07

630 56 0
                                    

 
 
 
Kyuhyun menghela nafasnya seraya memandang padatnya jalan raya yang terlihat jelas dari jendela kamar apartment-nya, saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan menampakkan sosok Donghae, manager-nya, yang berjalan masuk sambil menunjukkan senyumnya yang menawan, seperti biasanya.

"Kau sudah baikan?"

Kyuhyun menoleh dan tersenyum. Senyum palsu yang selalu dipasang  lelaki itu untuk menutupi semua hal yang sedang berkecamuk di dalam hatinya. Tapi bukan Lee Donghae namanya jika ia tidak mengenali senyuman Kyuhyun yang satu itu. Untuk itulah, lelaki kelahiran Mokpo itu hanya bisa menghela nafasnya saat artis bimbingannya itu mulai menunjukkan senyumannya yang sudah hampir dua tahun terakhir—sejak menjalin hubungan dengan Yuna—ini tidak pernah dilihatnya lagi.

"Sebenarnya ada apa, Kyu?"

Kyuhyun mengerutkan dahinya. Entah memang tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti maksud pertanyaan Donghae. "Memangnya ada apa?" tanyanya.

Donghae menggelengkan kepalanya. "Kau pikir aku tidak bisa melihatnya? Beberapa hari terakhir ini kau berubah drastis. Beberapa kali melupakan jadwalmu, sering datang terlambat ke lokasi syutingmu, tidak bersemangat menjalani pekerjaanmu, wajahmu terlihat semakin pucat dan lingkaran matamu semakin bertambah jelas. Bahkan kau hampir saja pingsan di lokasi pemotretanmu yang terakhir. Hanya orang buta yang tidak bisa melihat perubahanmu. Dan kalau sudah seperti itu, sangat jelas sekali kalau saat ini kau sedang memikirkan sesuatu."

Lagi-lagi Kyuhyun bertanya dengan polos. "Memang apa yang sedang kupikirkan?"

Donghae mengangkat kedua bahunya, lalu memilih untuk menyimpan komputer tablet yang sedang dipegangnya di atas meja yang ada di sebelah televisi lalu kemudian mendudukkan tubuhnya di tempat tidur sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Kyuhyun.

"Entahlah. Aku tidak tahu. Mungkin saja kau sedang ada masalah dengan Hyuk Jae, Siwon, Ahra Noona atau mungkin... Yuna Noona?"

Kyuhyun menoleh dengan cepat dan memandang Donghae dengan tatapan yang tidak bisa diartikan saat lelaki itu menyebutkan satu nama terakhir.

"Ah, jadi benar Yuna Noona ya?" Ucap Donghae lalu tersenyum penuh arti. Ia mengangkat sebelah alisnya dengan pandangan bertanya. "Ada apa dengannya?"

Kyuhyun memalingkan kembali pandangannya ke arah jalanan di bawah sana. Mungkin memang sudah saatnya ia membagi masalahnya belakangan ini dengan seseorang dan meminta pendapatnya. Ia menghela nafasnya sekali lagi sebelum mengatakan semuanya pada hyung kesayangannya itu.

"Entahlah, hyung. Aku juga tidak tahu apa masalahnya. Hanya saja beberapa hari yang lalu tiba-tiba saja Yuna meminta untuk berpisah dariku."

Donghae membulatkan matanya. Ia memang baru mengenal Yuna sejak Kyuhyun memperkenalkannya sebagai kekasihnya sekitar dua tahun lalu. Tapi ia bisa melihat dengan sangat jelas bahwa keduanya memiliki perasaan yang sama. Sama-sama saling menyayangi dan mungkin saling mencintai.  Dan setahunya, hubungan mereka berdua saat ini baik-baik saja dan mereka bahkan akan merencanakan untuk liburan bersama dengan keluarga mereka masing-masing akhir bulan depan.  Tapi kenapa sekarang Kyuhyun mengatakan kalau Yuna meminta untuk berpisah darinya?

"Berpisah? Bagaimana bisa? Kalian ada masalah apa sebelumnya?" tanya Donghae heran.

"Sebelumnya kami baik-baik saja, hyung," ucap Kyuhyun lalu mengangkat kedua bahunya kemudian menceritakan apa yang terjadi pada hari itu. Tentang ucapan Yuna yang memintanya untuk berpisah dan juga tentang ucapannya pada gadis itu. "Lalu menurutmu, aku harus bagaimana, hyung?"

Donghae menghela nafas, kemudian bangkit dari duduknya dan menghampiri Kyuhyun. Berdiri tepat di sebelah lelaki itu dan melakukan hal yang sama dengannya. "Mungkin, Yuna Noona hanya sedang merasa tidak terlalu diperhatikan olehmu, karena  belakangan  ini kau sedang sibuk dengan pekerjaanmu. Sehingga tanpa pikir panjang ia memintamu untuk meninggalkannya."

Kyuhyun menggelengkan kepalanya. "Itu tidak mungkin, hyung. Karena sesibuk apapun, aku pasti akan menyempatkan diri untuk menghubunginya walaupun hanya sekedar mengiriminya pesan singkat."

"Lalu kenapa ia meminta untuk berpisah darimu? Apa mungkin, sebenarnya ia membutuhkan ketegasanmu dalam hubungan kalian. Tidak selamanya bukan kalian akan seperti ini?"

Kyuhyun menoleh menatap Donghae dengan cepat. "Apa maksudmu, hyung?"

Donghae menghela nafasnya sebelum menjelaskan maksud dari perkataannya. "Dengar. Saat ini, kau itu adalah superstar yang sedang naik daun. Bermain drama, bernyanyi, membintangi sebuah iklan, menjadi host sebuah acara. Wajahmu bisa dilihat di mana-mana. Dan aku yakin menjadi kekasih dari seorang superstar sepertimu tidaklah  semudah membalikan telapak tangan, Kyu," ucapnya. "Menjadi kekasihmu harus puas hanya dengan menghabiskan waktu berdua di apartment. Harus puas hanya dengan saling menyatakan cinta dan rindu melalui ponsel. Tidak bisa menunjukkan pada semua orang kalau kau adalah kekasihnya."

Kyuhyun terdiam. Ucapan manager sekaligus seniornya ketika di universitas dulu yang satu itu memang benar adanya.

"Dan walaupun Yuna Noona sudah mengerti kondisimu, aku yakin adakalanya ia juga ingin menjalin hubungan denganmu seperti orang lain pada umumnya. Berkencan dengan terang-terangan, menikmati waktu berdua kapanpun ia mau tanpa harus mengkhawatirkan reaksi para penggemarmu dan juga tanpa harus merasa takut tertangkap kamera media yang selalu mengelilingimu kemanapun kau pergi.  Dan saat ini, ia mungkin sudah sampai pada tahap di mana ia harus memilih antara mempertahankanmu dengan resiko merasa khawatir setiap saat atau melepaskanmu agar bisa menjalani hidup dengan tenang. Dan menurutnya mungkin ini memang jalan yang terbaik yang harus diambil."

"Jadi menurutmu kami memang harus berpisah?" tanya Kyuhyun seraya kembali membuang pandangannya keluar jendela.

"Mungkin saja," jawab Donghae yang lagi-lagi membuat Kyuhyun terdiam. Karena tidak pernah terpikirkan sedikitpun olehnya untuk berpisah dari perempuan yang sangat dicintainya sejak bertahun-tahun yang lalu itu—bahkan sejak pertemuan pertamanya dengan gadis itu. "...atau mungkin kalian harus... menikah," lanjut Donghae pelan.

Kyuhyun kembali menoleh ke arah Donghae yang ternyata juga sedang memandangnya.  Menikah? Dengan Yuna?

"Hyung..."

"Kenapa? Ada yang salah dengan perkataanku?" tanya Donghae seraya mengangkat sebelah alisnya. "Yuna Noona sudah memilih untuk memintamu agar melepaskannya, bukan?  Sekarang giliranmu yang harus memilih akan mengikuti keinginannya atau mempertahankannya dan bahkan mungkin maju satu langkah ke jenjang yang lebih serius dan menjadikan ia milikmu satu-satunya."

Kyuhyun lagi-lagi terdiam dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Melihat hal itu, Donghae menghela nafasnya lalu tersenyum. "Pikirkan baik-baik, Kyu. Pikirkanlah keputusan yang terbaik untuk kalian berdua. Karena dalam hal ini, walaupun pada kenyataannya kau lebih muda dari Yuna Noona, tapi tetap saja kau yang harus mengambil keputusan itu. Tapi ingat satu hal, kalau kau merasa tidak yakin, cobalah mengingat kembali apa yang telah kau lalui untuk sampai ke tahap ini. Dan aku yakin kau akan menemukan jawabanmu," Donghae menepuk bahu Kyuhyun dengan pelan, lalu meraih komputer tabletnya dan mulai melangkah meninggalkan Kyuhyun yang masih mematung di tempatnya.

Saat mencapai pintu, sekali lagi Donghae berhenti dan berbalik untuk memandang Kyuhyun. "Lakukan secepatnya sebelum semuanya terlambat, Kyu," ucapnya sebelum akhirnya benar-benar menghilang di balik pintu kamar Kyuhyun.

Kyuhyun memandang kepergian Donghae dalam diam. Hatinya membenarkan semua ucapan manager-nya itu.  Ya, Donghae memang benar.  Ia memang harus segera mengambil keputusan sebelum semuanya terlambat. Ia menghela nafasnya kemudian kembali memandang ke arah luar jendela menatap jalanan di luar sana dengan pikirannya yang berlarian entah kemana.
 
 
 
 
_____________________
    
Edited. 25.02.2017
 

My Happiness Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang