Bab 8. Harus Bisa!

774 106 23
                                    

"Tahu bakal masuk dunia novel yang ia buat sendiri, Savana pasti tidak akan pernah membuat tokohnya terkena sial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tahu bakal masuk dunia novel yang ia buat sendiri, Savana pasti tidak akan pernah membuat tokohnya terkena sial. Tidak akan."




Y

ang Savana lakukan hanya mondar-mandir macam setrika. Sesekali mulutnya mengeluarkan decakan. Savana bingung, benar-benar bingung. Bahkan, bingungnya Savana melebihi bingungnya Squidward menghadapi tetangga konyol macam Spongebob dan Patrick.

"Gue masih enggak ngerti sama sikapnya Jonas." Savana mulai berbicara sendiri. "Kenapa dia mendadak berubah, sih? Memangnya dia Power Rangers yang bisa berubah-ubah?" Hais! Savana jadi pusing. Tahu bakal masuk dunia novel yang ia buat sendiri, Savana pasti tidak akan pernah membuat tokohnya terkena sial. Tidak akan. Justru sebaliknya. Savana akan selalu melimpahkan keberkaham untuk tokoh utamanya.

"Terus gue harus gimana?"

Bisa tidak, sih, Savana kembali ke dunianya, lalu menghapus segala kesialan dan mengganti dengan keberkahan. Setelah itu, Savana kembali lagi menikmati segalanya. Ide yang bagus, bukan?

Ah, tapi sayang! Savana tidak bisa melakukan hal itu. Ia hanya bisa mengubah dengan melakukan berbagi macam rencana yang bahkan Savana sendiri tidak tahu apa yang akan ia lakukan.

"Savana, aku minta maaf." Pelukan hangat diiringi suara berat Jonas, membuat Savana tersentak. Ya, kaget, dong! Siapa yang enggak kaget coba? Dipeluk dari belakang sama orang. Mending orangnya ganteng, kalau macam kakek gayung gimana? Bisa kena serangan jantung dadakan Savana.

"Mas ...." Savana memanggil pelan. "Kamu ... kenapa?"

"Sayang, maafin aku. Aku udah kasar sama kamu. Tapi, aku berani sumpah kalau yang tadi itu enggak sengaja. Aku ... minta maaf sama kamu." Jonas semakin mempererat pelukannya, membuat Savana terbelalak. Rasanya geli-geli gimana ... gitu.

Perlahan Savana melepaskan pelukan Jonas, lantas memutar tubuh agar bisa berhadapan dengan pria itu. "Mas, aku enggak apa-apa, oke? Kamu enggak perlu minta maaf." Savana tersenyum lebar, membuat Jonas kembali memeluknya sembari berkata,

"Aku bener-bener nyesel, Fan. Aku nyesel udah bentak kamu. Aku tau, kamu pasti marah dan kecewa sama aku."

Aduh, ganteng! Savana itu tidak marah apalagi kecewa sama kamu, tapi dia bingung. Bingung kenapa setelah Savana berhasil mengubah scene, sikap babang tampan langsung berubah seratus delapan puluh derajat.

"Enggak apa-apa, Mas. Aku enggak marah sama kamu."

Boleh, gak Savana membawa cogan macam Jonas ini ke dunianya? Sudah ganteng, baik, perhatian, romantis, kaya pula. Memang benar-benar nikmat dunia yang tiada tara.

"Sekarang, kamu mandi, terus makan. Oke? Masalah tadi kita lupain aja." Savana beranjak dari hadapan Jonas. Namun, genggaman tangan Jonas berhasil menghentikan langkah gadis yang mengenakan piama berwarna merah itu. Kemudian, Savana berbalik sembari mengerutkan kening, lantas dia bertanya, "Kena-"

Belum sempat Savana menuntaskan ucapannya, bibir Jonas sudah menempel di atas bibir Savana diiringi dengan lumatan lembut, membuat gadis itu terbelalak.

SIALAN! ITU CIUMAN PERTAMA SAVANA!

***

Savana bergerak gelisah. Manik cokelatnya terus menatap pintu kamar mandi. Setelah adegan yang tak pernah Savana duga tadi, keadaan langsung terasa canggung. Pun dengan jantungnya yang seakan tak pernah lelah berjoget ria di dalam sana.

"Gila! Jonas udah kayak bebek! Main nyosor bibir orang seenaknya." Savana masih saja menggerutu kesal. Jelas ia kesal. Bayangkan saja, bibir seksi yang Savana jaga setulus hati ini telah ternodai oleh suami fiksi dari novel yang ia buat sendiri.

Savana pusing. Masalah satu belum kelar, malah datang lagi masalah yang lain. Sejauh ini-maksud Savana, setelah kejadian di kafe tadi, tidak ada satu pun kejadian yang tertulis dalam novel yang ia jalankan. Itu artinya, setelah Savana berhasil mengubah jalan cerita, ia tidak akan tahu bagaimana nasibnya nanti.

Berbagai pikiran negatif bermunculan di benak Savana. Bagaimana kalau kecelakaan itu semakin cepat terjadi? Lalu, jika Savana mati, apa yang akan terjadi dengan Savana yang asli di dunianya nanti? Apakah dia ikut mati, atau ... justru kembali?

"Kamu kenapa, sih?" Mendengar suara Jonas, sontak membuat Savana tersentak. Lantas gadis yang menggerai rambut panjangnya itu menggeleng pelan.

"Kenapa?" Savana terkekeh, berusaha mengalihkan rasa gugup yang melanda. "Aku enggak kenapa-napa, kok."

"Yakin, kamu baik-baik aja?" Jonas bertanya sembari melempar handuk kecil pada Savana. "Keringin, dong, Yang!"

Savana menganggukkan kepala, kemudian mengambil handuk yang ada di samping badannya. Lalu meminta Jonas duduk di hadapannya. "Tadi, aku masak cumi, Mas." Savana mulai mengusapkan handuk berwarna abu itu, mengeringkan rambut Jonas.

"Habis ini kita makan," ujar Jonas menanggapi. "Kebetulan peliharaan perutku udah minta makan dari tadi."

"Iya, Mas."

"Aku lega sekarang karena udah minta maaf sama kamu."

Duh, Gusti ... Savana benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Otaknya mendadak kosong. Biasanya kan Savana berbicara atas dialog dan ketentuan yang tertulis dalam novel. Namun, kali ini tidak. Savana akan berbicara atas kehendaknya sendiri.

Begini, yah, manusia yang kurang bersyukur. Ya, macam Savana ini. Dulu saja, ia selalu meminta agar bisa berbicara sesuai keiginannya. Sekalinya dikabulkan, eh, malah menggerutu tak terima.

"Oh, iya, aku lupa ngasih tau." Jonas menghentikan tangan Savana. Lantas pria itu berbalik menghadap sang istri. "Mama besok mau ke sini. Katanya mau nginep."

Ya Tuhan! Kejutan apa lagi ini? Mendadak lidah Savana kelu, otaknya beku. Ia sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Rasanya, bumi yang ia pijak seolah berhenti berputar. Matanya mengerjap pelan sebelum akhirnya berucap,

"Se-serius, Mas?"

"Ngapain aku bohong, sih?" Jonas terkekeh, lalu mengacak puncak kepala Savana dan diakhiri dengan kecupan lembut di sana.

Tamat sudah! Tamat sudah riwayat Savana. Ya Tuhan ... apa yang harus Savana lakukan? Sekarang, ia sudah tidak tahu lagi bagaimana plot cerita ini. Bagaimana kalau ... astaga! Savana tidak bisa membayangkannya. Ngeri!

"Pokoknya, gue harus bisa ngilangin kesialan itu. Harus!"

Ya, apa pun yang akan terjadi nanti, Savana harus bisa melewati. Kita lihat saja, siapa yang akan dipeluk oleh dewi keberuntungan kali ini.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

08.10.2020.

Gilaaaaaaa! Ze ngetik ngebut macem Rossi! Tapi, syukur deh🤣 ze selamat. Dua hari ini, Ze apdet selalu mentok. Nyaris ganti tanggal, baru Ze apdet. Sungguh peserta ODOC teladan.😊

Feeling, Ze, bab ini banyak typonya🤣🤣🤣 kaga sempet ngedit😭 tapi, ya udahlah. Ze berharap bab ini enggak mengecewakan, apalagi sampai ngebuat kalian berhenti baca 😭😭😭

Oke, itu terlalu lebay.

Sampai ketemu di bab selanjutnya!

Babay! Ze sayang kaleannnnn!

Mwahhhhhh💋💋💋

Dilarang Jatuh Cinta! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang