04

733 57 9
                                    

 
 
 
"Kau bodoh, Eonni!"

Kim Haneul—atau yang lebih dikenal dengan nama Choi Haneul, setelah menjadi istri dari seorang Choi Siwon, rekan satu profesi Kyuhyun satu tahun yang lalu—pemilik Amours Cafe yang saat ini sedang mengandung anak pertamanya itu langsung menjerit membentakku sesaat setelah aku menceritakan masalahku dengan Kyuhyun padanya. Ya, semenjak hamil, perempuan itu memang selalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu. Huft.

Saat ini kami sedang berada di ruang kerja Haneul yang berada di bagian belakang Amours Cafe. Setelah satu minggu memendam masalahku sendirian, akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk membaginya pada wanita yang lebih muda empat tahun dariku ini. Tentu saja, setelah mendapat ijin dari kantorku untuk pulang cepat hari ini, karena Tuan Kang merasa khawatir saat melihat keadaanku yang datang ke kantornya dengan muka pucat karena kurang tidur dan mata sembab karena terlalu banyak menangis beberapa hari ini.

"Kau tahu, berapa banyak gadis yang sangat menginginkan berada di posisimu sebagai kekasih dari seorang Cho Kyuhyun? Ratusan, Eonni. Ratusan. Dan kau, yang sudah berhasil mendapatkan hatinya, berniat untuk melepaskannya begitu saja? Kau benar-benar wanita paling bodoh yang ku kenal, Eonni."

"Lalu menurutmu aku harus bagaimana?"

"Kalau aku jadi kau, aku akan memeluk erat Kyuhyun dan kalau perlu akan aku umumkan pada dunia kalau Cho Kyuhyun adalah milikku."

"Andai semuanya semudah itu, Haneul-a," desahku. "Lagipula belum tentu para penggemarnya akan menerimaku begitu saja."

Haneul memandangku dengan sedih, ia mendekatiku dan menyentuh punggung tanganku perlahan. "Waeyo?" tanyanya. [Kenapa?]

"Aku bukan kau yang bisa diterima begitu saja oleh para penggemar suamimu, Haneul-a," ucapku sambil menyesap hot-chocolate yang sudah mendingin karena terlalu lama kuabaikan. "Lagipula siapa yang tidak mengenal seorang Kim Haneul, seorang model cantik yang juga merupakan adik dari perancang busana ternama di Korea, Kim Heechul. Sama-sama terkenal, yang satu tampan dan yang satu cantik. Tidak heran kalau penggemar suamimu dan penggemarmu langsung merestui kalian saat Siwon mengatakan pada dunia tentang rencana pernikahan kalian setahun yang lalu," lanjutku panjang lebar.

Haneul menarik tangannya dari atas tanganku lalu meraih gelas susu miliknya. Ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih sendu. Sekarang giliran ia yang mendesah. "Aku tidak sesempurna itu, Eonni. Aku hanya beruntung saja dalam hal itu, tapi tidak dalam hal lainnya. Dan aku pikir kau malah jauh lebih beruntung dari pada aku dalam satu hal."

"Apa?"

Haneul menatapku dengan pandangan sendunya. "Dukungan keluarga," ucapnya. "Walaupun kau lebih tua lima tahun daripada Kyuhyun, tapi kulihat kedua belah keluarga kalian sangat mendukung hubungan kalian. Kau diterima dengan baik di rumah keluarga Cho dan keluarganya sangat mendukung hubungan kalian, begitupun sebaliknya. Orang tuamu sangat menyukai Kyuhyun. Sementara aku..." Gadis itu mendesah. "Kau pikir kenapa aku dan Siwon Oppa baru bisa menikah tahun lalu sementara kita sudah berhubungan lebih dari empat tahun?"

Aku menggeleng. "Kontrak kerja kalian mungkin," jawabku asal.

Haneul menggeleng. "Andai alasannya semudah itu," ucapnya. "Tapi kenyataannya, butuh waktu dua tahun untuk meluluhkan hati Tuan Choi agar mau menerimaku sebagai calon istri pilihan putra kesayangannya. Dan butuh waktu setahun untuk memastikan Heechul Oppa mengijinkanku untuk menikah dengan Siwon Oppa."

"Haneul-a, aku—"

Haneul menatapku lalu kemudian tersenyum manis. "Tapi kau tenang saja, aku tidak apa-apa, Eonni. Sungguh. Lagipula kejadian itu sudah lama berlalu bukan, karena sekarang kedua belah keluarga sudah saling merestui. Sekarang kami sudah baik-baik saja. Aku hanya ingin menjelaskan padamu kalau apa yang kau miliki saat ini sangat berharga. Jangan hanya karena pikiran gila sesaat, membuatmu jadi kehilangan kebahagiaanmu."

Aku terdiam mendengar kata-kata Haneul. Ya, mungkin aku hanya perlu menjernihkan pikiranku dan memikirkan ulang semuanya saat ini.

"Tapi kenapa kau tiba-tiba berpikiran seperti itu Eonni? Setahuku, selama ini kau dan Kyuhyun baik-baik saja kan?"

"Itu—" aku tersenyum kikuk. Bingung bagaimana caranya menjelaskan padanya tentang pertemuanku dengan Daniel beberapa minggu yang lalu.

Haneul menatapku. "Jangan bilang kalau kau bertemu dengan Daniel Wu tanpa sepengetahuan Kyuhyun?"

Aku menghela nafas, lalu kemudian mengangguk pelan.

"Ya ampun, Eonni! Kau benar-benar sudah gila," serunya hampir berteriak.

"Kami hanya tidak sengaja bertemu, Haneul-a," protesku, sedikit tidak terima dengan reaksinya.

"Tapi tetap saja, pertemuan kalian membuatmu tidak bisa berpikiran jernih dan mempertanyakan hubunganmu dengan Kyuhyun yang jelas-jelas sudah bahagia."

Aku terdiam. Ya, memang ku akui sejak pertemuan itu aku menjadi tidak bisa berpikir dengan jernih dan mulai mempertanyakan hubunganku Kyuhyun yang sebenarnya baik-baik saja. Dan justru sejak itu, hubunganku dengan Kyuhyun juga hidupku menjadi tidak baik-baik saja.

"Eonni."

"Ehm?"

"Pikirkan lagi semuanya," ucap Haneul pelan. "Kau dan Kyuhyun pantas bahagia."

Aku mengangguk. "Gomawoyo, Haneul-a." [Terima kasih]
   
 
 
_______________
(*)
Eonnie : kakak perempuan (panggilan kepada perempuan yang lebih tua, oleh perempuan yang lebih muda)
Oppa : kakak laki-laki (panggilan kepada laki-laki yang lebih tua, oleh perempuan yang lebih muda). Bisa juga  merupakan panggilan sayang terhadap pasangan atau terhadap idola. Tergantung konteks kalimat.
 
 
Visual : Kim Haneul
Edited. 21.02.2017

My Happiness Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang