19

706 32 7
                                    

Dianta tengah duduk dengan karin di kantin.  Kali ini mereka hanya ber dua saja alasanya dianta ingin menikmati waktu dengan kekasihnya.  Namun sayangnya karin terlihat biasa saja bahkan acuh dengan dianta. 

"Kau kenapa sih? " tanya dianta menatap karin

"Aku?  Kenapa sama aku,  biasa aja kok " dianta mengeram kesal dia tidak suka tingkah karin yang seperti ini. Karin hanya bersikap acuh tak lerduli dengan dianta.  Lagian dia sedang malas bertengkar dan lebih baik mengabaikan pria itu. 

"Kamu marah karena aku ninggalin kamu kemarin malam " karin meletakan kasar sendoknya.  Dia jengah dengan dianta,  jika lria itu sudah tahu kenapa dia masih bersikap biasa saja.  Karin saja nyaris menangis jika tidak ada 3 pria itu kemarin.

"Udah lah semuanya udah lewat gak harus di bahas lagi " namun dianta bukan pria yang mudah menyerah.  Di tarikmya tangan karin hingga gadis utu mngaduh kesakitan.  Beberapa penghuni kantin menonton pertengkaran mereka.

"Lepas dianta,  kamu toxic banget sih! " kesal karin

"Toxic lo bilang!  Aaa lo pasti seneng gue tinggal secara ada daren disana iya kan" karin menatap tidak percaya bagaimana bisa dianta menuduhnya.  Karin menarik nafasnya dia berusaha agar tidak mengeluarkan amarahnya. 

"Terus kenapa kalau aku sama daren?  Kamu marah? " tanya karin yang semakin memancing kemarahan dianta.  Afina dan aldi sudah berjalan dan berdiri di belakang karin.  Begitu juga dana dan zion mereka tidak bisa membirkan dianta meluapkan marahnya. 

"Marah lah aku ini pacar kamu!  Terus kenapa kamu bisa sama daren oh seneng sama dia ya udah sama dia aja! " karin tersenyum kecil,  dia tiak menyangka jika dianta adalh pria yang kekanakan. 

"Terus,  kamu ninggalin aku cuman karena jihan.  " dianta menegang

"Dia adik aku karin! " teriak dianta epat di deoan wajah karin membuat andrea yang baru datang dengan daren terkejut. 

"Kalau aku sama jihan ada di ambang maut siapa yang bakal kamu pilih dianta? " dianta seketika terdiam tidak tahu harus menjawab apa.  Dana dan zion sudah menatap ke arah dianta.  Dia berharap sahabanya bisa memberikan jawaban sayangnya dianta hanya diam tak mau menjawab. 

Karin tertawa melihat dianta,  dia tahu kekasihnya itu pasti bingung.  Pasti bingung harus menolong adik tersayangnya atau kekasihnya. 

"Biar aku yang jawab " karin mendekati dianta membuat pria itu menatap karin dengan  seksama.

"Kamu pasti milih jihan kan?  Jelas saja jihan adik kamu aku cuman tempat singgah kamu aja " setelah mengatakan itu karin berlalu pergi meninggakan dianta yang diam di tempatnya. 

Karin tertawa melihat reaksi dianta,  bukan tawa bahagia namun dia tertawa karena selama ini dianta tak pernah mencintainya. 


At hospital

Dianta duduk di sebalah jihn menyuapi gadis itu dengan sayang.  Jihan hanya sibuk bermain ponsel sesekali membalas pesan dari teman kelasnya.  Seketika jihan melihat dianta yang sedikit pendiam dari sebelumnya.

"Kenapa kak? " tanya jihan
"Karin marah sama gue " kata dianta
"Soal kemarin,  kalau aku jadi karin aku juga bakal marah kak.  Kalau kakak emang mau nemuin aku pas mama telepon kakak bisa temuin karin dulu.  Bilang ke dia kalau kakak mau nemuin aku di RS.  " dianta hanya diam mendengar lerkataan jihan.

"Kak,  kakak udah gak cinta sama aku kak.  Hati kakak udah buat jihan sekarang.  Stop bersikeras bilang kalau kakak cinta aku pada dasarnya hati kakak cuman buat karin sekarang "  dianta menaruh buah jeruk yang dia pegang.  Menyandarkan kepalanya pada tangan adiknya.  Otak nya seketika panas memikirkan semua yang terjadi. 

Jihan mengelus rambut tebal kakaknya.  Meski dia pernah menjalin hubungan terlarang dengan dianta.  Tapi sekarang dia sudah membiasakan diri.  Terbukti dia bisa melupakan perasaannya pada dianta. 

"Lo harus minta maaf kak,  turun ego lo dikit aja.  " dianta hanya berguma pelan lalu memilih memejamkan matanya untuk tidur. 

Di luar sana karin tersenyum lirih,  dia sekarang sadar hubungan apa yang dimiliki dianta dan jihan.  Dari melihat bagaimana dianta yang seperti bergantung pada jihan.  Hingga jihan yang menenangkan dianta. 

"Loh karin ngapain lo disini? " tanya jenni

"Maunjenguk jihan tapi, kayaknya dia gak bisa di ganggu " jenni melihat ke arah pintu kaca.  Jenni tahu jika itu dianta. 

"Saran gue putusin tu bajingan,  meski gue dulu pernah bulky lo soal dianta.  Gue juga gak tega liat lo jadi cewek begok yang di manfaatin dianta " karin mengerutkan dahinya.

"Maksud lo?  Ada hubungan lebih apa antara jihan dan dianta? " tanya karin pada jenni

"Ikut gue! " karin mengikuti jenni entah kemana gadis itu akan membawanya yang pasti karin sangat penasaran dengan hubungan dianta dan jihan. 


At cafe

Jenni membawa pesanan yang dia pesan ke meja dimana karin duduk.  Keduanya menikmati minuman sebelum mulai pembicaraannya. 

"Jadi jelasin " kata karin
"Dianta itu pernah punya hubungan khusus sama adiknya " mata karin melotot.

"Maksudnya mereka saling suka dalam artian lebih? " tanya karin

"Ya gitu,  gue nyari tahu sendiri kenapa dianta bisa mengabaikan diri lo cuman karena jihan.  Ternyata jihan itu adik angkan dianta,  dan mereka sempat menjalin hubungan " karin membekap mulutnya tidak percaya. 

Jadi dianta kekasihnya adalah mantan dari jihan,  adiknya dianta sendiri.  Karin masih tidak percaya bagaimana dianta bisa menutupi hal seperti ini darinya. 

"Gue tahu lo masih gak percaya,  tapi itu faktanya.  " karin tak habis pikir bagaimana dianta tega melakukan hal seperti itu.  Meski mereka tidak sedarah tapi bagaimanapun jihan sudah menjadi adiknya kan. 

Tring.......

+62xxxxxxxx
Udah tau yang sebenarnya?
Lo cuman cewek bego yang di manfaatin pacar lo. 
Ahhh gue punya hadiah manis buat lo.
Lo bisa lihat di rumah lo nanti


Jenni mengambil ponsek karin dan membaca isi pesan tersebut.  Matanya melebar melihat isi pesan tersebut. 

"Lo di teror? " tanya jenni
"Udah lama,  sejak gue pacaran sama dianta " jawab karin

"Lo gak kasih tahu dianta? " tanya jenni yang hanya di jawab gelengan oleh gadis itu.  Dia tidak akan memberi tahu dianta apalagi setelah mendapat fakta tentang dianta dan jihan. 

"Lo bisa minta tolong gue,  meski gue lernah buat lo luka dulu.  Gue juga gak tega kalau liat orang kayak lo di mainin gini " karin tersenyum dan mengucapka Terimakasi dengan sangat tulus pada jenni.









"Semakin panas bukan? "









Tbc

Janji Dianta (End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang