ryujin menghela napasnya pasrah dan membawa gaun itu untuk ia coba.
"Dasar! Padahal yang make kan aku, kenapa jadi dia yang ribet sih?" gerutunya disela-sela tangannya yang berusaha untuk membuka resleting gaun yang ia kenakan. "Aduhh, ini lagi kenapa susah banget? Bikin emosi aja deh."
Ryujin kebingungan karena resletingnya benar-benar tidak bisa dibuka, ia harus meminta bantuan kepada siapa? Disana hanya ada dirinya beserta Hyunsuk.
Dan dengan sangat berat hati bibir indah milik Ryujin harus memanggil nama laki-laki yang menunggunya diluar. "Hyunsuk! Hyunsuk, sini cepet."
Hyunsuk mendongak menatap pintu ruang ganti yang ditempati oleh Ryujin kemudian, berdecak dan mematikan ponselnya. "Ada apa?" tanya Hyunsuk dari balik pintu.
"Masuk kesini, cuma bentar doang."
Seperti yang diperintahkan Ryujin, Hyunsuk masuk ke dalam dan menemukan gadis itu tengah kesusahan.
"Benerin resleting aja gak becus," ujar Hyunsuk yang kemudian mendorong resleting itu ke atas.
"Lho kok didorong, ditarik Hyunsuk kan gaunnya mau dibuka."
Hyunsuk menahan bibirnya agar tidak mengeluarkan berbagai umpatan untuk gadis yang ada didepannya. "Bilang dong," protesnya dan menarik resleting itu sampai terbuka dengan bersusah payah karena tersangkut.
Laki-laki itu terdiam sejenak, menatap punggung polos Ryujin yang terekspos dengan jelas didepan matanya serta tangannya yang masih memegang resleting itu, sungguh kulit Ryujin putih bersih tanpa noda sedikit pun.
Bahkan keduanya sampai tak sadar jika tangan Hyunsuk bertengger manis di pinggang gadis Shin itu.
"Udah?"
Tak ada jawaban.
"Hyunsuk?"
"Hah? Iya?"
"Udah belum?" tanya Ryujin sekali lagi.
Hyunsuk mengangguk kikuk. "I-iya udah kok."
Hyunsuk kembali keluar, meninggalkan Ryujin yang sibuk memakai gaunnya. Pemuda tampan itu mengusap wajahnya kasar, hampir saja dia tadi berbuat khilaf kepada Ryujin. Untung saja Ryujin memanggil namanya, jika tidak, iss iss iss hal yang sangat fatal bisa saja terjadi.
"Hufh, please kenapa otak gue jadi ngeres kayak gini."
Tak lama setelahnya, Ryujin keluar dengan mengenakan gaun yang baru. Namun, Hyunsuk tak bisa melihat dengan jelas penampilan gadis itu karena tangan Ryujin menyilang didepan dadanya.
Tangan Hyunsuk meraih tangan Ryujin yang menyilang bermaksud untuk mengalihkannya agar dia bisa melihat penampilan Ryujin dengan jelas tetapi, gadis itu tak mau melakukannya. "Tangannya awasin, gue gak bisa liat."
"Gak mau!"
"Kalo kayak gini, gimana gue nilai penampilan lo?!"
Ryujin menggeleng dan semakin mengeratkan silangan tangannya. "Bagian dadanya terlalu besar, nanti kamu liat dada aku gimana?"
Hyunsuk menghela napasnya. "Yaa it's ok dong, bentar lagi gue halalin lo kok."
Gadis ini masih menggeleng dan membuat Hyunsuk semakin geram. "Awasin tangan lo atau gue potong tangan lo. Denger yaa, gue gak main-main!"
Ryujin menghembuskan napasnya dan mulai menurunkan tangannya perlahan dengan begitu Hyunsuk bisa melihat gaun bagian atasnya yang terlihat sangat longgar, ingin sekali dia tertawa saat ini.
"Udah?!" ujar Ryujin dengan sedikit berteriak dan kembali menyilangkan kedua tangannya. "Dasar mes*m! Nyari kesempatan dalam kesempatan."
"Heh! Siapa juga yang tertarik sama tubuh te*os milik lo? Jan ngadi-ngadi deh. Udah udah, tuh sekarang coba yang itu."
Ryujin berbalik mengambil gaun yang masih berwarna putih namun, dengan model yang berbeda. "Awas aja, kalo nanti dah mon*ok pasti nyesel," gumamnya dengan kakinya yang melangkah menuju ruang ganti.
Ryujin menaruh kantong-kantong belanjaan yang dia bawa, sedangkan dirinya melap keringat dan merenggangkan otot-ototnya yang terasa sangat pegal.
"Jalan cepet dong, lama banget sih," kesal Hyunsuk yang sekitar 1 meter didepan Ryujin.
"Capek tau, kaki sama tangan aku pegel. Kamu enak cuman jalan doang tanpa bawa apa-apa," keluh Ryujin yang memang pada faktanya dirinya seperti babu bagi Hyunsuk sekarang.
Yang katanya hanya akan memilih gaun pengantin tetapi, sekarang pemuda itu malah mengajaknya ke mall, membeli beberapa dress dan juga sepatu high heels. Katanya 'biar lo keliatan kek cewek.'
Hyunsuk mendengus berjalan mendekati Ryujin yang masih sangat kelelahan. "Ribet banget sih jadi cewek."
Ryujin kebingungan melihat Hyunsuk yang secara tiba-tiba berjongkok didepannya. "Mau ngapain?" tanyanya.
"Gali kuburan, yaa gendong lo lahh pake nanya lagi. Buruan naik sebelum gue berubah pikiran."
"Terus belanjaannya?"
"Tenang, gue dah nyuruh bawahan gue. Noh mereka datang."
Dan benar saja sekitar dua laki-laki berbadan kekar berbaju hitam datang kemudian, membawa barang belanjaan yang Ryujin taruh dilantai.
Dengan ragu gadis bermarga Shin itu naik keatas punggung Hyunsuk, sampai akhirnya untuk pertama kalinya ia digendong oleh seorang Choi Hyunsuk pemuda yang selalu membuat masalah dengannya.
"Berat banget sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohin Wakil Ketos < Choi Hyunsuk & Shin Ryujin > ✓
Fiksi RemajaGimana sih rasanya berumah tangga sama seseorang yang gak pernah akur sama kita? Lalu, bagaimana kisahnya saat benih-benih cinta itu muncul? Semuanya akan dijawab oleh Choi Hyunsuk dan Shin Ryujin. asahitreasure #1 parkjiwon #1 waiji #1 shinryujin #...