"Sekarang kamu sukanya sama toilet, yah? Kamu berniat jadiin toilet sebagai suami kedua kamu?"
•
•
•Yang dilakukan Savana hanyalah mondar-mandir tidak jelas sembari menggigiti kuku jempol tangannya. Resah. Satu kata yang dapat menggambarkan perasaan Savana saat ini. Banyak keraguan menghantui, berputar-putar dalam benak layaknya bintang-bintang yang berputar di atas kepala Tom.
"Apa gue alesan sakit perut aja kali, yah?" Savana mendesah. "Tapi, kalo gue gak ikut, nanti siapa yang jadi pasangan dia? Masa ganteng-ganteng sendiri? Kan sayang!"
Aduh! Savana benar-benar bingung. Ia dibuat dilema antara harus menyelamatkan diri atau harus menikmati kebahagiaan sesaat sebelum akhirnya si nasib bernama sial datang mengganggu.
"Fana? Kamu pingsan?" Suara seksi Jonas mengejutkan Savana. Gadis yang sedari tadi mondar-mandir di dalam kamar mandi itu pun segera berdehem lalu menyahut,
"Enggak, kok, Mas!" Kemudian Savana mencuci tangan di wastafel sebelum akhirnya keluar dari sana. Dengan senyum manis Savana menyapa yang dibalas dengan genggaman lembut di tangan kanannya.
"Ayo berangkat."
Bersamaan dengan Jonas membawanya keluar dari kamar, otak yang tidak terlalu besar milik Savana mulai memikirkan cara agar dirinya selamat dari kesialan yang sedang mengintai.
Sebenarnya kesialan yang dialami Savana malam ini bukan hal yang akan membuatnya mati. Savana akan tetap hidup sebelum kecelakaan maut merenggut nyawa. Kalau diperkirakan sekitar sepuluh bab lagi Savana akan mati. Namun, tetap saja! Meskipun Savana tidak—atau lebih tepatnya belum—mati, ia tetap tersiksa karena harus menahan malu yang disebabkan oleh dua medusa.
"Ayo, Fana."
Menghela napas pelan, Savana berujar, "Kamu duluan aja. Aku ... mau ke toilet dulu." Savana menjerit riang tak terkira dalam hati. Kali ini, Savana berhasil berbicara atas kemauannya sendiri. Bukan karena dialog sudah tertulis dalam naskah.
Jonas mengernyit. "Kamu sering banget ke toilet. Kamu sakit?"
"Enggak, kok. Cuman mau pipis. Kayaknya efek samping dari tangan Mbah Samson, deh." Savana menyahut asal, membuat Jonas kembali bertanya,
"Mbah Samson? Siapa?"
"Itu, loh ... Mbah Mila yang ngurut perut aku tadi. Sumpah, yah, aku gak bohong. Tangan dia, tuh, kayak tangan Samson. Sampai-sampai aku mau kentut terus, tapi terpaksa ditahan karena takut dimarahin sama mama." Savana dengan tidak tahu dirinya malah bercerita tentang Mbah Mila dan kesakitan yang ia rasa karena ulah tangan besi itu. Pun dengan Jonas yang selalu menanggapi, membuat Savana semakin tidak tahu diri dan lupa akan tujuan. Sampai akhirnya dering telepon milik si tampan menghentikan cerita yang mengalir bagai ingus bocil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilarang Jatuh Cinta! (TAMAT)
HumorSiapa, sih, yang bisa menolak pesona Jonas Baswara? Pria tampan, kaya, yang romantis. Itulah yang dirasakan Savana Dinescara, gadis yang baru saja menjadi Maba di Universitas Nusa Pelita itu dibuat pusing tujuh keliling ketika takdir membawanya ke d...