Perlahan tapi pasti, dinding pembatas di antara Ji Pyeong dan Dal Mi mulai runtuh. Mereka semakin akrab, sebagai sahabat. Mereka sering bertemu di sela-sela kesibukan bekerja, baik untuk berdiskusi seputar bisnis, maupun obrolan ringan yang tidak penting. Mereka yang dulunya saling berkirim surat lewat rumah burung di bawah pohon cherry, kini saling mengirim e-mail dan pesan singkat.
Terkadang mereka pulang kerja bersama. Ji Pyeong akan mengantarkan Dal Mi pulang, kemudian makan malam di rumah Dal Mi. Saat Chuseok tahun ini pun Ji Pyeong menghabiskan waktu di rumah Dal Mi bersama keluarga gadis itu.
Terkadang Ji Pyeong juga membawa pulang lauk dan kue-kue buatan Nenek. Dal Mi bahkan pernah beberapa kali membawakan kotak makanan itu ke kantor.
"Aduh, seharusnya kau tak perlu membawakan ini."
"Aku hanya menaati perintah Nenek."
"Kenapa Nenek selalu repot-repot membuatkanku makanan? Bahkan lauk yang kemarin saja belum habis," keluh Ji Pyeong, namun tetap menerima kotak itu.
"Mungkin Nenek khawatir pria lajang yang tinggal sendirian sepertimu tidak makan dengan baik."
Ji Pyeong terkekeh, "ada-ada saja, seperti aku tidak bisa membeli makanan enak saja."
"Nah, itu, antara membeli makanan dari restoran dengan makanan rumahan tentu berbeda, dari segi gizi dan rasa. Sudahlah, terima saja perasaan Nenek yang mengkhawatirkanmu."
"Justru aku yang mengkhawatirkannya. Bagaimana keadaan matanya?"
Dal Mi menghela napas panjang, "penglihatannya semakin kabur. Ia hanya bisa melihat orang dalam jarak 30 cm, dan sudah tidak bisa membaca tulisan lagi."
~~~
Foodtruck Cheongmyeong
Nenek sedang menggoreng corn dog yang dipesan oleh seorang pelanggan, sementara Ibu membereskan sampah-sampah yang berserakan si sekitar tempat duduk.
"Hmm... apakah ini sudah matang?" Gumam Nenek sambil memicingkan matanya menatap corn dog di dalam penggorengan.
Nenek mengangkat corn dog itu, lalu menyerahkannya kepada pelanggan itu setelah menuangkan saus. Pelanggan itu sedikit mengernyit melihat saus yang belepotan tak indah di atas corn dog, namun menerimanya tanpa bertanya.
"Nek, dalamnya belum matang, nih," keluh pelanggan itu setelah menggigit corn dog-nya.
"Aigoo, aigoo, maaf ya, akan kubuatkan lagi yang baru. Ah Hyeon-ah," panggil Nenek.
"Ye, Eommonim?" Ibu berlari menghampiri Nenek.
"Gorengkan satu corn dog ini, pastikan isinya matang, ya," bisik Nenek.
"Baik."
Namun Ibu tidak tahu bagaimana mengetahui isinya sudah matang atau belum. Ia ragu-ragu untuk mengangkatnya dari penggorengan meskipun kulit roti sudah berwarna cokelat, hingga akhirnya sedikit gosong. Ibu menutupi kesalahannya itu dengan saos dan mayonais. Namun kesalahan itu akhirnya ketahuan setelah pelanggan itu mengunyahnya, karena terasa pahit. Ia melepeh roti yang ia kunyah ke atas piring kertas, lalu membuangnya ke hadapan Nenek.
"Makanan sampah macam apa ini? Tadi tidak matang, sekarang malah gosong. Di dalam review, corn dog di sini yang paling enak, ternyata hanya sampah!"
"YA! Kenapa bicara sekasar itu, apalagi kepada orang yang jauh lebih tua!" Bentak Ibu.
"Sudah berbuat kesalahan, masih membentak! Pelayanan yang mengecewakan."
Nenek mengembalikan uang orang itu, "aku minta maaf dan mengembalikan uangmu. Sekarang pergilah dan jangan buat keributan."
Pelanggan itu mengambil uang dari tangan Nenek dengan kasar dan pergi begitu saja. Ibu mengomel karena anak muda itu tak punya sopan santun, namun ia menghentikan omelannya saat melihat lirikan tajam ibu mertuanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/249656778-288-k898281.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(FF-StartUp)Under The Cherry Blossom✔
Hayran Kurgu"Selama 3 tahun Han Ji Pyeong ngapain aja?" FF ini akan mengisahkan usaha Han Ji Pyeong untuk mendapatkan hati Seo Dal Mi usai gadis itu putus dari kekasihnya yang pergi ke San Francisco. Apakah hati Dal Mi akan kembali kepada cinta pertamanya? Atau...