15. buaya internasional

1.9K 228 46
                                    

"Lo udah cek gedungnya?"

Javier menggeleng,"Belom,nanti bakal dikirimin detailnya sama suruhan bokap gue."

Stefan mengangguk,lalu keluar menuju balkon kamarnya.

Cowo itu berdiri sambil bersandar pada salah satu pilar,melihat pemandangan di depannya.

Semilir angin menerbangkan beberapa helai rambutnya. Siapapun yang melihat Stefan sekarang pasti akan terpana. Cowo itu memiliki rahang yang tegas,hidung yang mancung,dan memiliki garis mata yang tajam.

Sudah satu jam ia diam seperti itu,Javier yang sedang bermain game pun sampai bosan. Salah Javier sendiri ngotot ke rumah Stefan,padahal dia baru sampe indo tadi pagi.

"Lo mau semedi di situ? Buruan masuk!" Javier meneriaki sahabatnya.

Tapi Stefan tetap tak bergeming,
hingga Javier harus menyeretnya masuk ke dalam.

"Udah lo gausah khawatir,itu orang engga bakal ganggu lo lagi." Javier berusaha membuat Stefan tidak cemas. Sepayah apapun Javier,ia tetap tau apa yang ada di pikiran sahabatnya.

"Lagian indo bukan daerah teritorialnya,lo yang bilang sendiri ke gue waktu itu kalo bokapnya cewe lo yang nguasai bisnis disini." Javier menepuk bahu Stefan pelan.

"Sekotor kotornya dia sama kita. Bakal kita bales yang setimpal."

Stefan hanya diam saja,tapi dalam hati ia berharap pada ucapan Javier.
"Nah gitu dong!"

Setelah berbicara seperti itu Javier pamit pulang. Stefan langsung mengiyakan karena ia beralasan harus menyiapkan keperluan sekolah besok.

Padahal Stefan pun tau Javier akan berkeliling Jakarta untuk mencari mangsa baru.








***





"Kiana,sini sayang." Ale memanggil anak perempuannya.

Kiana yang sedang asik memakan cemilannya menengok,"Kenapa ma?"

"Kamu sama Stefan belom undang temen kalian loh,nih." Mamanya menyodorkan list nama tamu.

"Tulis siapa aja yang mau kamu undang,nanti biar mama yang urus." Kiana mengangguk kikuk.

"Harus banget ma? Gamau dirahasiain aja?"

Ale menatap aneh anaknya,"Kamu mau sembunyikan status tunangan kamu?"

"Aku cuma gamau nanti temen temen nganggep aku macem macem." Kiana mencicit.

Mamanya menghela napas,"Yaudah terserah kamu. Tapi Stefan pasti bakal ngundang temennya kan? Kamu nanti bilang ke dia ya?" Kiana mengangguk.

"Yaudah kalau gitu aku ke atas dulu ya ma." Kiana lalu berjalan kembali ke kamarnya dengan senyum pahit.

"Gue bilang ke Cia engga ya?" Gumam Kiana setelah duduk di pinggir tempat tidurnya. Rasa bersalah tiba tiba menjalari hatinya.

Di awal pertemuan Kiana dan Stefan,
Cia sangat heboh menanggapinya. Tapi tiba tiba ia harus bertunangan dengan Stefan dan ia tidak bilang padanya? Astaga Kiana merasa bersalah.

Namun ia sudah terlanjur berbohong padanya,apa Cia masih mau jadi temannya?

Kiana juga bingung bagaimana caranya ia memberitau Stefan soal list ini,masih gengsi rasanya.

"Oh gue ada ide." Jari jari Kiana langsung cepat mengetikkan sesuatu di layar hapenya.

Kiana

Woe,teh panas lewat

StefanP

?

MY FIANCE | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang