Bab 6. Rencana Berikutnya

1K 130 30
                                    

"Astaga! Boleh tidak Savana mengambil otak Jonas, lalu dicuci pakai Kit Shampo supaya enggak kotor lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astaga! Boleh tidak Savana mengambil otak Jonas, lalu dicuci pakai Kit Shampo supaya enggak kotor lagi."



LAURA SIALAN!

Gara-gara medusa dua itu, Savana harus menahan malu. Sumpah, Savana tidak bohong. Ia malu, benar-benar malu! Siapa coba yang tidak malu? Di hadapan banyak pasang mata, benda keramat yang selalu tersimpan manis di balik baju harus terpampang jelas di depan mata mereka!

"Sayang ...." Suara Jonas diiringi ketukan membuat Savana berhenti menggerutu. Ia menatap pintu kamar mandi sesaat sebelum akhirnya berjalan ke arah sana dan membukanya yang disambut dengan pelukan hangat dari pria itu.

Savana terbelalak. Kaget, dong! Baru keluar kamar mandi langsung nyungsep ke pelukan cogan. Benar-benar nikmat dunia pernovelan yang tidak ada duanya.

"Kamu ngapain aja di dalam? Aku hitungin dari tadi, kamu udah nyaris satu jam di kamar mandi. Kamu tidur?" tanya Jonas sembari melepas pelukannya, menatap manik Savana dalam hingga membuat gadis itu tak bisa mengeluarkan suara. Jonas ini keturunan malaikat mana? Kok gantengnya gak ketulungan?

Savana berdehem, lantas gadis yang mencepol tinggi rambutnya itu berkata, "Aku—"

"Kejadian di kafe gak usah dipikirin lagi, yah? Mending kamu mikirin aku daripada mikirin benda keramat kamu yang udah aku bakar."

Savana terbelalak. Heh! Bakar? Maksudnya gimana? Sejenak Savana mengumpulkan ingatan. Tadi, setelah ia tiba di kamar, Savana langsung melepas semua pakaian yang menempel di badan—termasuk benda sakral milik kaum hawa itu—diganti dengan kimono.

"Ngapain dibakar?" tanyanya bingung.

"Itu bra udah buat kamu malu, Fana. Mana mungkin aku ngebiarin dia anteng aja dalam keranjang cucian sementara kamu nangis berjam-jam di dalam kamar mandi."

Savana terbahak. Suami fiksinya ini memang beda dari yang lain. Seharusnya kan dia menghukum Laura, karena medusa itu yang membuatnya malu. Tapi, enggak. Jonas yang gantengnya over dosis itu malah menghukum bra tidak bersalah yang sudah sangat berjasa untuk para kaum hawa. Bra merah yang malang.

"Kamu ada-ada aja. Yang salah itu bukan bra, Mas. Tapi, Laura. Dia sengaja dorong aku karena tau aku gak bisa berenang." Savana menjelaskan. "Aku gak ngerti, kenapa Laura jahat banget sama aku? Padahal aku gak pernah jahat sama dia."

Jonas membawa Savana duduk di ranjang, pria itu mengusap rambutnya lembut sembari tersenyum hangat. "Makanya, Fana. Seharusnya, kamu biarin aku buat ngehukum dia biar gak seenaknya lagi sama kamu."

"Jangan, Mas. Laura itu ... perempuan. Dia sama kayak aku. Dia ... harus dilindungi, bukan disakiti."

Wah, wah, wah! Sekarang Savana macam orang bijak yang ada di TV. Savana yakin, kalau Rayyan yang mendengar ucapannya ini, laki-laki itu pasti akan memeriksa dahi Savana. Takut sakit katanya. Benar-benar sahabat yang baik.

"Kamu emang istri yang baik." Jonas mendekatkan wajah, sebelum akhirnya mendaratkan bibir seksi itu ke kening Savana.

Savana berani bertaruh, kalau saja enyak ngeliat adegan ini, enyak pasti bakal marah-marah selama tujuh hari tujuh malam. Katanya Savana itu masih kecil. Belum cukup umur. Padahal kalau Savana bergelud di ranjang juga dia pasti bakal hamil. Lalu, bagian mana yang enyak bilang Savana masih kecil? Enyak memang kadang suka berlebihan.

"Udah, ah, Mas. Aku ngantuk kita tidur sekarang aja, yah?" Tanpa persetujuan dari Jonas, Savana langsung beranjak dari duduk, berjalan ke arah pintu kamar dan menguncinya.

"Fana ... aku gak apa-apa kita gak punya keturunan. Asalkan kamu selalu sama aku. Asalkan kamu gak pernah ninggalin aku. Aku baik-baik aja." Jonas berucap setelah Savana membaringkan tubuh di samping suaminya.

Savana diam. Bukan, dia bukan memikirkan ucapan si tampan barusan. Akan tetapi, Savana tengah berusaha menetralkan detak jantungnya. Bukan karena dia mulai jatuh cinta, tapi karena ... ini pertama kalinya bagi Savana tidur bersama pria dewasa satu kamar plus satu ranjang.

"Iya, Mas." Savana tersenyum menatap wajah Jonas. Ah, suami fiksinya ini memang sangat mempesona.

"Apa pun yang diucapin sama mama, gak usah terlalu ditanggepin," ucap Jonas sembari menarik Savana ke dalam pelukan.

Ya Tuhan ... nyungsep lagi!

Savana yakin, kalau kerjaannya tiap malam nyungsep ke pelukan Jonas, bisa-bisa imannya goyah. Dan yang lebih parah, ia jatuh cinta! Tidak lucu kalau Savana jatuh cinta pada tokoh fiksi yang ia buat.

"Iya, Mas." Lebih baik Savana tidur sembari berdoa dalam hati. Semoga saja Jonas tidak macam-macam.

***

"Sayang, nanti siang katanya mama mau ke sini. Kamu masak rendang, yah. Makanan kesukaan mama." Jonas berpesan ketika dua pasang suami istri itu tengah menikmati sarapan.

"Tapi, kamu pulang, 'kan?"

Jonas tersenyum, lantas mengusap lembut tangan Savana sembari berucap, "Iya, dong. Kata mama mau ngenalin kamu sama seseorang."

Savana tertegun. Otaknya mulai mengingat-ingat bab ini. Lantas, gadis itu berdecak pelan. Sialan! Hari ini adalah hari sial untuk kesekian kali yang akan Savana rasakan.

Hari di mana ia dan Jonas akan bertengkar, lalu dengan tidak tahu dirinya medusa tua itu mengompori Jonas hingga menyebabkan Jonas semakin murka dan Savana berakhir pergi dari rumah.

Hais! Savana harus mencegah hal itu terjadi. Harus. Pokoknya, kali ini Savana tidak boleh gagal. Apa pun akan Savana lakukan agar rencananya berhasil.

"Aku ikut kamu, yah." Savana berucap tiba-tiba. Ia tahu, ini bukan scene dia maupun Jonas. Maka dari itu Savana bisa berbicara tanpa terpaku dengan naskah.

"Ngapain?" tanya Jonas bingung, "mau bantu aku di kafe?" lanjutnya lagi, membuat Savana menggeleng.

"Enggak. Kamu udah punya banyak pelayan yang bakal bantu. Aku ikut kamu karena aku mau ke rumah mama." Savana tersenyum lebar. Pokoknya Savana harus bisa membuat kesialan menjadi keberkahan.

"Oh, kirain mau ikut aku ke kafe biar bisa mantap-mantap di sana." Jonas nyengir ketika Savana melotot ke arahnya.

Astaga! Boleh tidak Savana mengambil otak Jonas, lalu dicuci pakai Kit Shampo supaya enggak kotor lagi.

"Otaknya, Mas ...."

"Kenapa, Sayang? Kamu gak ada niat buat ganti otak aku, 'kan? Kalau ada, mending ilangin aja, yah. Nanti aku gak bisa mikirin kamu lagi."

Golok mana golok?

Jonas kembali terbahak saat melihat Savana mendelik tajam ke arahnya, kemudian pria itu bangkit dari duduk. "Ayo berangkat. Kamu jadi, 'kan, ikut?"

Savana mengangguk, ia mengikuti Jonas setelah mengambil tas di kamar. Sebenarnya, Savana gugup. Ia takut kalau renacanya kali ini gagal lagi. Savana takut kesialan akan menimpanya lagi.

Maka dari itu, selagi ia berjalan menuju mobil Jonas, Savana meminta pada dewi keberuntungan agar kali ini sedikit memberi kebaikan pada Savana.

"Kali ini ... aja. Kali ini gue minta lo jangan musuhin gue."

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

06.10.2020.

Apakah kali ini Savana berhasil? 🤣 menurut kalian ... kalau Savana berhasil, Savana bakal ngapain?

See u, yah!

Makasihh udah baca dan meninggalkan jejak manisnya.

Ze sayang kalean💋

Dilarang Jatuh Cinta! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang