9. • Mine

707 89 7
                                    




🎶Jeff Bernat - Call You Mine


•••

“Kayaknya udah saatnya bukan sih?” Sambungnya san mendapatkan kernyitan bingung dari Caelan.

“Saatnya apa?”

“Lo. Jadi pacar gue.” Ujarnya dan membuat Caelan menahan nafasnya.

“Ini udah dua minggu sejak kita saling mengenal satu sama lain.” Ujarnya. “Kita udah cukup tau karakter diri kita masing-masing.” Sambungnya.

“So… how about it?”

Caelan terdiam mendengar pertanyaan Ivan. Memang mereka sudah dikatakan lumayan dekat. Dua minggu ini Ivan sangat menunjukkan bagaimana perasaanya pada Caelan. Dan cowok cantik tersebut juga mengakui kalau dia sudah mempunyai perasaan pada Ivan.

“Kalau mau mikir-mikir dulu gapapa kok. Gue siap nunggunya.” Sambung Ivan membuat Caelan tersenyum kecut. Jahat ngga sih kalau dia selalu membuat Ivan nungguin dia. Dia juga mau membuktikan ke Ivan kalo cintanya dia ga bertepuk sebelah tangan.

Caelan akhirnya menggelengkan kepalanya lalu tersenyum. “Jahat banget kalo gue harus bikin lo nunggu lagi.” Ujarnya.

“Gue mau kok.” Lanjutnya sembari tersenyum manis.

“Hah? Gimana?” Ivan saat ini tidak bisa fokus karena jawaban dari Caelan.

“Gue mau jadi pacar lo.” Jelas Caelan dengan kekehannya.

Ivan? Tentu saja dia sangat bahagia. Pengen banget dia teriak tuh saking senangnya.

“Bentar gue masih speechless. Anjing pengen teriak banget.” Ujar Ivan dengan semangatnya.

“Yaudah sana teriak aja.”

Ivan pun akhirnya berteriak untuk melampiaskan rasa bahagianya. Dia bodo amat karena memang tidak akan ada yang mendengar. Caelan hanya bisa terkekeh melihat kelakuan Ivan.

Ivan pun akhirnya terkekeh dan langsung memeluk Caelan dengan eratnya. Caelan yang kaget akhirnya langsung tersenyum dan membalas pelukan Ivan tidak kalah eratnya.

“Gue ga janji, tapi gue bakal berusaha biar lo bahagia sama gue.” Ucap Ivan dengan bisikan lalu mencium pelipis Caelan.

“um. Gue percaya sama lo.”

•••

Setelah mengantar Caelan pulang dengan selamat, dia juga akhirnya sampai di rumahnya. Ivan masuk ke dalam rumah dengan wajah yang masih berseri-seri membuat bundanya yang sedang duduk di ruang tamu mengernyitkan keningnya bingung.

“Aku pulang.” Ucap Ivan sembari salam pada bundanya.

“Bentar. Kamu kenapa? Seneng banget kayaknya.” Tanya bunda Vina.

Ivan yang tadi hendak langsung masuk ke kamarnya akhirnya mengurungkan niatnya dan duduk di sebelah bundanya.

“Tebak aku kenapa?” Tanyanya dengan wajah penuh semangat.

“Menang judi ini pasti.”

“Bun astagfirullah, suudzonnya ga nanggung-nanggung.” Ivan heran sama bundanya padahal kan dia anak baik-baik. Pergaulan temannya juga baik kok cuman kadang banyak bacot aja mereka.

“Aku abis jadian bunda sama Caelan.”

“Halah paling bentar lagi putus.” Ucap bunda. Ivan memang sedari dulu kalau punya pacar ga pernah awet. Makanya bundanya ga heran kalo anak cowoknya pacaran.

HAPPINESS ; Chanbaek Lokal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang