Bagian 23

2K 290 63
                                    

Happy Reading

Hana telah kembali ke rumah milik Jeff. Kini ia sedang menata makanan yang ia masak di atas meja makan.

"Udah mau berangkat? Sini sarapan dulu"

Keenan baru saja turun lengkap dengan seragam sekolahnya, menghampiri ibunya dengan raut wajah serius dan berhenti tepat di hadapan ibunya hingga menghalangi jalannya.

"Bun"

"Hm?"

"Abang mau bicara sama bunda"

"Kalau abang mau ngomongin soal ayah, bunda gak mau. Bunda capek dan lagi gak pingin debat"

Hana kembali ke aktivitasnya, mengambil hasil masakannya di dapur dan membawanya ke meja makan.

"Bunda udah nahan ayah selama bertahun-tahun dan itu salah. Ayah harusnya udah tenang sekarang bun"

"Abang!"

Keenan sedikit terkejut, pasalnya selama ini Hana jarang sekali atau bahkan hampir tidak pernah membentaknya. Semarah-marahnya Hana, ia akan tetap berbicara dengan tenang saat bersama anak-anaknya.

"Bunda gak maksud bentak abang, bunda cuma gak suka abang ngomong kayak gitu. Ayah pasti bangun, kita cuma harus sabar. Lebih baik sekarang  abang sarapan terus berangkat sekolah, gak mau telat kayak kemarin kan?"

Keenan menunduk tidak mau menatap ibunya, "kita udah nahan ayah di sini selama 10 tahun dan selama itu juga usaha kita gak membuahkan apa-apa, sekarang waktunya kita buat ikhlasin ayah"

"Udah ah"

"Bunda bukan cuma nyakitin diri sendiri kalau kayak gini, tapi bunda juga nyakitin ayah secara gak langsung"

"Abang gak capek harus berdebat kayak gini setiap hari?"

"Bunda juga gak capek hidup dalam ekspetasi bunda sendiri selama ini?"

Mendengar itu membuat Hana serasa ditampar, bertahun-tahun ia menyakinkan dirinya sendiri bahwa suaminya akan segera sadar. Selama sepuluh tahun hidupnya hanya diisi dengan mengunjungi suaminya di rumah sakit dan menyemangati suaminya agar segera bangun, terus berulang seperti itu.

Keenan beralih mengambil tasnya yang ia letakkan di kursi dan berlalu begitu saja. Ia lelah berdebat, hari-harinya hanya diisi dengan perdebatan dirinya dan ibunya soal ayahnya. Keenan hanya tidak ingin ibunya terus membohongi dirinya sendiri dengan menpercayai bahwa ayahnya akan sadar.

Keenan tahu betul, kemungkinan ayahnya akan sadar sangat kecil. Bahkan selama 10 tahun, semua usaha sudah dilakukan tapi hasilnya nihil. Ayahnya tetap dalam kondisi koma.

"Bunda berantem lagi sama abang?"

Alea baru saja turun karena mendengar suara bising dari bawah. Sebenarnya ia sudah yakin suara bising itu adalah suara dari ibu dan kakaknya.

"Enggak, gak ada yang berantem. Lea mau makan apa? Biar bunda yang ambil buat Lea"

"Lea bisa ambil sendiri kok bun"

"Bu, maaf. Ada telepon dari keluarganya ibu"

Hana mengangguk saat ART-nya memberi tahu bahwa ada kabar dari keluarganya. Ia berharap ada kabar baik.

"Lea bisa ambil sendiri kan? Bunda mau angkat telepon dulu"

Gadis berumur 11 tahun itu mengangguk dan membiarkan ibunya melakukan aktivitasnya.

TREASURE : Give Me A Chance [Jung Jaehyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang