29. Fluttering

1.8K 208 44
                                    

Perjalanan dari sekolah ke kedai es krim cukup membosankan, keadaan ini bahkan lebih parah dari sebelumnya. Jika biasanya suara radio yang kencang nan meriah yang meramaikan suasana, kali ini hanya suara air cooler yang mendominasi. Benar benar senyap.

Bukan karena mereka tak ada bahan obrolan, tapi keduanya sibuk bergumul dengan pikiran masing masing. Kiana berusaha menghilangkan rasa sumuk yang mendera, sedangkan Stefan dengan pikirannya yang dipenuhi berbagai pertanyaan.

"Lo lagi ada perlu sama gue?" Seperti biasa, Kiana tak tahan dengan kesunyian terlalu lama.

"Enggak, kenapa?"

"Aneh aja lo tiba tiba ngajak gue makan es krim. Jadi gue berasumsi lo lagi mau ngebahas sesuatu dengan gue, maybe some important stuff or else."

"So do i? Apa gue gaboleh ngajak tunangan gue makan es krim?" Kiana tertampar argumen sederhana. Untungnya Stefan akan membawanya ke kedai es krim. Sebuah tempat yang tepat untuk mendinginkan diri. Baik itu fisik maupun hatinya. Setidaknya Kiana tidak akan menyumpah nyerapahi Stefan dalam beberapa waktu ke depan.

"Oh oke gue ngerti, tapi kenapa tiba tiba banget? Gue rasa hubungan kita belum sebagus itu untuk lo ngajak gue makan."

"Karena gue mau lo ceritain semua hal berat yang lo alamin hari ini. I thought that it will be too harsh for you so i take you into an ice cream cafe."

Kata kata Stefan barusan membuat Kiana tersentuh. Cukup menarik karena selama ini yang ia tau Stefan tak akan repot repot mengkhawatirkan orang lain. Cause his stage name is Uncaring Man so Kiana doesn't want to expect too much.

Tapi hari ini, Kiana merasa jika musibah yang ia hadapi ternyata membawa sedikit manfaat juga. Mungkin setelah masalah ini selesai Kiana akan berterima kasih pada Karina.


























"Lo cari tempat duduk sono, biar dapet tempat yang nyaman."

"Lo aja, gue yang pesen."

Stefan menolaknya, ia jadi sedikit takjub karena Stefan benar benar memiliki niat untuk membuatnya bercerita. Tapi karena ia adalah saudara kembar Kiano, tak asik jika Stefan tidak diuji sedikit. "Emang lo tau es krim apa yang mau gue pesen?" Tantangnya.

"Greentea hazelnut, right?" Kiana mengerjap, bingung tau darimana Stefan rasa favoritnya. Ah, Kiana lupa. Mereka kan pernah makan di kedai es krim ini. Dan dirinya sempat salty karena mbak kasirnya sempat curi curi pandang pada Stefan.

"Buruan." Stefan lekas mendorong Kiana menjauh dan pergi ke kasir memesan menu.

Tadinya Kiana mau ngotot dirinya saja yang pesan, demi mengantisipasi kasir bermata keranjang itu, tapi untungnya hari ini kasirnya seorang laki laki. Kiana menghela napas lega. Bukannya apa apa. Tapi Kiana risih melihat ada orang yang terang terangan menatap orang lain bak singa kelaparan.

Jadi Kiana memilih menurut dan mencari tempat duduk dengan posisi yang paling strategis. Tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung karena nanti suasana makan es krimnya jadi terganggu, dan tempat yang tidak terlalu terlihat. Entah mengapa Kiana tidak suka jika tempat duduk mereka nanti mudah ternotice. Jangan nuduh yang engga engga. Ia cuma ingin privasi saja, siapa tau nanti mereka akan terlibat kdrt. Jadi para pembeli yang lain tak akan langsung mengecap mereka sebagai calon pengunjung pengadilan negri setempat.

Tak butuh waktu lama sampai Stefan datang membawa dua cup es krim.

"So, gimana situasi lo hari ini?" Tanyanya langsung setelah Kiana memakan sesendok es krim miliknya.

MY FIANCE | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang