07

384 64 12
                                    


In a Mess

_

Happy reading~

🥀🥀🥀

Setelah makan malam, mereka berkumpul di ruang tengah. Jaemin sedang berbicara dengan manager mereka di telepon.

"Hm, oke hyung."

"Besok kan? Oke nanti tourguidnya yang antar?"

"Hm, oke bye!"

"Apa kata nya?" tanya Jeno.

"Katanya, hyung 127 besok ke sini, mungkin akan sampai siang atau sore." jelas Jaemin kembali sembari mengantungi telfonnya.

"Yay! makin ramai!" pekik girang Chenle.

"Yasudah, aku ke kamar dulu. Pengen mandi, panas." keluh Renjun berjalan menuju kamar.

"Chenle mau ke kamar juga, main game." perlahan ia beranjak. Meninggalkan ruang tengah yang mulai lengang.

"Baiklah, ayo Jeno! lebih baik kita tidur. Sudah malam." ajak Jaemin berdiri dan berjalan menuju kamarnya.

"Jisung, kau akan tetap di sini?" Tanya Jeno.

Jisung ngangguk ringan.
"Baiklah kalau begitu." setelah mengatakan itu, Jeno menyusul Jaemin.

Sekarang hanya ada Jisung di ruang tamu. Tidak, dia tidak sendirian.

"Hah.." ia menghela nafas berat. Mengurut keningnya pelan.

"Turun, aku mau berbicara dengan mu." Ucap Jisung to the point. Ia tahu anak itu ada di ujung tangga atas, memperhatikan mereka sedari tadi.

Anak itu berjalan perlahan menuruni tangga, dengan tidak memakai alas kaki. Pakaian yang kotor, baju kemeja kecil dan celana coklat pendek. Umurnya sekitar 7 tahun--sebelum meninggal.

"Apa?" Tanya nya langsung, sekarang bediri di depan Jisung.

Jisung tidak bohong, ia tetap takut kepada anak ini. Dia bisa saja membunuh Jisung dengan mudah jika ia mau, di tambah anak ini sangat menyeramkan. Tapi entah kenapa, melihatnya membuat dadanya sakit.

"Berhenti mencelakai teman-temanku dan kenapa kau bisa ada di kalung ini?" Perintah dan tanyanya Jisung.

"Kenapa? aku suka membuat mereka kesakitan, membuat kamu dan teman- temanmu ketakutan. Aku suka." jedanya sesaat.

"Dan Jisung ini bukan tentangku tetapi ini semua tentangmu, sadarlah!"lanjutnya.

"Dan kenapa aku ada di kalung itu? aku tidak tahu. Aku dikirim, hanya itu." ia kembali menjawab.

"Kau! Jangan mencoba menyakiti mereka."desis Jisung. Emosinya tertahan.

Ekspresi anak itu berubah, tadinya ia tersenyum sekarang menatap Jisung dengan sinis dan tajam.
Jisung menelan salivanya kasar. Hawa di sekitarnya berubah dingin.

"Jika mereka tidak bisa ku permainkan, maka kau Jisung!"

Anak itu dengan cepat mencekik Jisung, mengeratkan tangannya yang dingin dan pucat ke leher Jisung.

"Akh! ah-L...epha..ss uhuk.."

"Sial!"

"Ayo Jisung fikirkan lagi" kata anak itu.

"kh! Tho.. lon..ng-h.. " rintih Jisung. Wajahnya memucat dan matanya mulai mengabur.

"Ayo ingat!" desis anak itu. Seperti meyakinkan dia untuk sadar akan sesuatu.

Necklace/Park jisung✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang