"Kejutan itu bisa berupa apa saja. Celana kamu karetnya tiba-tiba putus terus melorot, itu namanya juga kejutan."
•
•
•Savana diam. Namun, tidak dengan hatinya yang terus mengoceh, juga dengan pikirannya yang berkelana ke mana-mana. Savana merasa sedikit lega karena mama sudah kembali ke rumah. Sementara hubungannya dengan Jonas sudah membaik.
Savana mulai mengingat-ingat plot cerita yang sebenarnya. Jika Savana tidak mengubah scene, seharusnya yang terjadi di bab ini dan bab yang akan datang adalah pertengkaran antara Jonas dan Savana.
Namun, karena Savana berhasil mengubah, cerita ini tidak lagi berjalan sesuai plot cerita. Meskipun begitu, Savana masih bisa membaca gerak-gerik para tokoh di cerita ini. Jelas, kan Savana yang menciptakan. Mana mungkin ia lupa dengan karakter dari masing-masing tokoh.
Ada satu hal lagi yang baru saja Savana pahami. Savana tidak akan terkena sial seperti apa yang dialami tokohnya. Meskipun begitu, Savana pasti akan tetap terkena sial sebagai ganti kesialan itu.
Artinya, jika Savana berhasil menghindari kesialan yang ada di plot cerita sebenarmya, maka Savana harus siap nenerima kesialan lain sebagai gantinya.
"Sama aja bohong, kalo gitu."
Kalau dipikir-pikir, apa yang dilakukan Savana itu sia-sia. Iya, sia-sia karena intinya iya tetap tidak bisa terhindar dari kesialan. Savana hanya bisa mengganti jenis kesialannya. Dari sengsara berubah jadi nelangsa.
"Jadi, gue harus gimana?" Ya Tuhan ... rasanya otak Savana yang kecil ini sudah tidak mampu lagi diajak berpikir. Kalau dipaksakan, takut meledak. Kan enggak lucu kalau otak Savana diganti sama otak-otak. Sudah bodoh, tambah bodoh lagi.
Iya, kalau otaknya otak jenius seperti yang Patrick dapatkan, lah apa kabar kalau otak Savana diganti sama otak udang? Iya, kalau cuman bodoh. Kalau dimakan sama manusia gimana? Secara, otak udang itu kan enak. Kan kasihan Savana jadi tidak punya otak untuk memikirkan jodohnya yang entah berada di belahan bumi mana.
"Oh, gue tau!"
Savana ingat, dia berada di bab yang mana masalah selalu datang macam siang dan malam. Niat Savana ingin mengubah kesialan menjadi keberkahan pun kembali terlintas di benaknya, membuat gadis itu mengerti apa yang harus ia lakukan.
Kalau Savana Payoda kerjaannya cuma nangis-nangis ria, maka tidak dengan Savana Dinescra. Gadis kelahiran Jakarta itu akan menjadi tokoh kuat. Seperti karakternya di dunia nyata.
Tidak mudah menangis, tidak mudah baper, tidak mudah jatuh cinta.
Tapi ... Savana agak meragukan dirinya dengan poin terakhir. Ia takut jatuh cinta pada suami fiksinya itu. Berbahaya. Kalau Savana sudah jatuh cinta, nanti dia terus terbayang. Bagaimana nasibnya nanti saat tiba di dunia sendiri? Bisa-bisa Savana menjadi penghuni rumah sakit jiwa karena dianggap gila.
"Mbak Fana!" Panggilan dari belakang tubuhnya itu membuat Savana yang tengah melamun terlonjak kaget. Kemudian, gadis yang mengenakan celana selutut dipadukan dengan kaos putih itu berbalik, mentap sang pemanggil sembali tersenyum manis.
"Ada apa, Bi?"
"Di luar ada yang nyari Mbak Fana." Jawaban Bi Lia membuat kening Savana berkerut.
"Siapa, Bi?"
"Ada, Mbak. Bibi juga enggak tau. Tapi, dia ganteng, Mbak. Sebelas dua belaslah kalau sama Pak Jonas."
Ganteng? Apakah ini yang dinamakan jodoh enggak akan ke mana? Apa mungkin yang datang itu jodoh Savana dari masa depan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilarang Jatuh Cinta! (TAMAT)
HumorSiapa, sih, yang bisa menolak pesona Jonas Baswara? Pria tampan, kaya, yang romantis. Itulah yang dirasakan Savana Dinescara, gadis yang baru saja menjadi Maba di Universitas Nusa Pelita itu dibuat pusing tujuh keliling ketika takdir membawanya ke d...