4. Pemberian Sepatu

31 1 0
                                    

Mega menghela nafas sepanjang koridor. Mencoba menenangkan dirinya sendiri. You must stay calm Mega. Rapalnya dalam hati.

Kepalanya menunduk, menatap miris kakinya yang tidak terbalut apapun. Ia terpaksa menenteng sebelah sepatunya karena tidak mungkin kan mega hanya memakai sepatu sebelah. Ia merutuki kecerobohannya yang dengan mudah melempar sepatu
satu - satunya itu yang sekarang hilang entah kemana.

Ketiga sahabatnya sudah pulang sejak sepuluh menit yabg lalu. Mega yang baru selesai piket kelas bergegas mencari keberadaan cowok songong itu. Mega masih ingat dengan jelas janji cowok itu yang katanya sepulang sekolah akan mengganti sepatunya yang hilang.

“Dimana sih cowok songong itu? Giliran gak dibutuhin aja nongol, eh pas dibutuhin gak ada!” Mega memberenggut, ia menjelajahi setiap koridor namun hasilnya nihil. Cowok itu sendiri yang bilang akan mengganti sepatunya. Lalu lihat dimana dia sekarang?

Jangan lupa ingatkan Mega agar selalu sabar!

Mega membelalakan matanya saat melihat dari lantai atas, puja yang akan menyalakan mesin motornya. Buru-buru Mega menuruni tangga. Ia bahkan membiarkan kakinya menancap kerikil yang berserakan di pinggir lapangan dan telapak kakinya yang kepanasan,Sesekali ia meringis.

“Cowok songong jangan pergi dulu!!”

Puja yang baru memasangkan helm–Nya menoleh kebelakang. Mega menghela nafasnya sedikit lega. Setidaknya ia bisa mencegah cowok itu walaupun saat ini telapak kakinya benar-benar sakit.
Wajah datar Puja meneliti penampilan Mega dari ujung rambut sampai bawah. Rambut yang berantakan, baju yang keluar, keringat sebiji jagung melengkapi wajahnya yang menandakan gadis itu sangat lelah, serta kaki yang telanjang tanpa mengenakan sepatu.

Waiit Sepatu!!!

Puja segera turun dari motornya. Cowok itu membungkuk didepan Mega meraih kakinya. Hati puja diselimuti rasa iba melihat telapak kaki gadis itu yang kini lecet.
Puja membersihkan kotoran yang menempel di talapak kaki mega tanpa rasa jijik. Mega yang mendapat perlakuan tak terduga itu hanya bisa termenung. Apalagi teman-teman puja semua tengah memerhatikannya. Mega menyentil kening puja dengan keras.

“Wadau!! Apaan sih lo.” Puja mengusap keningnya yang sekarang terlihat memerah.

“Lo yang apa-apaan, lepasin kaki gue ah cepat!” Mega melototkan matanya dengan gerakan menarik kakinya secara paksa.
Detik berikutnya Mega memekik. Bukannya terlepas sekarang puja malah menggendongnya dengan tiba-tiba.

“Heh cowok songong turunin gue!!” Teriak Mega, tangan dan kakinya terus memberontak. Namun percuma saja karena Puja hanya berjalan dengan tampang santainya.
"Eky lempar kunci mobil lo, lo bawa motor gue"teriak Puja. Eky hanya menurut ia melempar kunci mobilnya yang dengan mudah ditangkap puja dengan membungkam kunci itu di mulutnya.

Cowok itu membuka pintu mobil lalu mendudukkan mega di dalamnya.
“Duduk manis disini.” ujar puja begitu pelan. Setelah mengatakan kalimat itu puja langsung masuk ke tempat pengemudi yang sebelumnya melempar kunci motornya yang ditangkap Eky.

“Kapten, sekalian isiin bensinnya yaa.” seru Eky nyengir, sebelum mobil itu menjauh yang dibalas dengan acungan jempol oleh Puja.

***

Mobil itu berhenti disebuah mall besar. Mega turun dengan mulutnya yang terbuka lebar. “Ayo!” Puja menggenggam lembut tangan Mega.
Mega hanya berdiri seperti patung bahkan ia tidak mendengar ajakan Puja. Melihat tidak ada pergerakan apapun dari Mega Puja mengangkat tubuh ramping gadis itu dengan gerakan secepat kilat.
Dengan santai cowok itu melangkah memasuki mall. Mega mengerjap sedetik berikutnya ia berteriak.
Puja melotot mendengar teriakkan cewek itu yang memekikkan telinga.

“Bisa nggak kalau nggak usah pake teriak. Lo mau semua penghuni di mall ini ngeliatin kita.”

Mega tanpa sadar meneliti sekitarnya, benar saja semua orang tengah menatapnya dan berbisik-bisik. Banyak kalangan perempuan yang tersenyum senyum sendiri. Bahkan ada yang berani menunjuk nunjuk kearahnya, Sial.
Mega sangat malu ia cepat menyembunyikan wajah merahnya di dada bidang Puja. Kedua tangannya meremas dasi yang dikenakan cowok itu. Matanya terbuka sedikit mengintip Puja yang tetap tenang.

Puja mendudukkan Mega di sofa yang disediakan bagi pengunjung yang ingin mencoba sepatunya.
Perempuan dengan rambut di sanggul ke belakang dan pakaian khusus menghampiri dua anak muda.
“Ada yang bisa kami bantu?” tanya si pelayan. “Tunjukkan saya rak sepatu sekolah buat cewek.”

“Mari saya antar.” pelayan itu tersenyum ramah dan mempersilahkan Puja untuk mengikuti arahannya.

Setelah menunggu beberapa menit Mega melihat Puja membawa beberapa pasang sepatu dengan berbeda model.  “pilih!”
Cowok itu meletakkan semua sepatu itu tepat dihadapan Mega yang sukses membuat cewek itu cengo.

“Hah.”

“Ck. Pilih yang lo suka.”
“Ini beneran? Lo kan nanti yang bayar.” Tanya Mega.
Puja memutar bola matanya malas "
“iya.”
Mata Mega berbinar mendengar jawaban Puja, dengan semangat ia meneliti setiap sepatu yang telah di sediakan Puja. Mega mengambil salah satu yang menarik perhatiannya.
“Gue mau yang ini.” Mega menyerahkan sepatu itu dihadapan Puja. “Bener lo suka yang ini?”
Mega menghela nafas, “iya beneran.”
Lama puja memandang wajah memohon Mega.
“Tapi gue nggak suka. Gue lebih suka liat lo pake yang ini.” Puja menunjuk sepatu berwarna putih yang dihiasi gliter bercorak pink di setiap sisinya.
Namun menurut Mega terkesan Waw.

“Gak. Gue mau yang ini.” Mega tatap keukeh pada pilihannya. Puja menatap tajam kearah Mega

“Gak bisa lo harus pilih yang ini!”
“Huh?! Memangnya kenapa?” Tanya Mega. “Lo sendiri yang nyuruh gue buat milih. Giliran udah milih gak boleh, jadi cowok nyebelin banget sih” Mega membuang muka kearah lain dengan wajah cemberut.

Mendengus sekali lagi, Mega menatap kearah Puja. “Lagian ya, sepatu pilihan lo itu terkesan mewah buat gue dan menurut gue sepatu yang gue pilih jauh lebih cantik, simpel, dan elegan.”

Puja hanya terpaku pada wajah Mega, tanpa menjawab semua omongan gadis itu.
“Ya udah mbak duanya saja.” ujar Puja menyerahkan kedua sepatu berbeda model itu.

“Heh kenapa lo belinya dua.”

“Suka-suka gue lah. Gue kan yang bayar.” Ujar Puja angkuh.

“Tapi kan gue yang bakalan pakai.”
“Bisa diem nggak? Sini in kaki lo.” tanpa menunggu jawaban Mega, Puja bersimpuh dihadapan Mega. Memakaikan sepatu pilihannya.

“Apaan sih, gue udah bilang gamau pake sepatu ini.” seru Mega.
“Jadi cewek keras kepala banget. Kalo lo gak mau pakai sepatu pilihan gue lo bayar sendiri!” ancam Puja begitu tegas. Mega pun hanya bisa pasrah ketika cowok itu memakaikannya sepatu.

Mega berdiri ia menerima paper bag belanjaan sepatu pilihannya. Puja merasa puas melihat sepatu pilihannya yang sangat cocok untuk gadis itu bahkan ukuranya pas.
Tanpa menunggu cowok itu Mega langsung nyelonong meninggalkan Puja tanpa mengucapkan terima kasih.

“Ck. Dasar cewek keras kepala.”
Gumam Puja tersenyum singkat.

–—————

Yeyyy...
Akhirnya bisa update setelah kemarin kemarin dipusingin dengan daftar sekolah online yang namanya kehempas sana sini. Yang sempet dibuat nangis karena namanya yg tiba² ngilang entah kemana. Alhadullah karena author diterima disekolah yang di impikan🤗aku langsung bergerak cepat buat up.
Dan juga selamat buat kalian yang juga diterima di sekolah yang kalian pengen^^
Hehe maap yak thor–nya curhat dikit😁

 Dia Rey PujaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang