RICO AFRAN DAN LORA

193 37 0
                                    

REVISI

"Persis seperti semula?" Tanya Arda.

Afran dan Rico melihat itu dengan tatapan takjub. Sihir apa yang mereka gunakan.

"Ko bisa?" Tanta Rico tak percaya bahwa wajah blora sudah seperti semula lagi.

Sedangkan Afran melongo melihat wajah Blora.

"Arda emang dari pasukan medis, jadi bisa nyembuhin luka yang berbagai hal. Kaya mengganti mata, tulang patah, luka ringan, jantung lemah, hingga memasang tangan atau kaki baru." Jelas Pelangi.

Rico dan Afran serta Blora pun merinding mendengarnya, mengganti mata? Memasang kaki atau tangan? Itu semua mengerikan.

"Ya tuhan kenapa bebep gue jadi mahluk astral sii." ucap Afran dramatis.

"Siapa ka?" Tanya Blora.

"Pelangi Ra." Balas Afran dramatis.

"Lebay lo jiji gue idih." Ujar Riko mendelik.

"Bukan makhluk astral. Tapi utusan dewi." Ucap Blora di setujui Arda.

"Dia adik dari Alpha Rey ka." Ucap Blora.

"HAH?" Afran sangat terkejut. Selama ini orang yang ia incar adalah adik dari seorang Alpha.

"Gue ga bisa deketin lo dong. Aku mah apa atuh. Kamu seorang keturunan dewi aku cuman res resan rangginang." ucap Afran dramatis..

"Cakep ngaku." Ledek Riko,

Mereka tertawa mendengar ucapan Afran tak terkecuali dengan Pelangi yang sudah sebal dengan Afran yang playboy itu. Pelangi pernah mempergoki Afran sedang menggombal dengan ke beberapa  perempuan.

Hal itu lah yang membuat Pelangi tak mau dekat dekat dengan manusia playboy itu. Berbeda dengan Arda yang mempunyai sifat jutek dan diam kepada semua orang tapi ia akan menjelaskan sesuatu yang mengenai pasukan elit dengan ramah. Ia tak mau membuat mulutnya berbusa saat menjelaskan dengan singkat singkat, itu akan membuatnya lelah berbicara tak terkecuali dengan teman dekatnya. Yaitu Pelangi dan Blora yang saat ini sudah ia kenal.

"Kalian janji jangan bilang bilang." ucap Blora

Mereka berdua menganggukan kepalanya.

"Mungkin un.."

"Aargghh"

Mereka mendengar suara erangan yang sangat kencang dari tengah hutan.

"Itu apa?" Tanya Blora panik, Rico dan Afran pun sama paniknya dengan Blora karna erangan yang begitu kencang.

Berbeda dengan Arda dan Pelangi yang sudah bisa mencium bau Naung.

"Naung." Gumam Arda.

Mereka bertiga membelakan matanya. Rasa panik dan takut selalu menjalar di tubuhnya, Blora yang tak bisa berbuat apa apa dan Rico hanya berusaha untuk tidak takut namun tak bisa.

Afran yang sudah bergetar di seluruh badannya pun menjongkokan tubuhnya. Jika mereka tauran mereka tak akan takut seperti ini apa lagi di hadapan cewe. Mereka akan maju dan mengalahkan lawannya.

Namun ini adalah seorang Monster besar, dalam cerita saja mereka sudah merinding bagaimana jika bertemu langsung.

Suara pijakan kaki yang mendekat kearah mereka bisa di dengar oleh Arda dan Pelangi saja. Mereka berdua mulai mengambil ancang ancang untuk menghajar Monster itu.

"Rik Rik  kita  pulang yu." ajak Afran yang berdiri dari jongkoknya dan menarik narik tangan Riko.

"Jangan mencar ka. Kalian udah terlambat kalo mau melarikan diri." ucap Pelangi yang masih fokus.

Datang lah dari sisi Arda seorang monster yang seram dengan air liurnya yang sudah berjatuhan di tanah.

"Mau apa kamu?" Tanya Pelangi.

"Aargghhh." tiba tiba Naung itu pun menyerang Pelangi dan bukan Arda.

Pelangi melawan Naung itu dengan gencar. Sudah lama ia tak melawan monster monster jelek itu. Tangannya sudah gatal karna sudah lama ia tak tempur lagi.

Di sisi lain Arda  melihat naung datang, Arda segera menghajarnya sampai monster itu terjatuh untuk melindungi Riko,Blora dan Afran.

Di arah lain dua Naung datang lagi. Arda dan Pelangi bingung karna Naung yang sedang mereka hadapi lebih kuat dari sebelum nya. Jadi susah musnahnya.

Arda  mematahkan rahang monster itu dan beralih pada monster lainnya. Riko dan Afran yang melihat itu pun sangat kaget ada perempuan yang kuat seperti Arda begitu pun dengan Pelangi.

Riko dan Afran melihat satu naung yang mendekati mereka. Rico dan Afran mulai mengambil ancang ancang untuk bertarung dengan monster itu dengan kemampuan bela dirinya yang mereka punya saat tauran.

Dengan beberapa tonjokan dan tendangan bersamaan, Naung itu sempat terjatuh namun bangkit lagi. Tenaga naung 5 kali lebih kuat dari manusia biasa jelas saja Naung itu hanya terjatuh karna oleng bukan karna sakit.

Datang lah Naung Naung yang lainnya. Mereka sudah terkepung oleh monster monster gila itu.

Blora yang melihat teman temannya bertarung pun geram. Dan merasakan aura yang berbeda dari tubuhnya.

Karna rasa takut yang tinggi Blora mampu merubah dirinya lagi, ia akan berubah ketika ia merasa terncam atau takut,

Tentu saja pukulan seorang Meyna akan lebih kuat dari pasukan pasukan lainnya. Makanya jangan heran saat melihat Blora yang amat kuat.

Langit berubah menjadi gelap dan sekitar hutan pun mulai berkabut. Padahal waktu mereka masih sore dan sudah ada kabut yang menutupi daerah hutan.

"RAN LO DIMANA?" Teriak Riko

"Rik?" Teriak Afran.

Pelangi segera memanggil bala bantuan dari pasukan elit dan meminta Rendra untuk membawa Rey untuk melindungi Blora.

Naung Naung itu pun semakin banyak jumlahnya mungkin ada puluhan jumlahnya sedangkan mereka hanya ada lima orang. Dua orang manusia biasa dan tiga orang dari pasukan elit.

Tak lama Rendra dan Rey datang dengan alat tranportasi yang menyerupai kereta kuda namun hanya tiga detik sampai ke tempat tujuan. Itulah kelebihan dari kereta kuda keluarga Magathon.

"SERANG." Teriak Rendra yang memerintakah pasukan untuk membunuh Naung.

Rey menghampiri Blora yang sedang bertarung, Rey ikut bertarung melawan Naung itu sekaligus melindungi Blora dari serangan Naung.

Kabut yang tebal itupun lama lama menghilang karna Rendra menaruh alat untuk menghirup kabut tebal itu. Rendra mendapatkannya dari seorang ilmuan yang menciptakan alat alat aneh untuk membunuh Naung . Ilmuan itupun tinggal di kastil Magathon karna mereka milik keluarga bangsawan Magathon juga.

Satu persatu Naung naung itu terjatuh dan begitu juga dengan beberapa pasukan elit. Riko dan Afran sudah di bawa dengan kereta kuda untuk pergi ke kastil.

Setelah melihat monster monster yang sudah mati Rey pun mengumpulkan pasukan elitnya.

Blora melihat Naung yang sudah terpapar lemas, ada  yang lehernya patah ada yang badannya terbelah dua ada yang kaki dan tangannya terpisah.

Blora hanya  meninju Naung dengan beberapa tinjuannya mampu membuat lawannya mati. Tak perlu seperti Arda dan Pelangi serta pasukan lainnya yang mematah kan beberapa organ tubuh lawannya lalu mati.

"Kamu gapapa?" Tanya Rey yang wajahnya sudah terciprat  darah darah monster.

"Iya aku gapapa." Balas Blora.

"Bawa semua pasukan dan kembali ke kastil." Perintah Rey pada Rendra.

Rendra memerintahkan semua pasukan untuk pulang ke kastil bersama Blora juga.











Bersambung..

Foloow akun ig : @alyl2403_
@lembaran_tyaraaly

Two Worlds [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang