Setelah Savana menyuruh Jonas tidur di kamar mandi, pria yang menjabat sebagai suami di dunia novelnya itu sama sekali tidak membantah. Jonas mengambil handuk dari dalam lemari, kemudian pria itu menghamparnya di lantai kamar mandi.
Duh, Savana jadi kasihan melihatnya. Lalu apa yang harus ia lakukan sekarang? Apa Savana harus melupakan kemarahannya? Lalu menyuruh Jonas tidur di ranjang.
Ah, seperti iya. Savana tidak tega melihat Jonas tidur di kamar mandi. Kalau dia kedinginan bagaimana? Kan enggak ada selimut.
Mendesah panjang, Savana bangkit dari posisi, lantas ia berjalan mendatangi Jonas yang baru saja merebahkan diri di atas handuk yang menjadi alas tidurnya.
Kalau saja Savana tidak punya hati, ia pasti akan membiarkan Jonas tidur di sini. Namun, tidak. Savana bukan vampire yang tidak punya hati. Ia masih manusia dan tidak berniat untuk menjadi apa pun selain manusia. Apalagi jadi vampire. Hih! Savana tidak bisa membayangkan kalau dirinya menghisap darah.
"Mas?" Savana menyentuh wajah Jonas, membuat pria yang terpejam itu membuka matanya. "Tidur sama aku aja."
Jonas menggeleng. "Aku udah buat kamu nangis, Fan. Aku ... harus dihukum, 'kan?"
Aduh, kenapa Jonas tidak mengerti? Tidak tahukah dia bahaya bagi istri bersikap durhaka pada suami? Kalau Savana masuk neraka gara-gara menyuruh suaminya tidur di kamar mandi gimana?
"Ya, kalau gitu kamu tidur di sofa aja. Jangan di kamar mandi. Nanti kalau malam-malam aku mau pipia gimana? Kan gak mungkin aku pipis kalau ada kamu di sini." Mungkin itu adalah alasan yang tepat untuk menyuruh Jonas agar beranjak dari posisinya.
"Kok di sofa, sih? Aku kan mau tidur di kasur. Di samping kamu." Jonas bangkit, lantas pria itu mangambil handuk dan menggantungnya di belakang pintu kamar mandi. "Ayo kita tidur." Jonas mengamit tangan Savana, membawa gadis yang mengenakan baju tidur berwarna merah itu untuk berbaring dengan nyaman di kasur.
Dasar Jonas! Sok-sokan mau dihukum, nyatanya dia enggak mau juga disuruh tidur di sofa, malah mau tidur di sampingnya.
"Aku janji, Fan. Setelah ini ... enggak akan ada lagi air mata." Jonas membawa Savana ke dalam pelukannya. "Aku akan membuat hidup kamu penuh dengam senyuman. Ini terakhir kali, Fan. Ini terakhir kalinya aku berjanji kayak gini. Karena setelahnya, aku enggak akan mengingkari janji seperti yang aku lakukan sebelumnya.
"Fan, aku mau kamu, aku, kita bahagia. Selama ini aku selalu menganggap apa yang dibilang mama benar dan selalu terbaik. Tapi nyata enggak, Fan. Enggak semua yang dikatakan mama benar. Maafin, aku, yah." Jonas mengecup lama keningnya.
Ya Tuhan ... apakah ini benar-benar terakhir? Maksud Savana, apakah ini terakhir kalinya Jonas akan meminta maaf karena sudah membuatnya menangis? Yang artinya ... kesialan yang ia alami akan berakhir dan—
"Sayang, sudah lama sejak kita selalu bertengkar. Maksudku ... kita tidak pernah melakukan hubungan itu karena kita selalu bertengkar. Jadi—"
Savana menulikan telingannya. Jelas ia tahu apa yang akan dikatakan Jonas. Apa yang harus Savana lakukan sekarang? Apa ia bisa menghindari hubungan ini?
Ya Tuhan ... pikiran Savana benar-benar buntu. Bagaimana ini?
"Kenapa, Yang?" Jonas terkekeh. "Kamu malu atau gimana?"
Bukan, bukan, bukan! Savana bukannya malu, tapi ia takut. Astaga! bagaimana Savana tidak takut saat akan melakukan hubungan intim, padahal ia tak punya pengalaman soal itu sebelumnya?
"Sayang ... enggak usah takut, yah? Kalau kamu takut, aku bakal ngerasa jadi penjahat."
YA, TERUS SAVANA HARUS BAGAIMANA? Tidak mungkin juga ia pasrah begitu saja. Nanti, kalau Savana hamil gimana? Aduh ... kalau begini, rasanya Savana ingin segera kembali ke dunianya.
"Mas, aku—" Ucapan Savana terhenti ketika mendengar ucapan Jonas diiringi embusan napas hangat di telinganya.
