Salah Sasaran

25.9K 919 19
                                    

Happy Reading! 😘

💸💸💸

"Lo kenapa?" tanya Silvia heran.

Raut Friska saat ini sangat tidak enak dipandang. Masa ada orang ke pesta tapi ekspresinya seperti sedang menahan boker?

Friska menatap Silvia kesal. Ia melampiaskan kekesalannya dengan merebut minuman yang dipegang Silvia dan meneguknya habis tanpa tahu minuman apa itu.

Silvia memandang Friska dengan tatapan horror. Mati gue! Salah sasaran jir!

Friska mengernyit heran saat melihat bola mata Silvia seperti ingin keluar dari tempatnya. "Kenapa lo?"

Silvia menelan ludahnya susah payah. "Lo... nggak papa?"

Dahi Friska semakin berkerut dalam. "Hah? Ngapain lo tanya gitu? Emang gue harus kenapa-napa?"

Silvia menatap Friska dengan mata berkilat frustasi. Niatnya ingin menjebak musuhnya eh malah temannya sendiri yang kena! Ini terhitung senjata makan tuan nggak sih?

"Sil? Lo kenapa sih?"

Silvia menghempaskan pantatnya di samping Friska lalu mengacak-acak rambut frustasi.

Friska semakin heran akan reaksi Silvia yang menurutnya sangat berlebihan dan aneh itu. Emang ada apa sih dengan minuman tadi?

Setelah puas melampiaskan kekesalannya, Silvia kembali menatap Friska dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

"Fris, mending lo pulang sekarang deh. Terus pergi ke apotek buat beli obat tidur."

Friska menatap Silvia dengan sorot mata tajam. "Maksud lo apa?"

Silvia menghela nafas panjang, menatap Friska dengan ragu. Ia bingung antara harus jujur atau berbohong saja. "Gue... gue... itu... gue-"

"Cepetan Sil! Jelasin ke gue sekarang! Apa maksud lo?" tanya Friska merasa sangat greget karena Silvia seperti sengaja mengulur-ulur waktu.

Silvia menelan ludahnya gugup. "Janji dulu ke gue kalau lo nggak bakal marah sama gue dan lo bakalan maafin gue."

Friska mendelik tajam. Apa maksudnya itu?

"Lo ngelakuin kesalahan fatal?" tudingnya dengan nada tajam.

Silvia lagi-lagi menelan ludahnya semakin gugup. "Janji dulu ke gue, Fris!"

Karena didesak Silvia terus-menerus untuk berjanji, mau nggak mau, Friska pun terpaksa mengiyakan permintaan teman kampretnya itu.

"Iya-iya, gue janji! Sekarang cepetan kasih tahu gue! Jelasin sejelas-jelasnya!"

Menarik nafas panjang, Silvia pun menceritakan dari awal sampai akhir ke Friska secara lengkap, tanpa dikurangi ataupun ditambahi.

Mata Friska rasanya seperti ingin meloncat keluar dari tempatnya saking kagetnya akan penjelasan Silvia. "LO GILA SIL!"

Silvia meringis. Mereka menjadi pusat perhatian sekarang. Dia pun menundukkan kepalanya meminta maaf. Setelah semua orang kembali pada kesibukannya masing-masing, Silvia pun kembali menatap mata Friska yang menyorot semakin tajam.

"Maafin gue, Fris," cicitnya takut-takut.

Friska menghela nafas panjang. "Sekarang gimana nasib gue? Obatnya baru bekerja berapa lama? Apa yang harus gue lakuin Sil?!"

Silvia jadi semakin frustasi. "Jujur, gue juga nggak tahu Fris!"

Niatnya tadi memberikan minuman yang memang sengaja ia kasih obat perangsang dengan dosis yang cukup banyak untuk membuat musuhnya itu kalah telak. Beberapa hari yang lalu, ia dan Vera (musuhnya itu) membuat suatu kesepakatan. Siapapun yang kehilangan mahkotanya duluan harus sujud di bawah lutut si pemenang. Dan tentu saja Silvia tidak ingin kalah!

FRISKABI | ENDWhere stories live. Discover now