10

1.9K 45 0
                                    

Setelah mengobati karin, dianta pamit untuk pulang.  Karin mengangguk lalu mengantar dianta hingga ke depan gerbang.  Saat masuk ke dalam rumah karin melihat seseorang yang sepertinya baru pindah. 

At night

Malam hari dianta sedang berkumpul dengan zion dan juga dana.  Lagi - lagi mereka akan segera melakukan aksi balapan.  Kali ini taruhannya adalah mobil tentu saja itu menggiurkan untuk di dapatkan sebagai pemenang. 

Alres sudah siap dengan gaya angkuhnya di atas motor.  Beda dengan dianta yang asik memakan cilok sambil menunggu semuanya siap. 

"Awas malu lagi ya bro" dana menyindir alres yang sudah menatap kejam ke arah dana.  Namun namanya mukak bebal,  dana malah semakin menantang alres membuat pria itu semakin marah. 

"Lo diem ya anji*g bukan lo yang balapan jadi gam usah mulut besar " hal itu memnuat dana tersenyum sangat mudah memancing alres untuk kesal dan pecah konsen trasi. 

Semua tengah berkumpul begitu juga dengan alres dan dianta yang siap untuk mulai balapan.  Dianta mekirik sebentar ke arah alres namun setelah itu dia hanya tersenyum remeh.

"Siap - siap buat malu " ujar dianta malah semakin memancing alres.  Alres adalah pria yang tidak sabaran dan juga memiliki harga diri tinggi . Melukai ego alres hanya akan membuat dianta menjadi seorang pemenang. 

"Ready? " seperti biasa seorang wanita dengan pakaian sexy sudah bersiap di antara dianta dan juga alres.  Suara mesin motor membuat arwa balapan liar ini semakin terasa menegangkan. 

Three




Two



One





GO! 



Brum

Dianta melaju dengan kecepatan penuh.  Sedangkan alres tertinggal sedikit jauh di belakang sana.  Melihat hal itu dianta tersenyum remeh.  Namun dia juga tidak ingin gegabah bisa saja kan ini adalah trik alres agar dia menjadi pemenang. 

Dan benar saja secara tiba-tiba dianta merasa sedikit oleng.  Bisa dia pastikan ini adalah ulah dari alres.  Dengan sekuat tenaga dianta mencoba mengendalikan mltor miliknya.

"Lo bakal mampus " alres di belakang sana tersenyum Penuh kemenangan.  Namun bukan dianta namanya jika dia akan kalah hanya karena perkara kecil.  Dengan berusaha menenangkan diri dianta mulai kembali melajukan motornya.

Saat alres akan menyalip dianta , alres di buat kesal karena dianta bisa mmengendalikan motornya.  Hingga cara kotor lain dia lakukan dengan menabrak bagaian belakang motor milik dianta. 

Melihat hal itu dianta mengambil resiko dengan menambah kecepatan motornya. Hingga garis finish terlihat dianta tersenyum penuh ke angkuhan. 

Prit!!!!!!!

Alres menendang motornya dia benar - benar merasa seperti pecundang.  Lagi-lagi dia harusbkalah dengan orang seperti dianta. 

"Widih?  Abang emang terbaik " dianta hanya tertawa kecil lalu memberikan kunci mobil pada zion.  Terserah mau di apakan yang jelas dianta malas dengan hadiahnya.

"Lo emang pecundang,  gak usah nantang gue lagi.  Cukup ngaku lo gak bisa nyaingin gue " dianta berujar remeh membuat alres mengepalkan tangannya. 

"Zion kuncinya " yang di panggil langsung melempar kunci mobil tersebut.  Dianta memberikan kembali kunci mobil tersebut. 

"Gak usah sok ngerendah,  ni mobil punya bokap lo.  Gue nggak terima barah apalagi punya bokap.  So lo bisa bayar gue lain kali.  Gue bakal tagih kemenangan gue nanti " setelah mengatakan hal itu dianta pergi meninggalkan alres yang masih diam menatapnya. 

Dianta pov

Badan gue lumayan sakit juga apalagi bagian tangan.  Kalau si sialan alres gak sabitase motor gue.  Tangan gue gak bakal sakit kayak gini. 

Gue pulang naik mobil dan motor gue taruh di bengkel.  Ternyata ada beberapa bagian yang di rusak dan juga,  ban motor itu di ganti.  Rasanya ingin sekali menghantam kepala alres ke tembok. 

Saat asik menyetir tiba - tiba terlihat seorang wanita yang berjalan di tengah malam. Dan sepertinya gue kenal sama itu cewek itu. 

"Karin? " dengan cepat gue turun dan mengejar gadis itu. 

"Karin! "

Dianta end

"Karin! " dianta memegang pundak gadis tersebut namun saat gadis itu berbalik dianta malah berubah masam dan ingin sekali meninju wajah gadis di depannya.

"Ehh setan " teriak gadis itu memukul kepala dianta

"Lo ya ngapain lo disini? " dianta berubah masam melihat gadis itu

"Lo yang ngapain megang - megang gue " gadis itu adalah arima  anak sekolah sebelah.  Teman semasa SD hingga SMP dianta.  Satu - satunya anak perempuan yang berteman dengan dianta tanpa adanya penggunaan hati yang berlebihan. 

"Tapi tumben bajingan tengik kayak lo adem ayem habis balapan? " tanya arima yang kini duduk dengan dianta di kursi yang ada di pinggir trotoar. 

"Em..  Sekolah lo gimana? " dianta bertanya sambil memakan beberapa cemilan yang di berikan padanya.

"Baik,  cuman gue kena sedikit masalah.  Tapi ya udh sih jalanin aja " arima berkat samabil makan. 

Keduanya asik berbincang sahabat lama.  Bahkan dianta terlihat sangat senang dengan arima.  Hal itu malah menimbulkan sebuah rasa sakit di hati seorang gadis yang tengah berdiri dengan kantung belaja. 

"Dianta sama siapa ya ?" karin gadias itu sedikit kepo.  Pasalnya saat dia belanja di mini market dia nggak sengaja liat mobil dianta. 

"Apa itu...  Gak gak mungkin dianta kan pacar karin " setelah mengatakan hal itu karin malah jadi lemas sendiri lalu berjalan meninghalkan ke dha sejoli yang masih asik bicara. 






"Arima lo lama banget sih" seorang pria yang membuat dianta menoleh ke arah belakang.  Dianta melihat pria dengan gaya cool dan juga pakaian santai. 

"Sabar!  Enak banget lo,  udah ah dianta gue balik ya udah di cari sama tengik satu ini " kata arima

"Pacar lo? " pertanyaan itu membuat arima tertawa lalu menatap tajam dianta.

"Dia alvaro temen gue. Gue balik jangan lupa lo pulang juga gue males di telpon nyokap lo " dianta melambaikan tangannya lalu masuk ke dala mobil.

"Dianta " mendengar sebuah suara dianta menoleh dan meliht ke arah belakang.  Gadisnya tengah membawa belanjaan.

"Kamu malam - malm gini kenapa sendirian? " ganya dianta mengambil alih kanting belanja karin dan menaruhnya di jok belakang

"Ayok gue anter" keduanya langsung saja masuk dan dianta mengantar karin hingga pulang ke rumahnya
Saat tiba di rumah karin mengambil barangnya.  Melihat dianta yang menguap membuat karin tak tega. 

"Dianta nginep di rumah karin aja ya,  cuman ada mama kok,  papa lagi keluar kota nanti dianta bisa tidur di kamar tamu" dianta menimbang ucapan karin hingga dia mengangguk setuju. 

Saat dianta sudah masuk karin mennutup pintu rumah nya namun dia sedikit terkejut saat terdengar suara langkah kaki. Karin melihat kanan kiri namun tidak ada siapapun.

"Mungki kucing liar "ujar karin











Tbc

Jangan lupa vote and comment

Janji Dianta (End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang