Sinar itu memancar dari liontim merah delima yang baru saja ia tekan tombolnya. Sekali lagi ia menatap keluar jendela, masih ada Raven di sana, kemudian Savana memejam, membiarkan kakinya berjalan mendekati sinar berwarna biru itu.
"Aku akan pergi." Sinar itu bagai lubang penyedot. Ketika tubuh Savana masuk ke sinarnya, rasa pusing tiba-tiba saja menyerang. Gadis yang mengenakan kemeja putih itu memejam sembari memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri.
Bersamaan dengan itu suara nyaring menusuk indra pendengarannya. Savana merasa tubuhnya melayang, terombang-ambing hingga pusing yang ia rasakan bertambah sakit.
Perlahan Savana merasa kakinya kembali berpijak. Gadis itu membuka mata, melihat sekeliling. Seperti di dalam lift, banyak tombol di hadapannya. Kemudian Savana menekan salah satu tombol hingga pintu yang semula tertutup itu terbuka, menampilkan sebuah ruang laboraturium.
Savana tersenyum, ia tahu sedang berada di mana.
Meskipun kepalanya masih terasa sangat sakit, Savana tetap berjalan keluar dari ruangan sempit yang mirip lift itu. Senyum bahagia menyambut kedatangan Savana.
"Akhirnya kamu kembali, Savana." Pria berambut putih itu menyambutnya. "Rayyan dan Jonas sudah menunggu kedatangan kamu."
Savana tersenyum. "Terima kasih, Prof."
Savana berjalan keluar ruangan, matanya berkaca-kaca hingga pandangan memburam ketika matanya menangkap sosok yang sangat ia cintai.
"Jonas?" Savana memanggil, membuat si pemilik nama menoleh lalu berlari ke arah Savana sembari berseru, "Mama!"
Dengan perasaan haru Savana memeluk anaknya. Diusapnya kepala Jonas dengan penuh kelembutan. Kemudian ia mendaratkan banyak kecupan di wajah manisnya.
"Anak mama udah pulang." Savana membawa Jonas dalam gendongannya, lantas gadis berambut panjang itu berjalan mendekati Rayyan.
"Bagaimana perjalanan kamu? Lancar?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Rayyan membuat Savana teringat dengan kejadian yang ia alami.
"Enggak sesuai dengan ekspetasi kita, Yan ...."
Savana terisak. Sungguh ia merasa sangat kesal jika mengingat perjalanannya tidak lancar karena Savana mengalami lupa ingatan.
***
Savana Dinescara, wanita yang baru saja ditinggal Raven—suaminya—untuk selama-selamanya itu terus saja meminta pada Tuhan agar ia diberi kesempatan untuk kembali ke masa lalu.
Savana kembali untuk memperbaiki hubungannya dengan Raven. Dengan bantuan Rayyan, Savana diperkenalkan dengan Prof. Chan. Beliau membantu Savana pergi ke masa lalu dengan menggunakan mesin waktu penemuannya.
Savana bahagia, ia bertekad untuk memperbaiki segalanya. Memperbaiki hubungannya dengan Raven di masa lalu. Namun, semua di luar ekspetasi. Savana mengalami lupa ingatan akibat perjalan time travel.
Ketika ia sampai, Savana menjadi seperti Savana yang dulu ketika ia belum mengenal Raven. Si gadis pemalas yang selalu merepotkan Rayyan. Namun, di balik itu Savana adalah orang yang pandai membuat novel.
Dengan ide-ide yang baru saja ia dapatkan. Dengan lancar Savana menulis cerita itu hingga tamat. Sampai suatu ketika, ia mengalami kejadian yang tidak pernah ia duga. Savana masuk ke dunia novel yang ia buat sendiri. Dunia yang tercipta karena pemikiran-pemikirannya yang ternyata adalah kejadian yang telah Savana lalui di masa depan.
Keinginan Savana untuk memperbaiki hubungannya dengan Raven terwujud. Ia berhasil mengubah takdir kehidupannya dalam dunia novel itu. Hingga Savana kembali ke dunia nyata.
Savana masih tidak mengingat semuanya, ia masih lupa siapa dirinya dan dari mana ia berasal. Hingga Savana bermimpi tentang semua yang telah ia lalui.
Mimpi tentang siapa dirinya, apa tujuannya, dan mengapa ia bisa berada di tempat ini. Savana mendapatkan semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benaknya.
Kemudian ketika terbangun dari tidur, Savana teringat akan liontin merah delima yang diberikan Prof. Chan. Kata Prof. Chan, liontin merah delima ini yang akan menjadi gerbang untuk Savana kembali ke masa depan.
Savana memutuskan untuk meminta maaf pada Raven, lalu berjanji pada suaminya itu untuk menjaga putra satu-satunya yang mereka punya meskipun ia tidak dapat mengubah takdir yang telah digariskan Tuhan untuknya.
***
"Meskipun ingin, manusia nggak akan pernah bisa mengubah apa pun yang sudah digariskan Tuhan. Bagaimanapun usahaku, Mas Raven nggak akan bisa hidup lagi." Savana tertunduk, ia kembali teringat kejadian beberapa hari lalu. Kejadian yang membuat ia dirundung rasa bersalah.
Beberapa sebelum kecelakaan itu terjadi, Raven menceraikan Savana. Savana yang tidak menerima keputusan Raven tersebut justru pergi. Berjalan ke sana ke mari tak tentu arah. Hingga akhirnya ia berniat untuk bunuh diri.
Bagi Savana, Raven adalah segalanya. Ia tidak bisa hidup tanpa pria itu. Berbagai macam badai sudah mereka lalui bersama. Namun, setelah semuanya berlalu, tiba-tiba saja Raven memutuskan untuk menceraikan Savana.
Savana mengembuskan napas berat ketika melihat ada truk yang berjalan cukup cepat. Tanpa pikir panjang, Savana membawa kakinya ke tengah jalan. Namun, setelah menunggu beberapa saat dengan mata yang terpejam, Savana tidak merasakan apa pun. Hanya suara dentuman keras yang dapat ia dengar.
Perlahan Savana membuka mata. Betapa terkejutnya ia ketika melihat mobil Raven menabrak pohon. Sementara truk itu terbalik mengenai bahu jalan.
"Karena aku, Raven pergi untuk selamanya."
"Tapi kamu masih punya Jonas, Na. Kamu nggak boleh putus asa. Cara meminta maaf dan menebus kesalahan kamu pada Raven adalah, merawat anak kalian sepenuh hati." Rayyan berkata sembari mengelus rambut Jonas lembut.
"Mama sayang kamu, Nak." Savana memeluk Jonas. "Mama janji akan membahagiakan kamu, mama janji nggak bakal sia-siain kamu."
"Jonas juga sayang Mama." Tangan kecil itu merangkul leher Savana, membuat wanita itu tersenyum bahagia.
Seperti yang sudah ia katakan pada Raven sebelum pergi ke masa depan, ia akan mengurus segalanya. Termasuk kebahagian anak mereka. Savana janji.
"Ma, papa pernah bilang kalo Jonas harus bisa berkelahi supaya Jonas bisa jagain Mama dari orang jahat. Kata papa, Jonas harus belajar bela diri karena Jonas ini laki-laki."
"Iya, Sayang. Papa benar. Kamu harus bisa bela diri. Nanti belajar sama guru yang jago aja, yah. Jangan saa Om Rayyan."
Kening Jonas berkerut, lantas anak kecil yang masih berada di pangkuan Savana itu berujar, "Iya, Ma. Kata papa Om Rayyan payah. Nggak bisa berantem."
Seketika tawa Savana memenuhi ruangan. Ia bahagia karena anaknya tumbuh menjadi laki-laki yang pengertian. Savana kembali memeluk Jonas, lalu ia bergumam, "Mama janji akan membuat Jonas bahagia."
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
02.12.2020.
End!
Akhirnyaaaa! Kesampaian juga Ze ngetik kata ending di cerita ini. Huaaaa, terharu.
Terima kasih buat kalian semua yang membaca cerita ini awal sampai akhir meskipun lama Ze gantungin macam jemuran, kalian tetap setia baca.
Maaf juga kalau endingnya tidak sesuai ekspetasi kalian, karena ya ... memang begitu akhirnya. Raven meninggal. Tapi Savama bahagia karena memiliki putra seperti Jonas.
Ya Allah lega banget.
Oh, ya. Buat epilog nyusul nanti2 aja yah🤣 ze mau pindah cerita. Kalian jangan lupa baca cerita ze yang lain, vote, komen, dan share ke teman2 kalian.
Sekali lagi, terima kasih banyak.
Ze sayang kalian
💋💋💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilarang Jatuh Cinta! (TAMAT)
HumorSiapa, sih, yang bisa menolak pesona Jonas Baswara? Pria tampan, kaya, yang romantis. Itulah yang dirasakan Savana Dinescara, gadis yang baru saja menjadi Maba di Universitas Nusa Pelita itu dibuat pusing tujuh keliling ketika takdir membawanya ke d...