Kejahilan Silvia

10.7K 527 110
                                    

Happy Reading! 😘

💸💸💸

"SIL, BUKA PINTUNYA!! WOY! SILVIA!!" teriak Friska dari luar pintu kaca belakang rumah.

Silvia yang diteriaki seperti itu malah tertawa ngakak karena berhasil mengunci kedua orangtuanya di luar berduaan.

Hitung-hitung sebagai tindakan balas dendamnya pada mama dan papanya waktu itu yang hampir meninggalkan dirinya sendirian di pesta ultah Doni malam itu. Walau sudah lama berlalu, ia masih saja menyimpan dendam. Hahaha.

"WOY SILVIA! GUE SERIUS INI! MANA DILUAR LAGI HUJAN GINI LAGI! LO TEGA BIARIN ORANGTUA LO KEHUJANAN KEK GINI?!! KALAU KAMI SAKIT GIMANA?!"

Silvia pura-pura tidak mendengar teriakan Friska dengan cara menutup kedua telinganya menggunakan tangannya.

Ia pun bersenandung lagu yang liriknya ia buat-buat sendiri dengan bibir merekah lebar. "Nggak denger, nggak denger, gue nggak denger apa yang lo bilang... Maafin gue, tapi gue emang nggak denger. Bukan karena gue budek tapi karena gue emang sengaja nggak mau dengerin omongan lo..."

Setelah selesai bernyanyi dan puas mengejek Friska yang sudah memasang tampang ingin memakan Silvia hidup-hidup serta papanya yang sedari tadi hanya berdiri dengan diam namun matanya menusuk tajam ke arah dirinya, barulah Silvia hengkang pergi dari sana menuju kamarnya untuk melanjutkan drama korea yang ia tonton semalam.

Dinikmati aja dulu, kena marahnya nanti aja dipikirkan. Itulah prinsip Silvia saat ini.

Lagian, seharusnya papanya berterima kasih kepadanya karena ia sudah dengan senang hati memberi banyak waktu buat papanya itu bisa puas berduaan terus dengan istri mudanya itu.

Walau jahil-jahil begitu, niat Silvia terhitung baik juga kan?

So pastilah!

Friska menghembuskan nafasnya dengan sekali sentak. Ia benar-benar merasa sangat kesal sekarang.

Abimanyu yang melihat tingkah Friska pun jadi terkekeh geli. Padahal tadi ia juga ikutan merasa kesal akan kejahilan putri satu-satunya itu.

Friska yang mendengar kekehan Abimanyu pun sontak menoleh. "Ish, anak Om itu! Nyebelin banget, tahu nggak?!" adunya dengan bersedekap dada dan bibir mencebik sebal.

Abimanyu terkekeh lagi. "Anak kamu juga kali," balasnya sebelum kemudian melangkahkan kakinya menuju gazebo kecil yang terletak di dekat kolam renang.

Friska mendengus. Ia pun mengekori Abimanyu dari belakang.

Memang di belakang ini, hanya gazebo itulah yang memiliki sebuah atap. Jadi, tempat itu adalah pilihan yang tepat untuk berteduh supaya mereka tidak kehujanan untuk waktu yang lebih lama lagi.

Abimanyu yang melihat Friska kedinginan pun membuka kemeja kantornya.

Memang, sebelum Silvia mengunci mereka di luar, tadi mereka berdua sedang ngobrol santai tentang topik-topik ringan seperti bagaimana hari yang mereka lalui sedari pagi hingga sampai di rumah.

Abimanyu pun tadi baru saja pulang dari kantornya dan langsung ke belakang mencari Friska sebelum kemudian memutuskan untuk menemani Friska yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya itu.

Friska mengerutkan keningnya heran. "Om ngapain buka baju? Emang nggak kedinginan?" Tubuh Friska semakin menggigil. Ia pun menaikkan kakinya lalu menekuknya sebelum kemudian memeluk dirinya sendiri saking kedinginannya dia. "Aku aja kedinginan banget ini, Om."

Abimanyu tidak menjawab. Ia masih sibuk membuka kancing kemejanya.

Friska yang melihat itu hanya mengangkat bahunya acuh.

FRISKABI | ENDWhere stories live. Discover now