Kekhawatiran Abi

343 22 2
                                    

Happy Reading! 😘

💸💸💸

Abimanyu tampak khawatir dengan keadaan Friska sekarang.

"Kamu sakit, sayang. Kita check-up ke dokter dulu ya. Masih sanggup gerak, kan?"

Friska hanya bisa menggeleng lemas.

Saking lemah dan lemasnya, Friska sampai tidak bisa berbicara. Tubuhnya serasa hampir remuk. Entah karena apa?

Abimanyu menghela nafas panjang. "Ya udah, nggak papa. Kamu nggak usah paksa diri sendiri." Ia pun memikirkan alternatif lain. "Bentar ya, Mas telpon seseorang dulu. Kamu tiduran aja, jangan gerak terlalu banyak biar kamu nggak makin lemas."

Friska hanya mengangguk sebagai balasan. Memilih untuk memejamkan matanya sebentar—beristirahat.

Abimanyu pun pergi untuk mengambil handphone nya lalu menghubungi nomor telepon seseorang yang ia percaya pada keadaan-keadaan seperti ini.

💸💸💸

"Bagaimana Dok, kondisi istri saya sekarang?" tanya Abimanyu harap-harap cemas agar tidak ada yang serius terjadi atau menimpa istri kecilnya itu.

Dokter melepaskan semua peralatan yang ia gunakan untuk memeriksa keadaan fisik Friska terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan sekalian menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Abimanyu untuk membantu mempercepat kesembuhan pasiennya itu.

"Bapak tenang saja. Bukan hal yang serius kok. Istri Bapak cuman kelelahan dan tentu saja bisa cepat pulih asal fokus buat lebih banyak istirahat saja. Dan kalau bisa, jangan terlalu sering olahraga khas pasutri. Lebih baik olahraga lain seperti jalan santai di taman, squat khusus ibu hamil, ataupun ikut program yoga khusus kehamilan. Itu sangat dianjurkan supaya nanti pas lahiran juga jadi lebih mudah keluarnya."

Abimanyu mengangguk mengerti. Sudah paham betul tentang apa yang harus dia lakukan untuk membantu Friska supaya bisa cepat sembuh.

"Berarti istri saya nggak boleh stress kali juga kan, Dok?"

Dokter pribadi langganan keluarga Pradipta itu mengangguk membenarkan. "Tentu. Ada baiknya kurangi aktivitas atau kegiatan yang bisa membuat istri Bapak jadi lebih mudah stres."

Abimanyu mengangguk sekali lagi. "Oke, makasih ya Dok. Maaf saya nggak bisa antar sampai depan."

Dokter itu tersenyum maklum. "Iya, tidak masalah. Saya juga sudah hafal dengan jalan keluarnya."

Tanpa diantar sampai pintu depan, dokter itu pun pamitan untuk pulang dan pergi ke tempat singgahannya selanjutnya. Tentu pasiennya bukan keluarga Pradipta doang, tapi ada keluarga-keluarga kaya lainnya yang membutuhkan jasanya sebagai seorang dokter yang handal dan profesional di bidangnya.

"Sayang," panggil Abimanyu seraya mengelus kepala Friska dengan lembut.

Karena masih dalam kondisi lemas, Friska hanya bisa menjawab Abimanyu dengan lirihan kecil. "Hm, kenapa Mas?"

"Kamu cuti kuliah dulu ya. Dua semester cukup kok buat kamu melahirkan lalu istirahat sebentar sebelum kemudian kamu lanjut proses perkuliahan kamu lagi. Dokter bilang ada baiknya jangan terlalu stres, bisa ngaruh ke kesehatan baby kita juga nantinya."

Friska yang mendengar itu hanya manggut-manggut setuju. Apapun yang dibilang suaminya barusan pasti untuk kebaikan semuanya. Jadi dia setuju-setuju saja.

Abimanyu yang mendapatkan persetujuan Friska pun langsung gerak cepat mengurus cuti kuliah istrinya itu.

Nggak papa telat satu tahun daripada imbasnya nanti malah ke kesehatan pribadi isterinya bahkan bisa ngefek juga ke kesehatan buah hati mereka berdua.

FRISKABI | ENDWhere stories live. Discover now