Pesta Ultah

8.1K 471 30
                                    

Happy Reading! 😘

💸💸💸

"Apa lagi sih, Sil?" omel Friska sebal sambil semakin mempercepat langkah kakinya menjauhi Silvia.

Terhitung sudah lebih dari dua puluh menitan, nyaris setengah jam, Silvia asyik meneror dirinya untuk datang ke sebuah pesta menemani dirinya. Friska sampai heran sendiri kok bisa-bisanya Silvia nggak ada capek-capeknya buat ngebujuk dirinya padahal mulut anaknya itu hampir saja berbuih-buih seperti orang yang sedang keracunan obat.

"Ogah gue! Terakhir, gue ikut ke pesta yang diadakan oleh si Doni itu, hal yang tak terduga terjadi ke gue. Gue nggak mau masuk ke lubang yang sama untuk kedua kalinya! Pembodohan itu namanya!"

Ia lalu mendengus seraya menghempaskan pantatnya ke sofa ruang tengah. "Daripada ke pesta, mending juga gue di rumah aja."

Silvia ikut mendudukkan dirinya di sebelah Friska yang sudah duduk lebih dulu. Ia lalu tersenyum menggoda dan matanya mengerling jahil. "Biar bisa olahraga malam ya ma, sama papa?"

Friska mencubit pinggang Silvia dengan sangat gemas. "SILVIA!! LO KOK NYEBELIN BANGET SIH JADI ORANG?!"

Silvia terpingkal-pingkal puas di sela-sela ringisan sakitnya akibat rasa pedas yang terasa di area pinggangnya, tempat dimana Friska memberikan cubitan mautnya.

Setelah puas tertawa, meledek mamanya itu, Silvia pun kembali melanjutkan aksi bujukannya. Ia bahkan sampai menatap Friska dengan sorot mata sememelas mungkin, minta dikasihani. Tak lupa kedua tangannya turut ikut andil dalam aksi bujukannya. Ia melipat kedua tangannya memohon.

Friska menatap kesal Silvia. "Apaan sih, Sil? Kurang kerjaan banget deh, lo!" Ia lalu menghela nafas kasar. "Lagian, kenapa sih? Kok lo ngebet banget maksa gue buat ikut? Gue kan nggak ada hubungan apapun sama si pemilik acara!"

Silvia menyengir. "Gue nggak mau datang sendirian."

Friska mendengus. "Ya udah, nggak usah datang. Gampang kan?"

Silvia memukul lengan Friska dengan pelan. "Ya kali, ma! Entar si Doni malah ngira gue orang yang sombong padahal mah aslinya malas aja ketemuan sama dia."

"Ya udah, nggak usah datang," ulang Friska lagi, tapi kali ini, dengan nada dan ekspreksi kelewat santai.

Silvia menatap gemas mamanya itu. "Astaga, mama Friska! Kalau gue nggak datang, itu sama aja memperkuat asumsi dia nanti, kalau gue orang yang sombong."

Friska berdecak lelah. "Ribet amat sih urusan lo!"

Silvia hanya cengengesan. Maklum, dia tipe orang yang ekstrovert dan suka bersosialisasi, berbanding terbalik dengan Friska yang tipe orang introvert dan susah bergaul dan berbaur dengan orang lain apalagi dengan orang yang tidak dikenal.

Friska menjentikkan jarinya saat teringat sesuatu. Ia tersenyum cerah ke arah Silvia. "Lo ngajak gue karena lo nggak ada kawan buat nemenin lo ke pesta kan?"

Silvia mengangguk seraya menampilkan ekspresi bingung. "Iya, emang kenapa?"

Senyuman Friska kian melebar. "Daripada lo ngajak gue, lebih baik lo ngajak pacar lo aja!" Friska tampak mengingat-ingat sesuatu. "Namanya Fadel kan? Kalau gue nggak salah sih."

Silvia menoyor lengan Friska kesal. "Farel ma! FA-REL!"

Friska mengangkat bahunya acuh. "Setidaknya mirip lah, beda satu huruf doang kok."

Silvia berdecak. "Satu huruf emang, tapi kalau pas nikah nanti, masalahnya bisa berabe ke mana-mana."

Friska hanya tertawa seraya mengangguk-ngangguk mengerti.

FRISKABI | ENDWhere stories live. Discover now