03

590 90 9
                                    


Mimpi
-

Pesawat

Jisung duduk di dekat jendela pesawat. Ia lebih suka melihat ke luar jendela sebelum mereka lepas landas.
Di sampingnya, Chenle sedang menghabiskan beberapa bungkus kacang yang di sediakan di sana.

-Jisung pov-

Untungnya cuaca tidak mendung dan tidak terlalu panas, aku terus berdoa semoga liburan kali ini akan berjalan lancar.

"Para penumpang harap matikan alat komunikasi seperti handphone dan-"

"Ah ya handphone ku, dimana ya?" aku merogoh kantung celanaku. Guna mencari benda pipih yang hendak ingin ku atur itu. Tetapi benda lain yang ku temukan di sana membuatku mengernyit bingung.
"Tunggu, apa ini? Kenapa ada kalung ini di kantungku. Perasaan, aku tidak membawanya." Aku diam sejenak memandangi kalung itu. "Ya sudahlah, Chenle kau melihat handphone ku?" Tanyaku kepada Chenle.

"Ini," Chenle mengulur tanganya sambil menyerahkan handphone ku.

"Kenapa bisa di dirimu?" Tanyaku heran.

"Hehe, aku menumpang selfie tadi." jawabnya, 'tak lupa dengan kekehan menyebalkannya.

"Hah..yasudah."

Aku mematikan jaringan dan mengganti nya menjadi mode offline, lalu menaruh handphone itu ke saku ku lagi. Aku melihat ke arah luar lagi, menatap orang yang berlalu lalang menggunakan mesin angkut barang. Lalu atensi ku mengarah kepada kalung yang tiba- tiba ada di saku ku.

"Kenapa tidak ku pakai saja." Jari ku membuka kaitan pada kalung, lalu melingkarkan benda itu di leher.

"Chenle, bagai mana menurutmu?" Aku menununjukkan kalung yang menjuntai di leherku kepada Chenle.

"Wah! lumayan juga. Mata kalungnya juga bagus." katanya menilai.

Aku tersenyum. Dilihat-lihat kalung ini memang bagus, sangat sederhana dengan warna emas membuatnya menjadi lebih elegan dan mata kalungnya seperti bintang ketiga di film peterpan.

•••

Aku mengalihkan pandangan dari kalung itu dan melihat keluar jendela lagi. Kru pesawat mengatakan kami akan lepas landas dan jujur aku tidak sabar lagi untuk berenang, bermain, dan bersenang-senang dengan member-ah bukan, maksud ku dengan teman dan para hyung.

Mata ku terkunci dengan seorang anak yang berdiri di area lepas landas.

"Tunggu. kenapa anak kecil itu berada di sana, di mana orang tuanya?!"
Aku panik melihat anak kecil yang berdiri di samping mesin angkut barang itu. Bukankah di sana cukup berbahaya?

"Dan, kenapa dia melihatku seperti itu.." Ya. Pandangannya seolah-olah menatapku tidak suka. Aku dan anak itu saling bertatapan, mengunci pandangan masing-masing, seakan memiliki dendam tersendiri.

"Chenle, Chenle!"tanganku bergerak menarik bahu chenle.
"Lihat!" Aku bermaksud menunjukan anak kecil itu kepada Chenle.

"Apa Park jisung, kau mengganggu!"gerutunya yang sebenarnya sedang memejamkan mata, berusaha untuk tidur.

Aku otomatis mengalihkan pandanganku. Sekarang aku menatap Chenle dengan rasa kesal. "Lihat di luar, ada anak kecil aneh!"

Chenle memajukan badanya untuk lebih mendekat ke arah jendela.
"Mana? Nggak ada tuh."

"Hm? Tadi ad- Tunggu! kemana anak itu?!" sungguh, aku tidak membual. Tadi jelas-jelas aku melihatnya di sana. Tapi apa sekarang? Tidak ada, anak itu menghilang!

Necklace/Park jisung✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang