Kok Cemburu

826 34 1
                                    

Happy Reading! 😘

💸💸💸

Abimanyu menggantikan tuas gigi persneling mobilnya dari D ke P. Kini mobilnya sudah terparkir sempurna di kantong parkir kampus dimana istri dan anaknya berkuliah.

Daripada nunggu di dalam mobil ngabisin bensin, Abimanyu lebih memilih buat turun dan menghampiri Friska di fakultasnya saja.

"Saya sudah di depan, tempat biasa kamu nunggu saya di fakultas ya," beritahu Abimanyu dalam sambungan panggilan telepon dengan Friska.

Friska mengangguk di seberang sana. "Oke, Om. Bentar ya, ini lagi mau jalan ke sana. Kelas baru dibubarkan sama dosen."

Panggilan terputus begitu pembicaraan keduanya selesai.

Abimanyu pun menunggu Friska dengan sabar. Sambil bersedekap dada, matanya memandang jauh menikmati pemandangan alam. Di fakultas tempat Friska dan Silvia menuntut ilmu memang terdapat cukup banyak pepohonan rindang. Membuat suasana sekitar juga terasa segar karena udaranya sangat sejuk. Terlebih saat hujan deras mengguyur, sudah dipastikan suasana sekitar semakin sejuk saja.

Untungnya hari ini cuaca sangat cerah. Mentari tampak terik tapi tidak terasa panas yang sampai membuat orang-orang terkena paparan sinarnya jadi silau dan puyeng.

Suara yang cukup berisik berhasil menyita perhatian Abimanyu sepenuhnya. Ia pun menolehkan kepalanya ke sumber suara tersebut.

"Mau ya Fris jadi pacar gue," ucap seorang pria yang tentu saja tidak dikenal Abimanyu sama sekali.

Itu bukan ajakan pacaran, melainkan Friska dituntut buat jadi pacarnya.

Dan itu bukan tindakan yang tepat untuk mengutarakan perasaan pada orang yang disukai alias gebetan. Bukannya dapat jadi pacar, malah dapat kebencian sebagai balasan perasaannya alias berpotensi jadi musuh yang patut dihindari selama-lamanya.

Abimanyu menghela nafas berat. Memijat pelipisnya yang tiba-tiba saja nyut-nyutan. Kenapa ia selalu saja mengalami hal seperti ini? Mana menyaksikannya di depan mata-kepalanya sendiri lagi!

Denyutan di pelipis Abimanyu makin menjadi-jadi tatkala mendengar pembicaraan selanjutnya yang terjalin antara istri dan pria yang tidak ia kenal ataupun ketahui keberadaannya di dunia ini.

"Aku udah punya suami," beritahu Friska tegas. Ia bahkan memamerkan cincin pernikahannya dengan Abimanyu sebagai bukti dari ucapannya barusan.

"Terus kenapa?" Pria itu mengedikkan bahunya tidak peduli. "Asal suami lo nggak tahu, kan aman-aman aja sih?"

Friska menganga lebar dengan mata melotot tajam. "Matamu! Itu selingkuh namanya dan gue nggak mau selingkuhi suami gue!"

Pria itu tampak tidak mau menyerah. Hampir saja pergelangan tangan Friska dicekal sama pria kurang ajar itu kalau saja Abimanyu tidak cekatan membawa Friska pergi dari hadapan pria gila itu tanpa basa-basi terlebih dahulu. Sekedar memberi beberapa bogeman kuat saja Abimanyu malas meladeni pria aneh itu. Lebih baik ia simpan tenaganya itu buat melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih berguna dan juga produktif. Bercinta contohnya.

Friska yang sempat ketakutan pun langsung masuk ke dalam pelukan Abimanyu. "Untung aja Om datang tepat waktu. Aku benar-benar takut diapa-apain tadi."

Abimanyu menghela nafas. Ditepuk-tepuknya punggung Friska untuk menenangkan istrinya itu. "Sudah, tidak papa. Kamu sudah aman bersama saya."

Friska hanya mengangguk di dalam pelukan suaminya. Hatinya sudah lebih mendingan. Tidak sepanik tadi.

Abimanyu melepaskan pelukan mereka. Tangannya terulur untuk membantu Friska memasangkan sabuk pengamannya. "Udah nggak nangis lagi kan?"

FRISKABI | ENDWhere stories live. Discover now