Kalian Rumahku

1.1K 55 0
                                    

Happy Reading! 😘

💸💸💸

Tak terasa, usia pernikahan Friska dan Abimanyu sudah berlangsung lama, sudah berjalan memasuki bulan yang keempat. Sekitar tiga atau empat bulan lagi, Friska akan segera melahirkan calon anaknya dengan Om Abinya ke dunia.

FriskAbi junior akan segera lahir dan menyapa kita semua.

Soal perut Friska yang sudah tampak jelas dan bisa saja disadari oleh orang sekitar diatasi dengan memakai luaran yang longgar seperti kardigan supaya tidak diketahui oleh teman-temannya.

Sekali lagi, bukan karena takut ketahuan sudah menikah dan hamil, tapi Friska malas saja jadi perbincangan teman-temannya. Memang nggak aneh sih kalau anak kuliah ada yang sudah menikah dan berkeluarga, tapi tetap saja pasti ada juga segelintir orang-orang aneh yang doyan nyinyir dan ikut campur tentang kehidupan orang lain.

Ada begitu banyak cibiran-cibiran tidak jelas—karena tidak tahu berdasar dari mana atau tidak pasti dari mana asal sumber utamanya—yang tersebar luas di dunia ini. Dunia memang penuh keanehan!

Dan Friska tentu tidak mau menjadi salah satu dari sekian banyak korban kasus cibiran-cibiran rendahan tersebut.

"Papa mana, Sil?" tanya Friska menghampiri Silvia yang sedang menikmati tontonan YouTube di televisi ruang keluarga.

Melihat Friska yang sedikit kesulitan untuk duduk, tanpa disuruh pun Silvia sudah bergegas membantu mamanya yang sedang hamil calon adiknya itu untuk duduk nyaman di atas sofa yang terasa sangat empuk saat diduduki.

Anak dan calon kakak yang siap-siaga banget ya, Sil!

"Mama mau senderan aja atau kakinya mau selonjoran juga?"

Friska memundurkan pantatnya supaya bisa senderan nyaman di punggung sofa. Tentu saja tetap dibantu oleh Silvia yang sigap jadi putri yang peka dan berbakti pada orangtua.

"Selonjoran juga deh. Nih perut tambah besar, tambah capek juga dibawa-bawa kemanapun."

Silvia hanya manggut-manggut mengerti sambil tetap menolong Friska mengangkat kedua kakinya ke atas kaki sofa, tentu setelah ia sudah lebih dulu bantu melepaskan sendal rumah yang selalu dipakai Friska kemana-mana selagi mereka di dalam rumah. Kalau di luar rumah, sendalnya beda lagi kan ya.

"Udah nyaman kan, Ma?" tanya Silvia memastikan sebelum ia balik duduk ke tempatnya semula.

Friska mengangguk. "Iya, udah. Makasih ya, Sil."

"Ada yang mama butuhkan lagi?"

"Hmmm..." Bola mata Friska bergerak memperhatikan sekelilingnya. Saat matanya menangkap toples berisi makanan ringan, ia pun meminta Silvia untuk bantu mengambilkannya untuk dirinya. "Aku mau makan itu. Bantu ambilin ya, Sil?"

Banyak perubahan yang terjadi di keluarga Pradipta. Termasuk cara berbicara yang digunakan oleh Friska dan Silvia dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Abimanyu memang sudah meminta mereka untuk tidak saling menggunakan 'lo-gue' lagi yang tentunya langsung disetujui oleh kedua perempuan kesayangan pria dewasa itu.

"Oke, bentar."

Silvia pun mengambil toples yang dimaksud oleh Friska lalu menyerahkannya ke tangan mamanya itu yang tentu saja disambut dengan senang oleh Friska. Setelah memastikan Friska tidak butuh bantuannya lagi, ia pun balik mendudukkan dirinya ke posisinya semula.

"Cemilan gini emang paling enak dinikmati pas nonton film dokumenter tentang kriminal. Apalagi kalau kriminalnya, psikopat."

Silvia hanya geleng-geleng kepala dengan ucapan berisi kode keras yang dilontarkan oleh sahabat yang sudah naik jabatan jadi mamanya itu.

FRISKABI | ENDWhere stories live. Discover now