❝You always get more respect when
you don't have a happy ending.❞-𝐉𝐮𝐥𝐢𝐚 𝐐𝐮𝐢𝐧𝐧-
-ˋˏ ༻✧༺ ˎˊ-
Katanya, tersenyum memandang sang surya membenamkan diri adalah sesuatu yang mendamaikan relung hati. Katanya pula, senja lebih dari sekadar mampu untuk membuat siapa saja larut dalam buai jingganya yang manis. Namun, itu hanya katanya bukan faktanya. Alma tidak pernah benar-benar menyukai senja sejak awal. Dan sekarang bertambah pula rasa tidak sukanya kepada senja.
Puan itu tampaknya punya persepsi baru perihal jingga yang terlukis merona pada kanvas kalis semesta. Entah sudah berapa kali ia tengok lembayung yang berpulang di tanah Batavia. Ia bahkan terlampau sibuk memikirkan bagaimana agar dirinya mampu menikmati senja dibarengi hiruk-pikuk kota metropolitan. Ya, terlampau sibuk dengan untaian patah dan dilema dalam balutan tanda tanya besar yang tiada mampu ia terka maknanya. Terlampau sibuk dirinya sampai tak sadar bahwa muncul satu lagi dilema.
"Langit selalu mengajarkan manusia untuk melepaskan senja dengan cara yang sederhana."
Seseorang berujar demikian dari belakang. Reksa.
Alma menoleh, ia pasang senyum tipis. Ia peluk lututnya sendiri seraya memandang langit yang sedang berseri bahagia.
"Kau merindukan rumah?" tanya Alma pelan. "Sampai kapan kita di sini? Tidak kah kau sempat berpikir bahwa mungkin ... kehadiran kita adalah beban bagi Arthur?"
"Kau sadar bahwa kau adalah beban, tapi masih tidak tahu diri dengan terus merepotkannya, ckkk."
"Aku ingin pulang, Sa. Tempat ini membuatku gila, lama-lama aku mungkin bisa depresi. Dan keadaan akan semakin buruk karena tidak ada psikiater yang bisa aku bayar jasanya jika aku sampai depresi," celoteh Alma dengan nada putus asa. "Batavia ... rumah ini ... bahkan Arthur ... sungguh membuatku hampir kehilangan akal."
"Pikiranku sudah tidak waras di sini, Sa. Aku ingin cepat kembali. Sangat ingin."
"Apa maksudmu?" tanya Reksa tak mengerti. "Kau berbicara seolah kau telah melakukan kesalahan besar, Al."
Bingo!
Alma terenyuh, seakan sesak dadanya. Tebakan asal Reksa memang benar. Walau terkikis penuh harga dirinya, Alma akui bahwa ia memang telah membuat kesalahan besar. Mungkin, ia yakin bahwa itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Baik raga dan hatinya yang sudah hilang akal membuat dara itu larut dalam konfigurasi larutan kebodohan yang ia ciptakan sendiri.
"Alma, malah melamun!" seru Reksa memecahkan gelembung lamunan Alma.
Alma terkekeh pelan. Pria di sampingnya adalah orang yang selalu ada dalam suka maupun duka selama lima belas tahun terakhir, hampir tiada rahasia yang tercipta di antara mereka. Namun, Alma memilih untuk menciptakan rahasia baru dengan tidak akan menceritakan kesalahan yang telah ia perbuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indurasmi Batavia✧ [𝒂 𝒉𝒊𝒔𝒕𝒐𝒓𝒊𝒄𝒂𝒍 𝒇𝒊𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏]
Historyczne𝐁𝐚𝐭𝐚𝐯𝐢𝐚, 𝐇𝐢𝐧𝐝𝐢𝐚 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐧𝐝𝐚, 𝟏𝟗𝟎𝟑. ❝Semua tentangmu adalah pesona, Nona. Sebuah puisi yang lebih nyata dari ilusi.❞ ~ Carel Arthur van Mook, 1903. Ini bukan hanya kisah tentang Himeka, gadis dari tahun 2020 yang gagal m...