15. • Knows Everything

648 80 2
                                    

🎶Rachel Platten - Fight Song

•••

Ivan akhirnya mengajak Caelan ke tempat favorit mereka. Karena memang cuma tempat itu yang terpikirkan oleh Ivan. Setidaknya tempat itu sangat worth it untuk healing time.

Sesampainya disana memang tidak ada yang memulai pembicaraan. Caelan yang sibuk dengan pikirannya dan Ivan yang sibuk memandang lekuk wajah sang pacar. Dia ingin memulai pembicaraan tapi bingung mau mulai darimana.

Ivan membiarkan sang pujaan hati untuk menikmati waktunya dengan ditemani semilir angin. Mungkin saat akan berbicara, Caelan akan membuka suara sendiri.

Terbilang sudah sepuluh menit mereka berada pada posisi itu. Saling diam dengan pikiran yang berbeda. Caelan akhirnya tersadar dengan lamunannya dan akhirnya menoleh pada Ivan yang ternyata juga tengah memandang dia.

Ivan tersenyum lembut dan Caelan akhirnya menghampiri Ivan sembari memeluk sang kekasih.
"Maaf." Hanya itu yang bisa Caelan ucapkan.

Ivan menggelengkan kepalanya dan mengelus punggung Caelan untuk menenangkannya. "Jangan minta maaf."

"Aku nyusahin ya?" Tanya Caelan sembari mendongak menatap Ivan.
"Padahal cuma badmood doang sampe gini." Lanjutnya.

Ivan sekali lagi menggeleng tak setuju. "Setiap orang punya caranya tersendiri untuk mengekspresikan perasaannya, ada yang badmood terus marah-marah, ada yang badmood terus kayak kamu gini." Ujarnya sembari mencolek hidung Caelan. "Kita gak bisa nilai cara orang dalam ekpresiin perasaannya." Lanjutnya.

Caelan terkekeh mendengar ucapan Ivan. "Pacar aku ternyata bijak banget."

"Woiya jelas dong." Ujarnya dengan percaya diri membuat Caelan terkekeh sekali lagi. "Dan kamu ga nyusahin kok tenang aja." Lanjutnya dan mencium pelipis Caelan.

"Udah baikan belum moodnya?" Caelan mengangguk menjawab pertanyaan Ivan.

"Berkat kamu. Thanks ay." Caelan tersenyum sangat manis pada Ivan. Tentu saja Ivan merasa berdebar karena senyuman tersebut apalagi tadi Caelan memanggil dia dengan panggilan kesayangan.

"Aku boleh itu gak?" Pertanyaan Ivan tentu saja membuat Caelan bingung. Itu apa maksudnya?

"Ung? Itu?"

"Ehem... cium." Ucap Ivan dengan suara yang pelan. Ivan tentu saja sangat gugup takut-takut kalau Caelan menolak.

Caelan terdiam ragu, apakah boleh? Selama mereka berpacaran memang tidak pernah ada ciuman karena sejauh ini skinship yang mereka lakukan hanya pelukan saja. Kalupun cium pun itu cium kening atau pelipis.

Tapi mungkin tidak masalah kalau dengan ciuman. Caelan sudah memantapkan dirinya kalau dia tidak akan terjatuh pada lubang yang sama. Jadi, kalau ciuman menurut dia masih dibatas wajar asal jangan sampe cium turun ke bawah.

Caelan akhirnya mencuri kecupan, bukan first kiss juga sih karena memang itu hanya kecupan tidak lebih. Ivan yang mendapatkan itu secara tiba-tiba hanya bisa termenung sejenak karena selanjutnya dia langsung memberikan ciuman pada Caelan. Karena memang Caelan sudah mengizinkan.

Caelan paham sekarang, ciuman yang Ivan berikan sangat berbeda dengan yang dilakukan bajingan itu dulu. Ciuman Ivan sangat lembut dan manis tanpa ada nafsu sedikitpun. Ivan seperti mencurahkan isi hatinya pada First Kiss mereka, membuat hati Caelan menghangat.

•••

Saat Caelan memasuki rumahnya setelah diantar oleh Ivan ternyata di dalam rumahnya ada Vero sedang mengobrol dengan adiknya.

HAPPINESS ; Chanbaek Lokal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang