8. Terjebak

13 3 0
                                    

Keesokan harinya, lagi-lagi Dewi Fortuna tidak berpihak pada Mega.
Bagaimana tidak, perjuangan Mega untuk sampai di sekolah sangatlah begitu berat. Pertama dia harus bangun lebih awal mengingat hari ini adalah hari senin, ke–dua dia harus terjebak kemacetan kota jakarta, ke–tiga dia harus memohon-mohon sama mang Amir untuk membukakan gerbang yang hampir di tutup. Dan sekarang dia harus terjebak di dalam lift bersama cowok yang paling menyebalkan seumur hidup Mega.

Iya memang tadi Mega berlari terburu-buru di koridor untuk menuju lift agar lebih cepat sampai di kelasnya, saat melihat lift terbuka dengan cepat Mega masuk sampai dia menabrak dada bidang seseorang yang berdiri di sudut lift.

Tau begini lebih baik tadi Mega memilih melewati tangga saja meskipun lebih memakan waktu lama dan tentu saja capek daripada dia harus bertemu dengan cowok songong itu. Masih pagi saja sudah membuat mood Mega buruk.

Mega berdiri di pojok kiri sedangkan cowok itu di posisi pojok kanan. Mega tidak perlu menjelaskan siapa cowok itu kan? Pasti kalian sudah bisa menebaknya sendiri.

Keduanya saling diam, tidak ada perdebatan yang sering mereka lakukan ketika bertemu. Mega sibuk menanti lift nya membuka sedangkan cowok itu sibuk mendengarkan musik yang menyumpal di kedua telinganya.

Dentingan lift kembali terdengar, menandakan pintu lift akan segera terbuka. Namun pintu lift belum terbuka juga. Wajah Mega berubah pucat pasi. Tidak tidak Mega harus berpikir positive thingking. 

lift-nya nggak mungkin macet kan? ” monolog Mega pada dirinya sendiri.

Dari tadi pintu lift-nya hanya berdenting tanpa sekalipun membuat puntu itu terbuka. Mega semakin panik dia menekan tombol-tombol yang berada di sebelah pintu lift secara acak, namun masih tetap tidak ada perubahan. Pintu itu masih tertutup yang semakin membuat Mega berkeringat dingin. Mega menggigit bibir bawahnya, cemas.

Ketenangan Puja terganggu melihat Mega yang menekan secara acak tombol di sebelah pintu lift. Puja menaikkan alisnya bingung melihat tingkah cewek itu.

“santai dong, jangan pencet asalan”

Mega mengalihkan tatapannya kearah Puja, dan Puja sempat tertegun melihat wajah pucat dan keringat Mega.

“santai lo bilang? Lift-nya macet g*bl*k. Gimana gue bisa tenang! ” ujar Mega membentak namun terdengar bergetar.

“Macet? ” tanya Puja. Kalau dipikir ada benarnya juga, sudah terhitung lama Puja di dalam lift namun pintu lift belum terbuka hanya terdengar dentingan saja.

sebelum lift itu tiba-tiba berhenti dan lampu yang di dalamnya padam.
Mega menjerit ketakutan dia berjongkok di sisi kiri begitupun dengan Puja yang kaget ketika lift itu mengalami kerusakan mendadak.
Mega menangis ia mencoba menutup matanya rapat-rapat membayangkan terjebak dalam ruang sempit berjam-jam membuat nafas Mega semakin sesak.

Namun tiba-tiba ada lengan yang merangkul Mega, mata Mega sontak melirik lengan yang mendekapnya lalu pandanganya beralih ke siapa pemilik lengan kokoh itu. Saat dirinya mendongak tatapannya langsung terkunci pada mata teduh itu yang lebih dulu menatapnya,walaupun dalam keremangan cahaya namun mata itu masih terlihat jelas.

“Tenang! Jangan panik! Ada gue ” ujarnya sambil mencoba menenangkan ketakutan yang menyerang Mega.

Tidak bisa dipungkiri jika dekapan Puja, mampu membuat Mega lebih merasa tenang dan aman. Satu tangan Puja yang bebas meraih handphone nya yang di dalam saku lalu menempelkannya di telinga.

“Argh, sial. Nggak ada jaringan disini” ujarnya memasukkan kembali handphone-nya ke dalam saku.

Namun tiba-tiba lampu lift itu ber kedap-kedip di susul lift-nya berjalan ke bawah dengan sangat cepat. Mega mengeratkan pelukannya pada Puja begitupun Puja mencoba berpegangan pada sisi lift agar tidak ikut limbung.

 Dia Rey PujaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang