14

753 88 87
                                    

ayoloh ketahuan kalian mantengin wkwkkw

vote dan komen dulu guys


"Sehun–ahhh," jemari Seungwan meremas sekuat tenaga sprai putih ranjang di bawahnya sebagai pelampiasan kenikmatan yang tak bisa dia bandingkan dengan apapun.

Sementara Sehun masih menghujam sedalam-dalam mungkin kejantanannya pada celah kenikmatan Seungwan, wajahnya terbenam di pepotongan leher gadis tersebut sambil memberi gigitan-gigitan kecil di sana. Menyalurkan kenikmatan yang sama dengan sang gadis, Sehun melenguhkan nama Seungwan dengan begitu sensual.

"Di sanah–yahhh," Seungwan memeluk Sehun seerat mungkin saat pemuda tersebut mengenainya tepat di pusatnya yang terdalam, "Please–ohhhh."

Kaki-kaki Seungwan melayang-layang di udara dengan bebas seiring dengan hentakan Sehun yang semakin menggila, mencari-cari surga duniawi di atas ranjangnya yang luas. Bunyi kecapan bibir mereka terdengar saat Sehun menyatukan kembali bibir ranumnya pada bibir Seungwan yang memerah, bersamaan dengan bunyi decitan ranjang yang beradu pada lantai menemani kegiatan panas sepasang muda-mudi tersebut.

Telepon Seungwan berbunyi, namun Sehun tak mengusaikan gerakannya. Dalam beberapa menit Seungwan mengabaikannya, ponsel itu kembali berbunyi dengan nyaringnya.

"Sehun–ponsel–shhhh," gadis tersebut dengan setengah kesadarannya meraba-raba nakas di samping ranjang, matanya setengah terbuka saat jemari-jemarinya mencoba menghidupkan ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya.

Tapi Sehun tak memberinya kesempatan, pemuda itu terlalu dibutai oleh nafsu untuk kembali mencium bibir Seungwan sambil tetap menyatukan kelamin mereka dengan kencang.

Seungwan memukul dada Sehun agar pemuda tersebut memberinya kesempatan, dia kembali mencoba untuk menekan tombol hijau dengan kesadarannya yang tersisa dan Sehun yang masih menghujamnya dengan tergesa-gesa, "Ha–hallo?"

"Seungwan, ini sudah pukul dua belas, dimana kau sayang?"

Itu suara ayahnya, Seungwan merasa hatinya langsung pahit begitu saja mendengar nada mengkhawatirkan dari Ilkook di seberang sana. Terlebih dengan posisinya yang sedang digagahi pemuda berstatus kekasihnya dan ayahnya yang gelisah di sana, Seungwan merasa menjadi seorang pendosa paling besar yang ada di dunia.

Sehun memelankan gerakannya, pada akhirnya memberi kesempatan untuk Seungwan berkomunikasi dengan sang ayah. Matanya memandang sendu wajah gadis tersebut, membaca setiap ekspresi wajah Seungwan diiringi dengan desahan nikmat yang masih sesekali keluar tanpa suara dari bibirnya atas hujaman Sehun.

"Apa–apa Ayah ada di–hhh rumah?" Nyaris saja Seungwan melenguh lagi, dia berhasil mengontrol suaranya menjadi lebih tenang.

"Iya dan kamarmu kosong. Kau dimana?" Tanya Ilkook sekali lagi, masih lengkap dengan nada khawatirnya.

"Aku di rumah ke–te–temanku," Seungwan menggigit bibir bawahnya guna meredam desahannya, "Aku akan menginap di sini semalam, a–ayah."

"Apa kau akan pulang besok?" Syukur Ilkook tak mencurigai sedikitpun.

"I–iya."

"Ayah akan kembali ke Gyeonggi-do besok pagi, lusa baru akan pulang," jelas Ilkook, "Kau membawa kuncikan?"

"Iya, satu," Seungwan langsung merasa bersalah saat menyadari bahwa baru saja dia mengutuk ayahnya sendiri yang terlalu lama bicara. Sungguh, dia tidak tahan dengan gerakan Sehun yang semakin melambat, Seungwan ingin mencapai pelepasannya sekarang.

As Long As You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang