Salah Paham

7.1K 475 37
                                    

Happy Reading! 😘

💸💸💸

"Fris, gue tinggal dulu ya?" bisik Silvia ke telinga Friska sehabis mereka menapakkan kaki mereka ke dalam rumah Doni, tempat dimana pria itu mengadakan pesta ulang tahunnya yang ke 21 tahun ini.

Friska berdecak kesal. "Itu bukan pertanyaan namanya, tapi pernyataan. Dasar Silvia nyebelin! Main nyelonong aja ninggalin gue."

"Anak gak ada akhlak memang, main ninggalin mama sendiri," lanjutnya lagi, menggerutu sebal seraya menusuk-nusuk udara menggunakan garpu bekas suapannya barusan.

Ia menancapkan garpu yang ia acung-acungkan sedari tadi ke atas kue ultahnya Doni. Friska melakukan hal itu di bawah alam kesadarannya.

Habis, dia terlanjur kesal sama anaknya yang satu itu!

"Dasar durhaka! Gue kutuk jadi batu baru tahu rasa!" Friska pun geleng-geleng kepala tak setuju. "Terlalu mainstream, gak asyik ah! Gak seru banget kutukannya. Lagian, takut dibilang copyright sama ibu si Malin. Alamat harus ganti ide nih namanya."

"Hm... kalau jadi kutunya Park Chanyeol?" Friska kemudian menggelengkan kepalanya dengan kecepatan penuh setelah tersadar. "Eh, enak aja! Jadi kutunya Park Chanyeol masih lebih bermartabat daripada jadi batu seperti Malin Kundang. Setidaknya si kutu bisa nempel seharian sama cogan kayak si main rappernya EXO. Keenakan dong nanti si Silvia, ngapelin cogan tiap hari."

Friska mengelus-elus dagunya, berpikir keras. "Kira-kira cocoknya Silvia dikutuk jadi apa ya?"

"Charger?" Friska menggeleng tak suka. "Masih lebih bermartabat juga karena berguna untuk manusia. Orang kayak Silvia nggak cocok membantu manusia lainnya, bisa-bisa jadi besar kepala dia."

Friska melirik kue yang sudah terlihat memprihatinkan. "Dikutuk jadi kue?" Ia menggeleng lagi. "Kalau Silvia jadi kue, terus yang makan dia adalah seorang cogan, beruntung dong si Silvia! Dicerna oleh cogan kan takdir menguntungkan itu namanya."

Friska memukul pelan kepalanya. "Perasaan, kok dari tadi gue asyik hubungin semuanya ke cogan ya ujung-ujungnya?" Ia menepuk jidatnya. "Halu! Halu! Kebanyakan ngehalu bisa berbahaya juga ternyata, baru tahu gue. Otak gue jadi digentayangin oleh wajah-wajah para cogan yang menggoda iman."

Friska berkomat-kamit di dalam hatinya. Astaga, Fris! Sadar! Sadar! Itu dosa! Zinah mata itu namanya! Ingat, lo udah ada suami! Mana udah mau punya anak kedua lagi!

Friska mengernyitkan dahinya, menghitung waktu. Matanya spontan melotot. "Wah, gila! Sekitar tujuh bulan lagi, gue bakal lahiran!"

Friska menundukkan kepalanya, menatap perutnya yang sudah agak menonjol ke depan. Halah, ya-iyalah ke depan! Masa hamil, perutnya malah menonjol ke samping, apalagi ke belakang? Aneh-aneh aja!

Friska mencebikkan bibirnya. "Takut." Matanya berkaca-kaca membayangkan seberapa sakitnya proses untuk inevitable 'berak' yang satu itu.

Yang membedakan dari proses berak yang sering terjadi sekali sehari itu, ya, kalau biasanya pantatnya mengeluarkan warga dan masyarakat berwarna coklat (bisa coklat muda, coklat tua, maupun coklat-coklatan atau agak coklat), saat proses berak yang terjadi setelah malam-malam penuh sensasi dan kenikmatan itu, pantatnya pasti nanti akan mengeluarkan kepala bayi beserta anggota tubuhnya yang lain dalam satu waktu secara beruntun.

Kan nggak mungkin gitu keluarnya nyicil, mana pisah-pisah lagi, satu anggota tubuh per satu anggota tubuh gitu. Ih, ngeri banget! Seremmm anjir!

Itu ngelahirin bayi manusia apa ngelahirin bayi alien?

Kayaknya pun, bayi alien nggak semenyeramkan itu deh proses lahirannya!

Lagian, dikira deposit kali ya? Atau down payment alias DP?

FRISKABI | ENDWhere stories live. Discover now