12

678 94 108
                                    

hm hm komen sama vote dulu okeh


"A–ayah," Seungwan menahan perih yang teramat pada bagian bawah tubuhnya demi membuka pintu kamar, memandang ayahnya setenang yang dia bisa, "Aku baru akan tidur."

"Benarkah?" Ilkook mengerutkan alis, matanya menelisik ke dalam kamar Seungwan agak berantakan daripada biasanya, "Kenapa gaunmu tergeletak di lantai begitu?"

Seungwan menoleh ke seluruh penjuru kamarnya yang sangat tak teratur. Gaun yang tadi dia gunakan jatuh di lantai –Sehun pasti lupa membawanya bersama pria tersebut, sprainya yang acak-acakan karena tadi dia berusaha menutupi darah di atas sana juga tas, sepatunya yang berserakan dimana-mana.

Sementara pemuda itu sendiri tengah bersembunyi di kamar mandi, berharap cukup untuk membuat Ilkook tak curiga.

"Aku tadi... Terlalu lelah sehabis pesta Seulgi, jadi aku pikir aku akan membereskannya nanti pagi saja," Seungwan tak pandai berbohong, tapi mau tidak mau.

Ayahnya bisa serangan jantung sekarang juga jika dia membocorkan begitu saja apa yang sedang dilakukannya tadi.

"Gunakanlah baju yang lebih tertutup sayang, malam ini dingin sekali," Ilkook mengelus pundak Seungwan yang hanya menggunakan gaun tidur tipis, gadis itu tadi asal menarik saja dari lemarinya, "Ayah akan taruh kue ikannya di kulkas, kau bisa memanaskannya nanti pagi."

Seungwan mengangguk dua kali, "Iya, ayah."

"Selamat–" Ilkook maju hendak memberi kecupan di kening Seungwan saat dia mendapati sesuatu yang berbeda dari putrinya, "Kenapa kau berkeringat sekali Seungwan? Apa kau sakit? Dan–apa ini?"

Jantung Seungwan berdetak secepat pegas, gila, ayahnya sangat teliti sekali.

Telunjuk ayahnya mengarah pada leher Seungwan yang memiliki bercak keunguan, matanya menyipit curiga dan Seungwan dengan cepat membuat gestur memegang belakang lehernya.

"Aku terlalu bersemangat bermain dengan Seulgi dan yang lainnya... Aku rasa aku membentur sesuatu dan tidak menyadarinya, baru terasa agak sakit sekarang," jelas Seungwan, meringis pelan agar Ilkook mudah percaya.

"Ingin ayah belikan salep?"

"Tidak usah Ayah, aku akan tidur saja. Aku lelah sekali."

"Istirahatlah kalau begitu," Ilkook kali ini benar-benar mencium kening Seungwan, alisnya berkerut menyadari bahwa bau parfum anaknya agak berantakan. Tapi dia mencoba untuk memakluminya, pesta itu pasti terdiri dari banyak sekali muda-mudi. Seungwan pasti berangkulan atau bertabrakan dengan mereka.

"Selamat malam ayah," Seungwan memastikan Ilkook pergi ke arah kamarnya sendiri, meninggalkan Seungwan yang was-was kemudian dia menutup pintu serapat mungkin dan menguncinya dari dalam.

Helaan nafas panjangnya terdengar, hampir saja.

"Sehun?"

Sehun segera muncul dari balik pintu kamar mandi dengan setelan lengkapnya, alis Seungwan mengerut, "Kau akan pulang?"

Pemuda itu mengangguk dengan senyum lebar, "Tidak lucu jika nanti pagi ayahmu melihat aku keluar dari jendela atau justru dari pintu kamarmu."

Seungwan maju beberapa langkah untuk mendekap tubuh Sehun, menaruh kepalanya di dada bidang Sehun dan menghirup sedalam-dalamnya parfum kekasihnya, "Aku masih ingin bersamamu."

"Ingin bersamaku–" Sehun meraih pinggang ramping Seungwan dan menjatuhkan tubuh mereka di atas ranjang, membuat Seungwan terduduk di atas pangkuannya, "–atau masih ingin menikmati sentuhan ku?"

As Long As You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang