Bagian 7

2.4K 238 8
                                    

Happy Reading

Gerakan Jeff yang memeluknya sedikit lebih erat membuat Hana terbangun. Ternyata semalaman ia tidur dengan posisi Jeff memeluknya dari belakang. Tangan kekar laki-laki itu melingkar dengan sempurna di pinggang kecil Hana. Hana baru ingat, semalam ia tidur mendahului Jeff dan membiarkan Jeff menyiapkan apa-apa sendiri. Kalau mengingat kalimat terakhir Jeff semalam, rasanya membuat Hana malas. Hana juga tidak mengerti, apa hal seperti itu wajar?

Pergerakan kecil Hana membuat Jeff semakin mengunci dirinya.

"Bentar dulu, masih pagi banget." ucap Jeff dengan suara serak khas bangun tidur.

Memang jam dinding masih menunjuk pada angka lima saat Hana mendongak untuk melihatnya. "Mas aku nanti ke rumah sakit ya, mau nengokin ayah." Tidak adanya jawaban dari Jeff, spontan membuat Hana mnoleh menatap sang suami yang juga sedang menatapnya balik, lantas dengan sangat pelan Hana membalikkan tubuhnya sepenuhnya menghadap Jeff. "Boleh kan?"

"Lain hari aja ya? Sekarang istirahat dulu aja ya? Ibu juga pasti ngerti kok.Ya, nurut ya?" pertanyaan itu tidak terjawab oleh Hana, yang istrinya lakukan saat ini hanya menunduk dan tangannya terulurmembentuk pola abstrak di dada bidang Jeff yang berbalut kaus tipis. "Lagian emosi kamu belum stabil. Di sana pasti ada Farhan, aku gak mau ya kalau kamu belum sepenuhnya tenang terus ke sana nanti ujung-ujungnya kamu emosi. Kamu inget di perut kamu ada bayi kita."

"Iya-iya aku gak ke mana-mana kok. Tapi mas janji ya pulang cepet?"

"Iya nanti jam 4 aku udah di rumah kok sayang."

Hanya dengan janji yang diucap Jeff lantas Hana tersenyum girang, mirip anak kecil yang sedang diiming-iming dengan hadiah.

Meski tubuhnya belum sepenuhnya fit, Hana tetap melaksanakan kewajibannya. Selesai dengan keperluan Jeff, kini Hana tengah berjalan menuju kamar Keenan yang berada tepat di samping kamarnya dan Jeff. Saat membuka pintu, Hana justru dikejutkan oleh Keenan yang sudah lbih dulu bangun dan duduk di sisi tempat tidur sembari menatapnya.

"Anak bunda udah bangun ya ternyata," katanya mencoba menetralisir keterkejutannya barusan.

"Bunda kaget ya? Hihi." Keenan terkekeh, tangan kanannya menutupi bagian bibirnya.

"Hmm? Sedikit sih. Soalnya Keenan kan biasanya masih tidur jam segini. Ini udah bangun, pintar banget," Hana mengusak surai Keenan dengan lembut.

"Hehehe. Keenan belajar bangun pagi Bunda, sebentar lagi Keenan masuk sekolah. Keenan udah besar, mau bangun sendiri aja."

Hana menangkup kedua pipi Keenan karena saking gemasnya. "Pintar banget anak bunda, ya udah sekarang Keenan mandi ya? Kalau udah kita sarapan di bawah."

Anak laki-laki itu mengangguk lucu, kemudian berjalan kea rah kamar mandi. Tapi setelah berjalan beberapa langkah dan hampi masuk ke kamar mandi, Keenan justru berbalik dan duduk lagi di samping Hana.

"Bunda?"

"Kenapa sayang?"

"Di sini ada adik bayi ya? Sama kan kayak yang di perut mama Fanya?" Keenan menunjuk perutku yang masih rata.

"Hmm? iya. Keenan seneng gak?"

"Tapi, itu adik Keenan, Bunda?"

Meski pertanyaan Keenan membuat Hana agak tercekat, namun beberapa detik kemudian Hana justru membawa Keenan semakin dekat. "Adik Keenan dong. Kenapa Keenan nanya gitu?"

"Karena Keenan kan gak sama kayak adik yang lahir dari perut Bunda. Keenan anak Bunda juga kan?" tanya Keenan, matanya terlihat berbinar dengan wajahnya sedikit memelas.

TREASURE : Give Me A Chance [Jung Jaehyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang