Silvia Teguh

8.5K 512 15
                                    

Happy Reading! 😘

💸💸💸

Entah udah malam yang ke berapa dan Abimanyu masih pulang malam-malam sekali.

Friska berdecak sebal. "Sil, gue harus apa supaya papa lo bisa pulang cepat? Kalau dia pulang lama terus, bisa-bisa dia sakit nanti. Kita yang nungguin juga bisa ikut-ikutan sakit."

Silvia menghela nafas. "Gue juga bingung. Emang lo tahu kenapa papa selalu pulangnya malam banget?"

Friska menggeleng. "Sayangnya gue juga nggak tahu."

Mereka pun terdiam, sama-sama sedang memikirkan kira-kira apa alasan sampai membuat Abimanyu pulangnya kemalaman terus.

"Nggak mungkin karena papa lo ngehindarin gue kan?" celetuk Friska.

Silvia sontak menoleh. "Anjir bisa jadi!"

Friska cemberut. "Kalau bener gitu kok sampe segitunya sih? Dan... kok gue merasa kesel sih?"

Silvia tertawa. Matanya mengerling jahil, menggoda Friska. "Aduh kok bisa kesel ya? Emang kenapa ma? Jangan-jangan..."

Friska menatap Silvia dengan raut malas. "Apa lagi hah? Nggak bosan lo ngegodain gue melulu? Terus aja godain, terus! Dosa tahu ngegodain mama sendiri. Dasar anak durhaka!"

Gelak tawa Silvia semakin mengencang sedangkan Friska semakin cemberut kesal.

Setelah puas tertawa, Silvia menyetel ekspresinya menjadi serius.

Friska merinding, menatap Silvia ngeri. "Napa lo? Kok natap gue sebegitunya? Serem anjir!"

"Udah dulu lawaknya, seriusnya sekarang."

Friska melotot kesal. "Yang ngelawak siapa Silvia?! Jangan aneh-aneh deh lo!"

Silvia terkekeh. "Iya-iya, maaf. Tapi beneran deh, kita serius dulu sekarang."

Friska berdecak. "Gue dari tadi serius! Lo yang ngerusak keseriusan gue, kampret!"

Silvia manggut-manggut, menyengir tanpa rasa bersalah secuil pun. "Oke, sesi serius dimulai."

Friska menanggapinya dengan memutar bola matanya malas.

"Lo sama papa gimana?"

Friska menatap Silvia dengan sorot bingung. "Gimana apanya? Nggak ngerti gue."

"Maksud gue, lo sama papa baik-baik aja kan? Nggak berantem kan?"

Friska menggeleng. "Nggak kok. Kami baik-baik aja. Buktinya masih ngomongan kan?"

Silvia manggut-manggut. "Iya juga sih."

"Lo jadi istri yang baik kan?"

Friska memandang Silvia dengan ekspresi aneh. "Maksudnya apa? Istri baik gimana? Coba lebih spesifik."

Silvia tersenyum geli. "Ya itu."

"Itu gimana sih Sil?"

Silvia berdeham lalu menyengir konyol. "Itu as in ena-ena." Setelah itu, dia hanya bisa cengengesan sambil mengerling jahil ke arah Friska.

Friska melotot. "Sembarangan! Lo kalau ngomong nggak usah yang aneh-aneh kenapa?"

Silvia mendengus. "Aneh gimana sih Fris? Lo sama papa kan udah nikah jadi ya sah-sah aja kali. Mau setiap hari ngelakuin itu juga boleh-boleh aja, nggak ada yang larang. Nggak dosa juga."

Friska yang merasa malu hanya bisa memberikan Silvia tatapan tajamnya.

Silvia cengengesan. "Kan gue benar sih ma."

FRISKABI | ENDWhere stories live. Discover now