Vitamin Lembur

563 22 8
                                    

Happy Reading! 😘

💸💸💸

Sudah bisa dihitung dengan jari hari-hari menjelang kelahiran calon adik Silvia sekaligus buah hati dari sepasang suami-istri tengah dimabuk cinta yang sedang bergelung mesra di atas tempat tidur pagi hari ini.

"Nggak sakit kan, sayang? Kalau sakit, bilang saja ke Mas, Mas pasti akan bantu kamu-"

"Mas Abiku sayang.." Friska menangkup wajah suaminya yang tampak begitu khawatir.

Memang, menjelang masa bersalinnya membuat Mas Abinya semakin khawatir saja. Apalagi sesaat setelah mereka selesai bercinta. Pasti suaminya itu semakin menjadi-jadi rasa kuatirnya. Friska tentu paham betul alasan di balik kekhawatiran Abimanyu yang terkadang terlalu berlebihan. Itu semua berawal dari dirinya yang sering drop karena kelelahan. Tapi keadaannya sudah mulai membaik sejak ia memutuskan untuk cuti kuliah selama dua semester alias selama satu tahun penuh.

"Aku baik-baik saja, Mas tidak perlu khawatir. Kalau ada yang sakit, pasti akan aku lapor langsung ke Mas."

Abimanyu tampak mengangguk. Hatinya merasa lega mendengar hal itu. "Syukurlah.. Mas juga tadi sudah berusaha keras untuk main aman supaya kamu nggak-"

Tidak mau membuat suaminya itu berlarut-larut dalam kekhawatiran yang tidak diperlukan, Friska pun dengan gemas menghujani bibir suaminya itu dengan kecupan-kecupan manis.

Friska tersenyum menenangkan. "Udah ya. Mas jangan khawatir lagi. Aku beneran baik-baik saja. Bayi kita juga baik-baik saja di dalam perutku."

Abimanyu balas tersenyum. Ia mengecup bibir ranum isterinya itu bertubi-tubi sekedar untuk menyalurkan perasaannya pagi hari ini. "Mas sayang kamu."

"Ouch!" pekik Friska tiba-tiba dengan satu tangan yang langsung mendarat ke atas perutnya yang sudah membuncit besar.

"Kenapa sayang?! Mana yang sakit?!" seru Abimanyu, kedengaran begitu panik mendengar pekikan isterinya barusan.

Sedikit-banyak Friska bisa menebak kenapa bayi mereka menendang perutnya tadi. "Kayaknya anak kita ngambek deh."

Dahi Abimanyu berkerut heran. "Kenapa ngambek?"

Friska terkekeh pelan. Tangannya terulur untuk kembali mengelus-elus pipi suaminya itu. "Habis Mas Abi hanya bilang sayang ke aku. Si baby jadi cemburu."

Abimanyu menghela nafas lega lalu sesaat kemudian ia pun ikut terkekeh. Ia lalu menurunkan kepalanya hingga sejajar dengan perut Friska yang sekarang sudah sangat menonjol ke depan. "Bisa-bisanya kamu buat Papa sepanik tadi. Jangan diulangi lagi ya, sayangnya Papa juga, Papa khawatir banget tadi. Takut mama kamu kenapa-kenapa. Ayo kita sama-sama jaga Mama dengan baik, okay, jagoan kecilku?"

Friska tersenyum hangat. Hatinya juga terasa hangat mendengarnya. Kini kedua tangannya beralih mengelus-elus rambut lebat suaminya. "Okay, Papa sayang," balasnya dengan meniru suara anak kecil sebisanya.

Abimanyu yang mendengar itu pun hanya tertawa geli. Momen seperti ini selalu berhasil membuat hatinya menghangat. Rutinitas yang menyenangkan dilakukan dan diulang setiap harinya. Rumahnya pun terisi dengan kebahagiaan sempurna.

Suara telepon berdering mengalihkan perhatian kedua insan dengan jarak usia yang lumayan jauh itu. Meskipun dengan perbedaan usia yang begitu mencolok tidak menghalangi keduanya meraih kebahagiaan sempurna di kehidupan pernikahan mereka sampai hari ini. Tentu tidak mudah karena bahtera rumah tangga mereka juga sesekali diterpa dengan bebatuan maupun angin kencang, tapi selama keduanya tetap bertahan pada komitmen masing-masing maka badai sebesar maupun sehebat apapun yang menerjang mereka ke depannya pasti bisa mereka hadapi dan atasi bersama-sama dengan baik.

FRISKABI | ENDWhere stories live. Discover now