Part 9

8.2K 1.4K 267
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Sabtu yang cerah, ditambah tidak adanya jadwal kuliah membuat semua mahasiswa yang mengalaminya merasa bahagia. Banyak yang memilih di rumah saja untuk hibernasi me-recharge tenaga dan ada juga yang sekedar jalan-jalan untuk menghilangkan stres.

Namun, hari Sabtu yang terdengar menyenangkan itu tidak berlaku bagi Jaemin.

Saat ini, Jaemin terlihat tengah berpikir keras di depan laptop dengan kedua tangannya yang ia jadikan penopang dagu. Dirinya tidak sedang mengerjakan tugasnya, karena sudah dikerjakan kemarin.

"Apa yang harus aku ketik di sini?" Gumamnya dengan mata masih menatap layar laptop, menampilkan email yang akan ia gunakan untuk mengirim suratnya.

"Hyeong, stok makanan kita habis. Untuk makan siang, mau delivery saja?" Jisung masuk ke kamar kakaknya yang tidak dikunci, pertanda bahwa Jisung boleh mengganggu kakaknya. Pria kelebihan kalsium itu melihat kakaknya yang terlalu fokus menatap layar laptop sampai tidak menyadari kehadirannya.

"Apa yang Hyeong lakukan?" Tanya Jisung saat ia sudah berdiri di samping kakaknya.

"Oh, ada Jisung-ie. Ada perlu apa, Jisung-ie?" Tanya Jaemin yang baru menyadari kehadiran adiknya.

"Apa yang Hyeong lakukan?" Jisung melupakan niat awalnya karena lebih tertarik dengan apa yang kakaknya lakukan sampai menampilkan wajah yang begitu serius, hal yang jarang sekali Jisung tangkap secara langsung karena biasanya sang kakak selalu menyembunyikan di balik senyum healing-nya.

"Aku hendak mengirim surat."

"Untuk siapa?"

"Seseorang yang menarik perhatianku belakangan ini."

Jisung mengerutkan dahinya saat mendengar jawaban Jaemin. "Kenapa lewat email?"

Jaemin menghela napasnya, pertanyaan Jisung membuatnya kembali mengingat kebodohan yang ia buat. "Aku tidak punya nomornya."

"Bagaimana bisa?" Kini Jisung duduk di pinggiran kasur yang letaknya tidak jauh dari tempat Jaemin duduk, ia pegal berdiri terlalu lama.

"Saat kita bertemu, aku lupa minta nomornya."

"Sepertinya daya ingatmu semakin menurun, Hyeong."

Jaemin terkekeh mendengar ucapan dengan nada prihatin yang dilontarkan adik kesayangannya itu. "Terimakasih sudah diingatkan, Jisung-ie. Tapi, kau tahu itu tidak benar."

Jisung mengedikkan kedua bahunya acuh. "Lalu apa yang hendak Hyeong lakukan?"

"Aku berniat mengirim surat ke program radio Akdong Seoul untuk memintanya menemuiku di suatu tempat, lalu saat kami bertemu aku akan minta nomornya. Atau aku memintanya ke sini saja agar aku tidak perlu susah payah menyamar?" Jelas Jaemin.

RenD || 잼런 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang