Melamar Friska

12.2K 597 29
                                    

Happy Reading! 😘

💸💸💸

Ferdian Bintara dan Siska Bintara tampak terkejut saat mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan oleh seorang pria dewasa yang mereka yakin sekali usianya terpaut agak jauh dari putri mereka. Bahkan mungkin usia pria itu dua kali lipat lebih tua dari usia putri mereka!

Mereka sontak mengalihkan perhatian mereka ke arah Friska, menatapnya dengan pandangan sulit diartikan.

Friska yang ditatap sedemikian lekat oleh kedua orangtuanya pun hanya bisa menunduk takut.

Oh ya, Friska sengaja memakai baju terusan berwarna hitam yang agak longgar yang dibalut dengan jaket jeans denim berwarna biru tua yang sedikit kebesaran. Tentu saja tujuan utamanya adalah untuk menyembunyikan perutnya yang sudah kelihatan buncit khas wanita yang sedang hamil.

Friska nggak siap menerima kemarahan apalagi melihat tatapan penuh kekecewaan dari orangtuanya itu. Maka dari itu, sebelum Abimanyu sampai ke rumah mereka untuk melamar dirinya, Friska sudah menelpon pria itu malam sebelumnya untuk membahas masalah itu. Ia meminta Abimanyu untuk mengatakan alasan lain, apapun itu selain bahwa mereka sebenarnya akan menikah gara-gara Friska hamil anak pria itu.

Awalnya Abimanyu menolak tapi karena Friska mengancam kalau pria itu menolak keinginannya maka dia tidak akan mau menikah dengan pria itu dan dia akan kabur dari Endonezya ke negara lain. Tentu saja Abimanyu nggak mau itu sampai terjadi. Sebagai orangtua, ia tentu paham gimana perasaan khawatir, cemas, panik dan kalut kedua orangtua Friska nanti saat tahu kalau anaknya tidak ada dan malah menghilang entah kemana tanpa meninggalkan pesan apapun.

Ferdian yang sudah mengumpulkan kesadarannya kembali dari rasa syok yang tidak bisa ia tutupi pun berdeham, membuat perhatian Abimanyu yang tadinya pada Friska kembali sepenuhnya pada kedua orang di hadapannya yang sebentar lagi akan menjadi mertuanya.

"Kenapa kamu tiba-tiba melamar putri saya? Kamu tentu tahu kan kalau Friska masih kuliah dan belum lulus?"

Abimanyu sudah menduga kalau pertanyaan ini pasti akan ditanyakan padanya. Maka dari itu, ia sudah menyiapkan jawabannya. Tapi ia ragu jika jawaban yang ia siapkan mampu meyakinkan kedua orangtua Friska untuk melepaskan Friska menjadi miliknya sepenuhnya.

Ia menatap Friska sebentar lalu kembali menatap Ferdian. Dengan mantap ia menjawab, "Saya tahu pak. Tapi saya sudah terlanjur sangat mencintai putri bapak dan saya tidak ingin ada pria lain yang akan menjadi suaminya selain saya. Kalau soal kuliah, saya tidak akan menganggu apalagi sampai menghentikan Friska buat masuk kuliah. Dia masih bisa kuliah walaupun statusnya nanti sudah berubah menjadi istri saya. Bagaimanapun saya juga paham kalau pendidikan itu sangat penting bagi setiap orang."

Ferdian menghela nafas. Sebenarnya ia cukup puas akan jawaban yang diberikan oleh Abimanyu tapi tetap saja, hatinya masih belum bisa menerima fakta kalau sebentar lagi putrinya tidak akan menjadi tanggung jawabnya sepenuhnya lagi. Namanya juga seorang ayah jadi pasti dia merasa belum rela melepaskan putri satu-satunya itu.

Ferdian menatap Siska meminta pendapat. "Gimana ma?"

Siska menatap putrinya sebentar, menyelami kedua netra hitam milik putrinya itu baru kembali menatap wajah suaminya. Ia tersenyum. "Menurut mama, lebih baik kita serahkan keputusan akhir pada Friska. Bagaimanapun juga Friska lah yang akan menjalani pernikahan itu pa."

Ferdian mengangguk setuju. Apa yang dibilang istrinya itu memang benar.

Ia pun kembali menatap putri satu-satunya itu. "Gimana sayang? Apa kamu akan menerima lamaran dari nak Abimanyu?"

Friska menggigit bibir bawahnya gugup. Ia mengangkat kepalanya lalu menatap semua orang yang ada di ruangan itu satu per satu.

Setelah cukup lama menatap, guna untuk mengumpulkan keberanian dan juga meyakinkan dirinya sendiri, Friska pun menjawab pertanyaan papanya dengan nada mantap.

FRISKABI | ENDWhere stories live. Discover now