"Aku enggak bakalan maksa kalau kamu enggak mau, Yang." Savana tersenyum. Akhirnya Savana bisa bernapas lega juga. "Karena aku sayang sama aku. Aku enggak mau kamu nganggap aku sebagai penjahat hanya kerena aku maksa kamu."
Savana menatap wajah suaminya, lantas tangan kanannya mengusap lembut wajah Jonas sembari berkata, "Aku cinta kamu, Mas." Ketika mengucapkan hal itu, Savana tidak bohong. Ia mengatakan karena ia benar-benar mencintai Jonas.
"Kamu tahu kalau aku mencintai kamu lebih dari diriku sendiri." Jonas membawa Savana ke dalam pelukannya, mengecup puncak kepala sang istri bertubi, membuat Savana tersenyum.
Savana akui, ia telah kalah karena jatuh cinta pada tokoh fiksi hasil imajinasinya. Ia mencintai Jonas. Sangat-sangat mencintai makhluk tampan yang tengah mendekapnya ini.
"Aku selalu takut kalau kamu berpaling dari aku, Mas." Hal itu memang Savana takutkan sejak dirinya sadar bahwa ia berada di dalam dunia novel yang diciptakannya sendiri.
"Sekarang, kamu enggak perlu takut, Fana. Kamu tau, kamu adalah wanita yang paling aku cintai setelah mama. Kamu adalah wanita yang selalu aku utamakan." Jonas menangkup wajah Savana, kemudian mengecup kening, lalu turun ke hidung sebelum akhirnya ke bibir.
Awalnya ciuman itu hanya sekadar kecupan biasa, tapi seiring jam berdetak Jonas mulai melumat bibir Savana. Pun dengan Savana, ia terbuai. Kemudian dibalasnya lumatan Jonas dengan perlahan.
Setelah beberapa detik berlalu, pagutan mereka terlepas. Buru-buru Savana menghirup udara guna menormalkan pernapasan. Manik cokelat Savana menatap iris kelam milik Jonas. Mereka tersenyum satu sama lain, seolah-olah saling memahami apa yang mereka rasakan.
Masih dengan tatapan saling mengunci, Jonas kembali mendekatkan wajah mereka. Embusan napas menyapu kulit Savana seiring jarak yang semakin menipis. Perlahan, Jonas mulai menyatukan bibir dengan milik Savana. Awalnya hanya kecupan-kecupan kecil, lalu semakin dalam. Mereka seolah saling tak mau melepaskan.
Sesekali, Jonas memindahkan bibir ke telinga, lalu semakin turun ke ceruk leher Savana, memberi kesempatan istri tercintanya menghirup oksigen. Desahan pun lolos dari bibir Savana selama dia melakukan itu, tak pelak mengundang senyum bahagia di bibir Jonas.
Mereka hanyut dalam cinta yang menggebu. Melodi yang berasal dari jantung keduanya pun ikut berpartisipasi dalam menghiasi malam panjang sepasang suami istri ini.
Savana merasa kepanasan, padahal ia yakin kamarnya tadi benar-benar dingin. Ya Tuhan, Savana sudah tidak tahan lagi. Sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya, Savana ingin meminta maaf kepada enyak, Rayyan, dan orang-orang yang menyayanginya.
Savana berjanji, setelah keluar dari dunia novel ini, ia akan segera mencari pasangan lalu menikah. Antisipasi kalau-kalau Savana hamil setelah ini.
"Mas ...." Savana memanggil. Ia menatap wajah Jonas yang telah diselimuti oleh nafsu. "Pelan-pelan." Tidak salah, 'kan, Savana meminta seperti itu?
"Iya, Sayang."
Savana kembali terbuai dengan sentuhan lembut Jonas. Namun, ketika mereka berdua ingin melakukan penyatuan, kepala Savana mendadak pusing. Penglihatannya memburam, seolah-olah ada embun yang menghalangi.
Perlahan Savana mendongkak, menatap wajah Jonas sebelum akhirnya gelap.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
26.10.2020.
GILAAAAAAA! Ini bab yang paling susah buat Ze. Nulis ini bikin pusing tujuh keliling.🤣 asli weh, huhu. Mungkin menurut kalian Ze lebay, tapi bodo amatlah, karena ini emang pertama kalinya nulis begindang.
Beginilah org yg sering nulis teen malah banting stir ke romance.😭🤣🤣
Dahla, see u next chapter gesss💋
Ze sayang kaleannn💋💋💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilarang Jatuh Cinta! (TAMAT)
HumorSiapa, sih, yang bisa menolak pesona Jonas Baswara? Pria tampan, kaya, yang romantis. Itulah yang dirasakan Savana Dinescara, gadis yang baru saja menjadi Maba di Universitas Nusa Pelita itu dibuat pusing tujuh keliling ketika takdir membawanya ke d...