Cerita ringan nan manis mengenai proses pendekatan Na Jaemin (seorang aktor yang dikenal banyak orang) dan Huang Renjun (seorang penyiar radio) yang berawal dari siaran program radio Akdong Seoul.
_____
Status: Completed [Opening + 24 part]
Rating:...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
'Ah sial, aku lupa minta nomernya.
Mungkin lain kali.
Tapi, apakah akan bertemu lagi?
Tentu saja, kita kan satu kampus. Jadi, kemungkinan akan bertemu lagi pasti ada. Meskipun entah kapan.'
Jaemin menghela nafasnya. Sepertinya tidak ada lain kali.
Ia melangkahkan kakinya dengan lunglai di koridor kampus menuju kelasnya. Sudah hampir dua minggu sejak dirinya dan Renjun terakhir bertemu, dan setelah perpisahan mereka itu Jaemin tidak bertemu Renjun lagi. Ia juga tidak bertemu salah satu sahabat Renjun, padahal kalau bertemu dengannya Jaemin mau minta nomor Renjun. Ternyata satu kampus tidak menjamin mereka akan sering bertemu kalau jurusan bahkan fakultas mereka berbeda.
Jaemin menghela napasnya lagi, kali ini lebih berat. Helaan yang dikeluarkan setiap kali ia menyadari betapa bodoh dirinya saat hari itu.
Jaemin tiba di dalam kelas yang masih sepi, masih ada tiga puluh menit lagi untuk memulai kuliahnya. Ia memang tiba lebih awal, sengaja karena dirinya ingin duduk di paling belakang hari ini. Memojokkan diri sambil meratapi nasib akibat kebodohannya.
"Oh? Bukankah kamu Jaemin-ah?" Suara berat yang tidak asing di telinganya itu mengalihkan atensi Jaemin ke arah sumber suara itu.
Matanya menangkap sosok pria yang tengah tersenyum padanya, memperlihatkan eye smile yang terlihat begitu menarik bagi siapapun yang melihatnya.
"Jeno-ya?" Jaemin memastikan bahwa ia tidak salah sebut nama, karena memang sosoknya itu terlihat tidak asing. Jaemin tidak bisa mengingat nama orang yang sudah lama tidak ia temui ngomong-ngomong, dan itu berlaku pada pria yang masih berdiri di depannya dengan eye smile karena terakhir mereka bertemu mungkin dua bulan yang lalu.
"Benar. Syukurlah kamu masih mengingatku. Boleh aku duduk di sini?" Izinnya tanpa memudarkan senyumnya sambil menunjuk bangku di sisi kanan Jaemin yang kosong.
"Tentu saja." Ucap Jaemin. "Kau kuliah di sini?" Tanyanya setelah Jeno sudah duduk.
"Iya, seperti yang kau lihat sekarang. Aku baru tahu kau kuliah di sini, apa kau satu program studi denganku?" Ucap Jeno.
"Jika prodi yang kau maksud adalah manajemen, maka benar. Aku juga baru tahu kalau kau kuliah di sini." Jawabnya. "Mungkin karena kita tidak pernah ada mata kuliah yang satu kelas, jadi kita tidak pernah bertemu."
"Tapi, kenapa kau ada di sini? Seingatku, minggu lalu aku tidak melihatmu saat mata kuliah ini." Jaemin bertanya heran.