22. Come in

1.3K 178 11
                                    

Kiana pundung.

Bener bener rasanya pengen ngejual Stefan di Shoppee terus ditukar sama cowok yang lebih baik. Mulutnya sejak tadi tidak berhenti mengucapkan kata kata yang berasal dari kebun binatang. Siapapun yang mendengarnya niscahya akan langsung ilfeel. Mulai dari umpatan basic seperti anjir sampai asshole–lole udah disebut semua.

Di tengah tengah itu,segala peristiwa yang ia lalui bersama Stefan seketika terputar jelas di otaknya. Berkali kali ia memukul kepalanya agar berhenti memikirkan adegan adegan yang sangat ia benci sekarang. Makanya Kiana makin salty waktu galau.

Tapi jika boleh jujur,Kiana sedikit merindukan masa masa itu. Masa dimana Stefan dan dirinya tidak memiliki hubungan serumit ini. Seharusnya dari awal Kiana tidak membiarkan cowok itu masuk. Tidak seharusnya ia menerima Stefan dengan lapang saat cowok itu datang ke kehidupannya.

Bagian otaknya menyerukan penyesalan karena mengikuti pertunangan bodoh ini sampai sekarang. Bahkan karena itu Kiana hampir saja dibawa pergi orang,
walaupun dirinya sempat tak percaya ada orang jahat yang akan mencelakai dirinya. Sedangkan bagian hatinya mengelu elukan perilaku Stefan selama ini. Sisi cuek tidak pedulinya saat pertama kali bertemu,hingga sisi romantisme cowok itu yang terkadang membuat kupu kupu berterbangan di perutnya.

"Sebenarnya mau lo apa sih?" Satu kalimat itu mewakili semuanya.

Jika tidak menyukainya,Stefan bisa saja tetap tidak peduli padanya sampai akhir. Itukan kemampuan khususnya,cuek terhadap orang lain. Seakan dirinya ini hanya mainan di etalase toko,yang hanya dilirik jika sungguh menarik.

Jika Stefan—ehem menyukainya,
seharusnya ia menggunakan waktu yang ia punya selama ini untuk memperlakukan dirinya dengan baik. Bukannya terang terangan menunjukkan sisi brengseknya,itu menjijikan.

Jika Kiana tetap mempertahankan pertunangan ini,apakah ia bisa bertahan?

Jika sedari awal Kiana tidak menerima pertunangan,apakah hidupnya tidak akan serumit ini?

Terlalu banyak kata jika,Kiana butuh kepastian. Ia butuh penjelasan. Siapapun akan ia dengarkan,bahkan Karina sekalipun kalau perlu.

Tapi apa? Sampai saat ini ia masih disini mengurung diri. Stefan tidak berusaha menjelaskan apapun. Menghubunginya saja tidak. Apa cowok itu benar benar tidak menganggap dirinya ada?

"Kali ini gue engga akan maafin lo semudah itu."















***

















"Lo udah cari tau apa hubungan Jinyoung sama Kiana?"

Javier mengangguk,"Ternyata mereka udah temenan dari kecil,nih."

Stefan menerima ipad sodoran Javier,"Kiana udah kenal Jinyoung sebelum diadopsi?"

"Iya,tapi kayanya dia ataupun orang tuanya engga tau siapa yang ngadopsi Jinyoung. Kalau mereka tau,pasti Kiana udah pindah ke sini dari lama buat ngehindarin orang itu. Jadi Jinyoung ke sana sebagai ancaman? Atau sebagai teman? Gue rada bingung."

Stefan diam sebentar,"Kalau dari cara bicaranya sama Kiana tadi—" Stefan mengepalkan tangannya. "Gue rasa sebagai teman."

"Oh teman? Rada bahaya dong kalau gitu." Javier seketika mendapat bahan ejekan baru.

"Kapan terakhir kali Kiana ketemu sama Jinyoung?" Stefan mengalihkan,tak ingin berlama lama membahas soal teman masa kecil itu.

"Beberapa tahun lalu,pas dia pindah ke Indo. Tapi gue gatau pastinya kapan,semua hal yang berkaitan dengan Kiana dan keluarganya engga diketahui secara detail."

MY FIANCE | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang