Dua Sembilan

303 10 2
                                    

Jangan lupa baca Al-Qur'an ya!🤩

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

Seorang lelaki dewasa tengah duduk di kursi taman yang tersedia di taman rumah sakit

Dia duduk dengan keadaan yang lemah, menangis dengan sendirinya

"Ya Allah, kenapa ini terulang kembali kepadaku? Apa salah ku kepada-Mu, apa Allah, apa salah ku? Disaat aku sudah percaya akan takdir-Mu mengapa Engkau memberiku ujian kembali? Dan dengan orang yang aku cintai. Kenapa harus dia yang melakukan kesalahan yang sangat aku benci itu?! Mama, siapapun yang mencelakakan mama, siapapun yang melukai mama maka orang itulah yang sangat aku benci! Kenapa ketika cinta itu datang, mengapa Engkau malah menggantikannya menjadi rasa kebencian dan kekecewaan!" ujar Rafi senduh dan mengusap kasar wajah nya

Rafi telah dipenuhi oleh rasa kebencian, Rafi sangat kecewa kepada istrinya. Kenapa ini terjadi? Kenapa lagi-lagi harus dia yang terkena musibah ini

Rafi bangkit dari tempatnya untuk menuju ruang operasi Mama nya. Ia tidak mau meninggalkan mama nya sendirian sekarang sebelum mama nya sembuh total, ia tidak mau!!

Sesampailah di depan ruang operasi yang masih memajang lampu berwarna merah yang menandakan operasi belum selesai.

Ia tidak melihat istri nya di sana beserta mertua dan abangnya.
Rafi hanya melihat Majasi, Danish, dan Nayla

"Hm kemana mereka? Disaat operasi belum selesai dia malah pergi tidak tahu kemana. Dasar pencelaka!" batin Rafi yang dipenuhi kebencian

Tak lama dari itu, Cahaya dan keluarga nya tiba di ruang operasi dengan wajah Cahaya yang masih pucat. Rafi sama sekali tidak menatap keluarga itu, terlalu malas untuk melihat nya

Bersamaan dengan Cahaya datang, dokter pun keluar dari ruang operasi dan berkata

"Pasien kini masih dalam keadaan koma, sekarang pasien sudah kami pindahkan di ruang ICU untuk darah yang kurang, rumah sakit ini sudah mendapatkan pedonor darah tersebut jadi tidak perlu dipikirkan. Untuk pasien sekarang bisa dijenguk tetapi hanya satu atau tiga orang yang boleh masuk" jelas dokter lalu pergi dari hadapan mereka

Semua orang kini menuju ruang ICU, ketika Rafi dan Majasi hendak masuk ke dalam tetapi terhentikan karena Rafi melihat Cahaya juga ingin masuk

"Kamu jangan masuk!" sahut Rafi dingin dan ketus. Setelah mengatakan itu Rafi masuk ke dalam tanpa melihat wajah Cahaya sedikit pun

"Yang sabar, Nak! Umi percaya kamu kuat!" ujar Maryam merangkul Cahaya dengan penuh kasih sayang

"Papa? Maafin Cahaya hiks...hiks maaf pa" ujar Cahaya menangis dihadapan mertuanya

Majasi menarik napas nya panjang "Papa udah maafin kamu, Nak! Papa sedikit kecewa dan marah tadi sama kamu, papa tau semua ini sudah direncanakan oleh Allah dengan sebaik-baiknya. Maafin sifat Rafi, dia memang tidak bisa mengontrol emosi nya apalagi ini mengenai mama nya. Papa masuk dulu" jelas Majasi tersenyum sambil menepuk bahu Cahaya pelan sebagai penenang

Cahaya kembali menangis dipelukan Maryam, ia tidak tahu lagi harus bagaimana untuk meminta maaf kepada Rafi.

"Dek, jangan sedih! Jangan kecapekan ya! Kasihan anak kamu nanti" ujar Hamzah pelan dan lembut yang hanya bisa didengar oleh Maryam beserta Cahaya

"Mas Rafi! Mas Rafi benci sama Cahaya, umi hiks...hiks" ujar Cahaya lemah dengan air mata yang terus menderai dari mata nya

"Rafi pasti maafin kamu suatu saat nanti, Nak! Kamu harus tetap sabar ya" sahut Mahda menenangkan anak perempuan nya itu

Kenapa Harus Dia? END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang