35. Bring it

1.2K 208 67
                                    

Pagi di apartemen terasa berbeda hari ini. Kiana baru sadar kalau sudah dua hari dirinya harus tidur dalam satu unit yang sama dengan lawan jenis. Sebenarnya nggak masalah sih. Toh, Stefan tunangannya.

Cuman rasanya tuh Kiana jadi kepengen ndusel ndusel mulu bawaannya. Ngelihat Stefan yang baru bangun tidur terus masih bengong bikin Kiana ajak cuci muka bareng sambil mainan ciprat ciprat air.

"Nggak siap siap? Katanya mau sekolah."

Kiana yang lagi duduk senderan di samping Stefan itu mendengus, "Nggak jadi deh, gue masih mau libur."

"Kenapa?"

Lama lama senderannya dari menyender pada sofa, jadi bergeser ke pundak cowok itu. Tak lupa ia mendusel nduselnya sedikit sembari mencari posisi yang nyaman. "Gue pengen berbeda hari ini."

Ditengah acara Kiana yang lagi super manja itu, Stefan mendapat pesan jika pagi ini seluruh siswa datang pukul 09.00 karena para guru sedang rapat. Cowok itu menoleh ke arah Kiana yang lagi asik nonton acara kartun. Stefan tersenyum sedikit.

Menang banyak lo, Kiana.























***























Baru saja Kiana mendudukkan pantatnya di kursi, namanya sudah dipanggil. Sepertinya ini ada hubungannya dengan Karina. Kata Cia, sehari setelah kejadian itu, Pak Suhan mendatangi kantor dengan amarah yang membuncah. Beliau terus mengatakan jika sikapnya keterlaluan karena membuat keponakannya mengalami luka luka.

Laporan itu langsung diproses oleh kesiswaan. Karena Pak Suhan membuat keributan, laporan kasus yang harusnya menjadi rahasia itu jadi tersebar diantara para murid.

Sebagian besar orang yang hadir di lapangan saat itu terjadi tidak terlalu menggubris. Mereka tidak ambil pusing dengan posisi Kiana yang dirugikan akibat laporan ini. Yang penting itu, ada drama? Kita tonton.

Laporan itu digilir sampai ke anak Osis. Sebagai anak Osis, Hilal bisa mendapat rincian laporannya lebih lanjut. Karena cerita yang diceritakan antara mulut ke mulut sudah tidak bisa dipercaya lagi keasliannya. Hilal kemudian meminta pihak keamanan sekolah untuk mengecek cctv terdekat yang mengarah ke lapangan. Sayangnya sat itu terlalu banyak murid yang menghalangi sehingga tidak terlihat jelas siapa yang lebih dominan.

Mengundang saksi pun percuma, semuanya mengatakan hal yang berbeda. Maka dari itu, Kiana langsung dipanggil untuk diinterogasi. Yang mana menurutnya konyol banget karena ternyata sekolah tidak punya kesungguhan untuk mengungkap kasus ini.

"Jadi, apa yang terjadi di lapangan waktu itu?"

Kiana yang sedang dipandangi beberapa guru dalam satu ruangan itu menghembuskan napas. "Sudah saya bilang Pak, Bu. Saya lagi dipermalukan depan umum."

"Lalu kamu bisa menjelaskan luka yang dialami Karina?" Bu Sufi memperlihatkan foto lutut Karina yang diperban. Tak lupa beberapa goresan yang berada di betisnya. Seakan habis dicakar.

"Dicakar kucing kali bu."

"Jangan bercanda."

Mata Kiana menajam. "Saya juga lagi nggak bercanda bu. Gimana bisa kakinya lecet kaya gitu disaat saya nggak ngelukai dia sama sekali?"

"TAPI KAMU NGEDORONG KEPONAKAN SAYA!"

Pak Suhan tiba tiba masuk dan berteriak. Di kanan kirinya ada satpan yang sedari tadi menahan dirinya untuk tidak memasuki ruangan.

"Keponakan Bapak juga pernah ngebully saya. Bukannya itu udah impas?"

"Mana buktinya!? Nggak ada kan? Emang kamu cuma ngada ngada."

MY FIANCE | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang