Part 12

7.8K 1.2K 312
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Jeno sudah berdiri di depan pintu apartemen milik sahabatnya, Haechan. Saat ini perasaannya tengah tercampur aduk antara gugup, gelisah, khawatir, dan penasaran. Bahkan dirinya sudah berdiri di depan pintu itu sejak lima menit yang lalu tanpa melakukan apa-apa.

Bukan. Jeno berdiri selama itu bukan karena Haechan tidak membukakan pintunya, pria gemini itu bahkan tidak tahu si taurus sudah ada di depan pintu apartemennya. Ini karena Jeno yang tak kunjung menekan bel karena perasaan campur aduknya itu.

Jeno mengambil napas panjang dan mengeluarkannya perlahan, berharap dirinya rileks meski sedikit. Setelah dirasa cukup membangun keberanian, ia menekan bel itu.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk menunggu pintu itu terbuka dan menampakkan pria eksotis yang tingginya sedikit di bawah Jeno. Wajah pria itu ternyata tidak beda jauh dengan Jeno, sepertinya dia juga gugup entah karena apa.

"Halo, Haechan-ah." Sapa Jeno dengan senyum yang dipaksakan untuk menyamarkan ekspresi gugupnya yang entah berhasil atau tidak.

"Pagi juga, Jeno-ya. Silahkan diminum." Haechan menggeser tubuhnya dan membuka pintunya lebih lebar lagi untuk mempersilahkan Jeno masuk.

Ya, kamu tidak salah baca dan aku tidak salah ketik, karena memang balas sapaan Haechan tidak nyambung. Itu karena Haechan sedang gugup, jadi dia menjawab asal.

Sebenarnya Jeno tidak mengerti dengan ucapan Haechan. Ini sudah siang, dirinya juga tidak melihat Haechan membawa minuman, jadi apa yang harus ia minum?

Namun secara naluri seorang tamu, Jeno pun masuk ke apartemen Haechan. lantas duduk di depan TV yang menampilkan layar hitam, karena memang TV itu tidak menyala.

Haechan menyusul Jeno sembari membawa dua mug yang berisi kopi untuk Jeno dan dirinya. Jeno menerima mug itu dan menyesapnya sedikit.

Suasana hening diselimuti kecanggungan. Ini tidak seperti biasanya. Atau mungkin karena biasanya mereka selalu berempat sehingga selalu terasa ramai, jadi tidak tahu bahwa jika mereka hanya berdua dapat menimbulkan kecanggungan seperti ini.

"Eum, jadi apa yang ingin kau katakan, Haechan-ah?" Suara Jeno berhasil memecah keheningan namun menimbulkan kegugupan untuk keduanya, Jeno gugup mendengar apa yang akan Haechan sampaikan sedangkan Haechan gugup dengan apa yang akan ia sampaikan.

Namun sepertinya suara Jeno hanya mampu memecah keheningan dalam waktu sangat singkat, karena suasana kembali hening disebabkan Haechan yang tak kunjung menjawab.

Jeno melirik Haechan yang menundukkan kepalanya, ia melihat perubahan guratan di dahi yang awalnya pudar semakin terlihat jelas. Sepertinya Haechan mulai kesal dengan situasi sekarang.

RenD || 잼런 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang