1. Tantangan

72 8 0
                                    

Tidak lama suara peluit nyaring terdengar itu tandanya pertandingan telah usai. Tim Puja memenangkan pertandingan ini pasalnya cowok jangkung itu membobol ring untuk ke dua puluh kalinya.

Sorak sorai tepuk tangan serta teriakan siswa siswi memenuhi area lapangan basket SMU Gemintang.
Cowok dengan jersey basket itu merentangkan tangannya ke udara dengan peluh yang memenuhi wajah tampannya dan senyuman manis ia perlihatkan ke seluruh tempat duduk tribun.

Melihat aksi Puja membuat segerombolan penonton menjerit kagum terutama para cewek. Sama halnya dengan sahabat Mega yang menjerit meneriakkan nama cowok itu berulang ulang.

Disisi lain Mega menatap tidak suka ke arah tengah lapangan, pandangannya tertuju pada cowok yang saat ini tengah menebar pesona.
“Cih. Songong!” gumam Mega.


“Yaampun kalau kaya gini terus gue bisa meleleh.” ucap Alea—sahabat Mega. Mereka cukup akrab saat pertama kali masuk most dan keduanya memutuskan untuk menjadi sahabat.

“Ciptaan mana lagi yang kau dustakan ya tuhan.” kali ini tita cewek salah satu sahabat Mega juga.

Mega melirik kursi sampingnya dengan sinis.
“Lo bertiga bisa diem nggak. Panas telinga gue denger lo pada teriak.” cerca Mega kesal.

“Lo kenapa sih sensi amat kalo kita muji Puja.” Alea menatap Mega.

“Iya sebenernya lo itu kenapa? Setiap kali kita muji Puja lo pasti bawaanya marah mulu. Heran gue.” kali ini yang bersuara Gita yang juga sahabat Mega.

“Lo cemburu ya?” tebak Tita, yang nyatanya meleset. Mega sedang tidak cemburu. Mana mungkin seorang Reyna Mega Lintang sang primadona SMU Gemintang bisa cemburu dengan cowok songong itu. Membayangkannya saja Mega eneg sendiri.

Ketiga sahabatnya memandang Mega dengan kening mengerut, menunggu jawaban yang keluar dari mulut cewek itu.
Teriakan lebay para cewek terdengar kembali. Semua memuji muji Puja dengan berlebihan itu yang tertangkap pada pendengaran Mega.
Jika begini terus telinga Mega bisa pecah.

Mega tidak memperdulikan pertanyaan Tita. Ia lebih memilih beranjak dari tempatnya duduk. Mega ingin mencari tempat yang nyaman agar tidak ada satupun yang bisa mengusiknya.

Ketiga sahabat Mega saling memandang lalu mengedikkan bahunya. Mereka memutuskan untuk ikut dengan Mega.

Mega berjalan melewati koridor kelas. Cewek itu membalikkan badannya berjalan mundur pelan pelan.
“Lo semua pada mau ikut gue ke rooftop atau mau ke kelas?” tanya Mega pada sahabatnya. Ia masih pada posisinya berjalan mundir pelan pelan.

Saat Mega membalikkan badannya ia menabrak dada bidang seseorang. Mega mengangkat pandangannya, rautnya seketika berubah datar saat mengetahui siapa orang yang ia tabrak.

Saat tubuh Mega ingin bergerak mundur secepat kilat tangan Puja mencegahnya. Ia memeluk pinggang Mega erat lalu menariknya agar semakin merapat.
Mata Mega sontak melotot secara spontan ia melingkarkan kedua tangannya di leher Puja. Jantungnya memompa lebih cepat secara tiba-tiba. Dia berdebar.
sedangkan sahabat Mega yang melihat kejadian ini sampai menutup mulutnya.

“Lepasin gue!” Mega memukul mukul dada bidang Puja yang malah membuat cowok itu terkekeh. Beberapa detik kemudian pelukan di pinggang Mega terlepas. Mega menghentakkan kakinya sebal.

Ia melangkah pergi dan memperingati sahabatnya agar tidak mengikuti cowok itu. Saat kepalanya menengok ke belakang bukannya melihat ketiga sahabatnya, Mega malah melihat tiga cowok yang masih memakai baju basket. Ya ketiga cowok itu sahabat Puja mereka semua adalah fans Mega.

Mega berjalan memutar dengan langkah cepat dan nafas memburu menahan emosi. Ia akan menyusul sahabatnya yang pasti tengah mengikuti kemanapun cowok itu pergi.

Mega berhenti tepat didepan Puja membuat cowok itu mengangkat alis hitamnya bingung.
“Lo jadi cowok gausah songong ya, baru punya fans segini aja bangga.”
Cerca Mega sinis.

Puja mengangkat alisnya sambil melirik ke arah belakangnya. Semua cewek memenuhi koridor. Lalu pandanganya kembali mengarah ke Mega disusul dengan kekehan kecil.
"Gue juga heran kenapa semua cowok disini itu ngefans sama lo"
Puja melongok ke arah belakang Mega melihat semua temannya bahkan seluruh murid cowok SMU Gemintang mengikuti Mega.

“Yaiyalah jelas gue kan cantik.” dengan gaya angkuhnya Mega menyibakkan rambut panjangnya.

Mendengar penuturan gadis itu, secara otomatis Puja membungkuk lalu mendekatkan wajahnya ke arah Mega, matanya bergerak menulusuri setiap inci wajah gadis itu.

Wajah dengan kulit putih seputih salju, mata hitam pekat dihiasi dengan bulu mata lentik yang kini tengah menatap tajam kearahnya, hidung mancung, bahkan bibir tipisnya sewarna dengan buah apel.

Pandangannya terpaku pada bibir merah ranum Mega. Seketika Puja menelan ludahnya. Tiba tiba Puja merasakan suhu udaranya berubah menjadi semakin panas. Ia segera menegakkan badannya kembali lalu berdehem singkat.
Tangannya bergerak mengipas ngipas tubuhnya dengan baju yang sedang ia kenakan.

“Kita lihat aja fans siapa yang paling banyak dia yang jadi pemenangnya. So, lo jangan songong dulu.” tunjuk Mega ke arah cowok jangkung itu.
Lalu melenggang pergi yang sebelumnya memperingati ketiga sahabatnya untuk tidak mengikuti cowok songong itu lagi.

------
Haii...

Salam kenal semua para
reader's 💛....
Terimakasih banyak udah mau mampir ke cerita Rey Puja semoga kalian semua suka.
Jangan lupa jadi reader's yang baik hati dan tidak sombong.
Fika cuma minta klik bintang dan terimakasih yang udah dukung

Sabtu, 30 Mei 20

Salam hangat
Syafika.

 Dia Rey PujaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang