Jay—nama laki laki yang sedang duduk didepan piano itu— terlihat sibuk memainkan ponsel nya.
Tidak lama, pintu ruangan musik terbuka menampakan sosok laki laki tinggi yang merupakan teman dekat Jay. "Ngapain lo disini pagi pagi?" Tanya Nicholas sambil meletakan gitar yang ia bawa dari luar.
"Kelas pagi dibatalin, mana gue udah nyampe kampus baru dikasi tau. Sial banget," ucap Jay yang masih fokus dengan handphonenya.
Nicholas yang mendengar penuturan temannya itu hanya bisa tertawa. "Pantes gue liat Jake sama EJ balik,"
"Lo ada kelas pagi?" Tanya Jay pada Nicholas kali ini.
"Jam sepuluh sih, tapi gue pengen main gitar bentar makanya kesini. Tau tau udah ada lo duduk didepan piano," jelas Nicholas. "Ada minum gak?" Tanya Nicholas.
Jay melempar minuman kopi yang ia bawa kearah temannya itu. "Masa pagi pagi minum kopi," protes Nicholas tapi tetap saja ia menimumnya.
"Protes tapi diminum juga," sindir Jay.
Kemudian Nicholas mulai bermain gitar, sampai menit ke sekian ia menghentikan kegiatannya. "Gue denger lo putus sama Nayoung, emang bener?" Tanya Nicholas untuk kesekian kalinya.
Jay hanya mengangguk sebagai jawaban. "Putus kenapa?"
"Lama lama lo kayak dora ya kol. Banyak tanya," ucap Jay bercanda.
"Gue serius nanya lo kenapa bisa putus? Perasaan minggu lalu masih biasa aja," heran laki laki yang masih memangku gitar dikakinya itu.
"Nayoung pindah ke luar negeri sama keluarganya, dia takut gak bisa LDR, yaudah gue gak bisa maksa. Mungkin bukan jodoh," ucap Jay terlihat santai membuat Nicholas melemparkan topinya geram ke arah Jay.
"Terus sekarang lo gimana?"
Jay mendelikkan bahunya, lalu berdiri dan memasukan ponsel yang dari tadi ia pegang ke dalam kantong celana.
"Gak mau cari cewek baru?" Tanya Nicholas bener benar kelewat kepo menurut Jay.
"Nyari lah doraa, kalo nemu," ucap Jay yang kini memakai kembali jaket hitam dan masker hitamnya.
"Gue mau nyusul Jake, lo ikut gak? Eh gajadi gue lupa lo habis ini ada kuliah," kalimat yang ia akhiri dengan tawa meledek, Nicholas hanya memberi Jay tatapan malas.
Jay mulai membuka pintu, "Duluan kol, awas digangguin setan," ucap Jay menakut nakuti Nicholas. Balas dendam, biasanya Nicholas yang menakut nakutinya.
Tidak terasa sekarang sudah jam dua siang. Itu berarti Isa harus segera menuju tempat pemotretan karena sebentar lagi akan dimulai.
Tapi sampai sekarang Isa masih belum mendapatkan driver grab car. Hingga Isa sudah kehabisan kesabaran.
"Stop stop!" Ujar Isa pada seseorang yang mengenakan helm full faces dengan motor ninja, yang kebetulan juga akan masuk ke area kampus. Tanpa menunggu balasan, Isa langsung naik ke atas motor orang yang entah Isa kenal atau tidak.
"Tolong anterin gue ke Jalan Sudirman, gue ada pemotretan 20 menit lagi, gue bayar deh ongkosnya," ucap Isa.
Sedangkan laki laki itu hanya bergumam, "dikira gue tukang ojek apa?"
"Tapi, gue juga ada kelas bentar lagi," Balasnya masih pada posisi yang sama.
Isa menepuk nepuk pundak laki laki yang duduk didepannya itu. "Tolong ya mas, kali ini aja. Ini mempertaruhkan nyawa," kata Isa hiperbola.
Jay jadi bingung harus bagaimana.
"Tapi.." baru saja Jay akan menolak, Isa sudah membuat ancang ancang turun dari motor, karena ia rasa laki laki ini menolak permohonannya.
Namun ternyata, laki laki berseragam serba hitam ini menahan tangan Isa. "Pengangan, kita ngebut," ucapnya membuat Isa tersenyum lebar.
Isa yang awalnya hanya memegang ujung jaket, kini terpaksa memeluk Jay erat karena takut terhuyung kebelakang sebab kecepatan rata rata motor yang mungkin sekarang diatas 60.
"Pelan pelan, gue gak pakai helm," ujar Isa, membuat Jay menoleh kearah Isa lewat spion motornya.
Benar, ia baru sadar kalau gadis yang sedang ia beri tumpangan ini tidak memakai helm. Itu bahaya, jadi ia memutuskan untuk memperlambat laju motornya.
Sekitar sepuluh menit, mereka berdua sampai di tempat yang Isa maksudkan. Kalau bukan karena jadwal mendadak ini, Isa tidak akan mau meminta tumpangan dengan cara seperti ini.
Isa segera turun dari motor Jay, tentunya dengan bantuan sang pemilik motor. Dengan cepat Isa segera merogoh tas miliknya untuk mencari dompet. Lalu ia mengeluarkan uang seratus ribu.
"Ini uangnya," ucap Isa sambil menarik tangan laki laki yang hanya terlihat bagian matanya itu.
Tentu saja Jay menolaknya, "Lo bawa aja, anggep lo beruntung hari ini karena ada gue. Sana masuk katanya mempertaruhkan nyawa," kata Jay mendorong pelan badan Isa.
Tanpa menjawab Isa langsung berlari, sampai di ujung pintu masuk gadis ini melambaikan tangannya.
Bahkan Isa sampai lupa berterima kasih pada laki laki yang menolong nya hari ini.
Tidak ada yang menyadari kalau Jay sedang tersenyum dibalik helm full face miliknya, melihat lambaian tangan yang sempat sempatnya Isa berikan kepada dirinya.
Beberapa detik setelahnya, handphone nya bergetar. "Lo dimana? Gak kuliah?" Tanya EJ dari sambungan telepon yang baru ia angkat.
Jay melirik jam ditangannya, "sial gue telat kuliah,"
————————
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh my boy! [Jay, Isa, Sunghoon]
Fanfiction[COMPLETED✔️] Ternyata jadi orang gak enakan, gak enak ya. [Jay, Isa, Sunghoon also 02 liners] Start: 22 December 2020 End: 6 Mei 2021 Cover by optimusbae #7 in Jay #1 in 02line